Lila kembali mengecek benda yang ia pegang, beberapa kali ia mengulangnya.
"Alhamdulillah yaallah" teriak Lila bahagia melihat dua garis merah itu. Lila menangis tersentuh, penantiannya selama dua tahun akhirnya terbayarkan. Lila mengambil ponsel dan mengirim pesan ke suaminya.
"Mas, hari ini kamu pulangkan?" Tanyanya
Sudah hampir satu minggu mas ardhan tidak dirumah karena ada dinas keluar kota. Notif ponsel berbunyi, Lila segera mengeceknya.
"Ga, dua hari lg"
"Gak bisa pulang hari ini mas?" Balasnya, karena sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan mas Ardhan dan ingin segera memberikan kabar gembira ini.
"Aku sibuk, ngerti gak sih lo"
Lila menghela nafas, "iya mas, semangat ya mas"
Tidak ada balasan lagi, Lila menghela nafas. Sudah biasa seperti ini, mungkin mas Ardhan juga sibuk dan capek sama pekerjaannya.
Lila mencoba menelepon oma, untuk memberikan kabar gembira ini. Tidak lama terdengar suara oma dari seberang telepon.
"Cucu kesayangan oma" sapa oma
Lila tersenyum, "Oma, Lila punya kabar gembira"
"Wahhh, Oma ikut senang. Sebelum Ara kasih tau, Oma udah senang dengar suara cucu oma ini"
Lila terkekeh, "Lila hamil Oma"
"Wahhhh, oma turut bahagia sayang. Kamu sudah menantikannya selama ini" ucap Oma dengan nada riang. Lila tersenyum.
Lila adalah cucu Ratu satu-satunya, karena Ratu cuma punya satu anak yaitu Bunda Lila. Semenjak Bunda Lila meninggal, Ratu selalu memperhatikan Lila lebih dari dirinya sendiri. Mendengar kabar ini, membuat Ratu sangat senang, karena selama dua tahun ini Lila sangat menantikan sebuah anugrah kehamilannya.
———————————-
Lila terbangun dari tidurnya karena suara alarm dari handphonenya. Ia mengobrol dengan Ratu hingga ketiduran. Ia mengetik sebuah pesan untuk suaminya sebelum bersiap untuk ke kampus.
"Selamat pagi mas, jangan lupa sarapan"
Lila bergegas kekampus karena ada matakuliah pagi ini. Lila merupakan mahasiswa kedokteran semester 5. Ia menikah dengan Ardhan setelah lulus SMA. Ia dijodohkan oleh Dian (Ibu tirinya).
"Lila lo sakit?" Tanya Kina, sahabatnya.
Lila spontan mengelengkan kepalanya, "Gak kin, kenapa?"
Kina memeriksa kening Lila, namun tidak panas. "Pusat banget lo, kek mau mati" kekehnya. Lila spontan memukul pelan lengan Kina.
"Ntar lo sedih gue mati"
"Yeh, senang gue. Si Ardha jadi duda hahahaha" tawa Kina yang membuat mereka ditegur oleh dosen.
Lila merasakan perutnya mendadak mual, mungkin efek debaynya. Ia harus menahannya, karena sebentar lagi jam mata kuliahnya akan habis. Setelah dosen keluar, ia segera berlari menuju toilet.
Kina dengan nafas terengah-engah mengejar Lila, dan terlihat khawatir, "Lo gapapa la?"
Lila mengelap mulutnya dan mengangguk.
"Tadi lo bilang senang kalo gue mati, lah ini malah khawatir", Lila terkekeh melihat wajah Kina yang sangat lucu ketika khawatir.
"Tai lo, ya gak secepat itu juga lah lo matinya", Lila tertawa.
"Tapi lo beneran gapapa kan?"
Lila mencubit pipi Kina, "i am fine. Udah buru pulang, gue mau kerumah mama"
Mereka jalan keluar toliet bergandengan, tanpa sadar seseorang sudah menunggu Lila keluar dari toliet.
"Kalila", panggil sosok cowok yang sudah berlari kecil mengarah Lila. Lila menoleh kebelakang, ia sangat kenal suara ini.
"Leo", sapanya dengan senyuman. Leo adalah adek iparnya dan mereka satu angkatan bahkan satu kelas.
"Lo sakit?", Leo bertanya tanpa sadar tangannya sudah memegang kening Lila. Leo segera menjauhkan tangannya ketika sadar, "Eh, sorry"
Lila terkekeh, "Gue gapapa. Cuma mual aja"
"Beneran?", yang dibalas anggukan oleh Lila.
Lila melepaskan gandengan tangan Kina, dan berlari kecil meninggalkan Leo dan Kina berdua, "Gue duluan, kalian ngobrol aja. Kina terpesona tu sama lo".
—————————————————
Lila merebahkan tubuhnya dikamarnya, kamar yang sudah 20 tahun ia tempati. Tidak berubah sama sekali, masih seperti dahulu. Tanpa sadar, ia sudah tertidur pulas hingga suara pintu dibuka dan cahaya lampu membangunkannya
"Lila", panggil Dian (Mama tirinya)
Ia duduk, "Eh mama udah pulang?"
Dian mengangguk, "Ayok makan malam, udah jam 9 malam sekarang". Lila berdiri dan mengikuti Dian ke meja makan.
"Bella belum pulang kerja ma?" Tanya Lila, karena dimeja makan hanya ada mereka berdua.
"Paling bentar lagi, mama juga baru pulang dari luar kota", Lila mengangguk dan melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, mereka duduk di ruang keluarga menonton film.
"Oh iya ma..." belum sempat Lila menyelesaikan kata-katanya, ia mendegar suara pintu rumah dibuka dan yang membuatnya lebih terkejut ialah Mas Ardhan.
"L-lila... M-mama" kata Bella yang tampak sangat terkejut melihat Lila dan Dian. Bella sedang menggandeng mas Ardhan yang sepertinya mabuk. Lila tidak mengerti situasi ini, mas Ardhan keluar kota tapi ada disini. Mas Ardhan pulang besok tapi kenap ada disini? Mas Ardhan bersama Bella, tapi kenapa? Semua pikiran Lila mulai kacau. Ia mencoba menarik nafas, dan menolong Bella memopong Mas Ardhan. Lila tidak berkata satu katapun, dan menghiraukan semua ucapan Bella.
Lila membaringkan Ardhan ke kasur, dan mengganti bajunya. Ia menatap mata wajah Ardhan dan menahan sesak di dadanya. Lila mengunci diri di dalam kamar mandi, untuk menenangkan pikirannya. Suara panggilan dari luar kamar terdengar jelas, Lila pun menghidupkan keran air agar tidak mendengar suara panggilan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom
Short StoryLila seorang ibu muda yang sudah menjadi single mom di usia 21 tahun.