13. Shining Wanda

385 98 37
                                    

"Bek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bek."

"Ris."

Bekti dan Charis saling berpandangan. Merasa bahwa masing-masing memiliki sesuatu yang perlu disampaikan. Kemudian, Bekti terdiam sejenak. Mempersilakan Charis mengatakan lebih dulu.

Sayangnya Charis yang masih ragu untuk mengatakan satu hal itu terpaksa menggeleng. Dia mempersilahkan lebih dulu Bekti. Dan sayang kedua kalinya. Bekti tidak ingin mendahului atasannya.

Setidaknya, dia harus melakukan hal ini untuk terakhir kalinya sebelum mengundurkan diri.

"Gini," Charis berusaha menegakkan tubuhnya, "Gue punya kenalan yang butuh kerjaan. Kira-kira di sini ada yang kosong nggak?"

Bekti memicingkan mata, "Kenalan mana yang kenalan lo nggak gue kenal? Sampe cewek yang lo tidurin aja gue kenal. Jadi ini kenalan yang mana?"

Betul juga. Charis jadi memutar otak, menemukan status untuk Wanda yang memang baru hadir di dalam hidupnya.

Sayangnya melihat gelagat Charis, Bekti semakin curiga. Bahwa yang sedang mereka bahas bukan orang sembarangan. Mengingat Charis tidak memiliki circle pertemanan manapun.

"Yang jelas, ini bukan perempuan yang biasanya lo temuin."

"Oh ini perempuan?"

Charis menyadari bahwa dirinya sudah salah mengeluarkan kalimat. Jadi sekarang dia bungkam. Sampai Bekti memutuskan untuk mendahuluinya dengan kalimat lain.

Lelah dan tidak ingin berdebat, Bekti akhirnya mengeluarkan secarik kertas dan diberikan kepada Charis. "Sebentar lagi posisi gue kosong. Bisa juga tuh dia isi."

Alis Charis bertaut, "Maksudnya gimana?"

"Gue mau resign. Gue udah nggak sanggup menghadapi keanehan lo. Gue juga nggak sanggup menghadapi perempuan-perempuan lo. Jadi gue memutuskan keluar."

"Bek, lo kok jadi baper gini. Lo sama Teya kan mau kawin. Yang benar aja lo mau ngawinin Teya tapi nggak punya kerjaan," Charis menyerahkan lagi surat resign itu kepada Bekti. Tidak ingin membiarkan Bekti meninggalkannya mengurus perusahaan ini.

Bekti sudah bersikeras akan menolak permintaan atau permohonan Charis. Jadi dia menggeleng. "Gue bisa aja cari kerjaan lain, kenalan gue banyak. Reputasi gue sebagai pegawai teladan juga udah banyak yang tahu. Jadi, gue nggak akan takut memutuskan keputusan ini."

"Gue nggak mengizinkan elo yang jelas," kemudian dirobek lah surat pengunduran diri yang masih berada di dalam genggaman Charis.

"Ya terserah sih, gue akan tetap resign," Bekti mengedikkan bahunya.

Charis berpikir keras untuk memecah solusi dari permasalahan ini. Dia tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui tabiat Dika yang ada di dalam dirinya. Hanya Bekti, orang yang tidak banyak bertanya dan tetap menutupi masalah yang ditimbulkan oleh Dika.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang