21. Into Deep

396 102 36
                                    

Yuk ramein yuk.

"Kamu mau kemana?" Tiba-tiba saja Wanda sudah ada di hadapannya. Memasang badan dengan pandangan sinis.

"Nggak bisa ya kamu berdamai sama aku Wanda? Aku bukan orang jahat. Jadi berhenti buat membatasi aktivitas aku!" Kali ini Dika melipat tangannya. Memperlihatkan kuasa yang dia miliki di dalam rumah ini.

Tapi Wanda lebih cerdik dibandingkan dengan Dika. Keberadaannya itu untuk mencegah masalah yang bisa saja ditimbulkan oleh Dika. Secara tidak langsung, Wanda juga punya kekuasaan di dalam rumah ini.

"Nggak bisa. Lagian saya juga nggak mau berdamai sama kamu."

Dika menatap bingung, "Heran juga, kamu bisa sangat baik dan perhatian ke Charis sementara ke aku nggak. Padahal lihat deh," Dika mendekatkan wajahnya, "Wajahku nggak jauh berbeda kan sama Charis? Jadi nggak bisa apa kamu memperlakukan aku seperti Charis?"

"Kamu beda!" Sekali lagi Wanda bersikukuh mengenai pendapatnya. "Tatanan rambut kamu, wangi perfume kamu, cara jalan kamu, semuanya beda. Jadi aku nggak bisa memperlakukan kamu seperti Charis. Kemudian, aku punya kewenangan untuk mencegah kamu pergi!"

Astaga, Dika menepuk pelipisnya. Dia tidak paham kenapa jadi sulit hanya untuk melakukan beberapa hal dengan menggunakan tubuh ini? Kenapa Wanda sama sekali tidak bisa membuatnya lolos begitu saja. Dia juga butuh hiburan. Selagi tubuh ini ada di bawah kendalinya.

"Wanda mending minggir deh. Sebelum aku melakukan hal gila, dan bikin kamu terluka."

"Coba aja," Wanda menantang.

Kalau saja terakhir kali Dika menghilang adalah situasi yang baik. Bisa jadi dia melakukan hal yang sama. Tapi, kesimpulan saat ini, ketika Wanda sedang berada di dalam ancaman atau bahaya, maka bisa jadi tubuh ini kembali berada dalam penguasaan Charis. Hal yang tidak diinginkan Dika terjadi.

Dika tidak punya pilihan selain menyerah. Jas yang tadi dia genggam dia hempaskan begitu saja. Membiarkan Wanda menang kali ini. Mungkin di lain kesempatan dia tidak akan membiarkan Wanda menang. Kalau dia sudah bosan berada di dalam tubuh Charis.

"Kamu masak apa?" begitu tanya Dika, saat dia memutuskan untuk duduk di meja makan. Melihat bagian belakang tubuh Wanda.

Dika heran kenapa Charis bisa tertarik dengan Wanda? Tubuh gadis itu mungil. Dibandingkan tubuhnya yang tinggi besar. Wanda seperti marmut untuk seekor rusa sepertinya. Selain dari wajahnya yang, baiklah cantik. Wanda tidak punya kelebihan apapun.

"Mata kamu bisa keluar kalau ngelihatin aku kaya tadi," Wanda sudah berbalik. Dia menyerahkan semangkuk bubur ketan hitam dan segelas wedang jahe. Untuk Dika.

"Kamu biasa masak? Maksudku, untuk Charis?"

Wanda menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Dika. Dia mengangguk, kemudian menyuap sesendok bubur yang sama. "Sebenarnya saya males masak buat kamu. Tapi kalau inget kamu masih pakai tubuh Charis. Ya jadi mau nggak mau."

"Kamu beneran peduli ya sama dia?"

Wanda mencebik, "Ya jelas dong. Saya lihat sendiri kok strugglenya dia, nggak kaya kamu gini, nggak mikirin gimana Charis."

Dika terdiam, kemudian menyuapkan sesendok bubur. "Aku juga kadang mikirin dia kok, asal kamu mau tahu. Aku nggak suka semua orang manggil aku dengan sebutan Charis. Padahal jelas aku bukan Charis. Terus sekarang kamu."

Alis Wanda bertaut, "Aku? Kenapa aku?"

"Nda,"

Dipanggil seperti itu, bulu kuduk Wanda meremang. Belum lagi tatapan Dika yang kini seperti berusaha mengintimidasinya.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang