25. Its Ending For Him

319 95 19
                                    

Saat Bekti mengatakan bahwa Charis tidak datang ke kantor, satu-satunya tempat yang dia pikirkan adalah tempat ini. Dan benar saja, sebuah mobil yang sangat dia kenal terparkir di sana. Wanda menemukan Charis.

Harusnya Wanda merasa lega sat dia menemukan mobil yang biasa digunakan oleh Charis ada di lahan parker tampat praktik Viona. Tapi tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa dia merasa takut, bahwa saat ini yang sedang berada di dalam sana adalah Dika. Bukan Charis.

Selain itu, salah satu yang membuatnya semakin takut adalah, Dika berhasil menipunya. Lelaki itu berhasil mengelabuinya. Karena jika itu terjadi, Wanda sudah tidak bisa lagi mengenal dan membedakan Charis dengan Dika.

Wanda ragu, sekaligus takut. Dia tidak ingin ketakutannya terwujud hari ini. Karena ada banyak hal yang harus dia lakukan untuk Viona. Salah satunya menari tahu motif yang dimiliki temannya itu untuk mengelabui Dika.

Derap langkah yang dimiliki Wanda serupa dengan bimbang. Tidak cepat tidak juga lamban. Dalam pikiran dan hatinya berusaha menampik apa yang bisa menjadi kemungkinan bagi mereka.

"Please, jangan ya Dika, Charis ataupun siapapun. Jangan ngelakuin hal yang nggak pengen aku lihat," kata Wanda dalam hati. Dia ingin menghadapi ini agar dia bisa tahu dengan siapa dia sedang berhadapan. Sehingga dia bisa menentukan apa yang perlu dia lakukan.

Karena sudah malam, Wanda bisa memastikan bahwa tidak ada orang di dalam klinik tersebut. Hanya seorang satpam yang dia temui di lantai dasar. Sementara ruang milik Viona ada di lantai dua.

Saat memasukin lantai dua, Wanda bisa mendengar beberapa orang yang sedang berbicara. Sayangnya suara itu sangat pelan dan samar, sehingga Wanda tidak bisa memastikan apa yang mereka bicarakan.

Semakin dekat sepertinya semakin ragu. Tapi, bukankah semuanya memang harus dihadapi? Agar bisa selesai? Agar semuanya kembali terkendali. Tapi rasanya, Wanda tidak sanggup. Apalagi dia tahu bahwa orang yang sedang berbicara itu adalah Charis dan Viona. Meskipun itu memang bukan benar-benar Charis.

Jemari Wanda mengepal di tuas pintu. Mendorongnya perlahan, karena semakin kesini suara itu semakin tidak terdengar. Mereka seperti sedang menjeda, karena tahu ada orang yang masuk ke lantai dua.

Meskipun kenyataannya, kini, entah itu Charis atau Dika karena dia sedang menutup mataya, merayapi tubuh Viona yang saat itu sedikit berantangan. Jemarinya digosok lembut ke arah punggung milik Viona.

Wanda terdiam di balik pintu, matanya terbuka sangat lebar. Dadanya tiba-tiba saja berdetak dengan cepat. Dia tidak sanggup. Meskipun pada kenyataannya adalah orang tersebut adalah Dika. Wanda tetap tidak bisa menerima kenyataan.

Di sana Viona yang tersadar bahwa ada orang lain di dalam ruangannya menahan tubuh Charis yang tetap menempel pada permukaan tubuhnya. Untuk tidak beranjak di sana. Membiarkan Wanda melihat keintiman yang mereka miliki.

Wanda menunggu. Menunggu mereka berakhir. Tapi, sepertinya tidak ada yang berniat mengakhirnya. Sehingga, kali itu Wanda yang menyerah. Dia mundur beberapa langkah dan membiarkan Charis dan Viona tenggelam di dalam dunia mereka sendiri.

Sementara Viona tahu, ada yang terjadi di antara mereka. Saat Charis yang sama sekali tidak melumat bibirnya itu meneteskan air mata. Pelukan yang Viona rasa abadi berubah mengendur dan dingin.

"Ris," katanya pelan.

Charis terisak, saat kakinya sudah tidak bisa lagi menumpu tubuhnya. Tangan yang tadinya dia gunakan untuk merangkul Viona dia pindahkan ke wajah. Dia ingin menyembunyikan duka itu. Tapi sayangnya, tidak bisa.Viona melihatnya. Luka itu. Air mata itu.

"Gue nggak bisa sembuh, gue tahu itu. Selama Dika masih ada di dalam tubuh yang sama, gue tahu gue akan selalu melukai Wanda. Jadi, nggak seharusnya dia di sini. Nggak seharusnya juga dia bertahan. Dia harus pergi, karena sama gue, dia hanya akan terluka."

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang