EMPATDUA🌸

712 85 18
                                    

"AKHHHH!!!!"
"Nggak nggak ini nggak mungkin".
"JHONY!!" teriak Jennie didalam kamar mandi, Jennie terduduk dilantai kamar mandi dengan lemas sekarang jam sudah menunjukan pukul 04.13 subuh, Jennie menangis dengan menekuk kedua lututnya.
"Sayang ada apa? Kenapa kamu teriak gitu hem" tanya Jhony dengan khawatir, dia memeluk wanitanya yg tubuhnya bergetar hebat, menenangkannya dengan lembut.
"Sayang kamu kenapa?" Jhony tanya sekali lagi, dia menangkup kedua pipi Jennie dengan tangannya bisa Jhony lihat mata Jennie yg sembab dan muka yg merah.
"Sayang" panggilnya lagi.
"Kamu bakal tanggung jawab kan?" cicitnya.
"Tanggung jawab apa? Kamu ngomong yg jelas,kita bisa bicarain baik baik oke" Jhony langsung mengangkat tubuh wanitanya ke ranjang agar tidak kedinginan, Jhony duduk dipinggir ranjang dengan menunggu Jennie berbicara. Beberapa menit Jhony dengan sabar menunggu Jennie bicara akhirnya berbicara juga.
"Aku hamil" ucapnya lirih sambil menunduk, takut hanya untuk melihat wajah lelakinya itu. Jhony diam membuat Jennie memberanikan diri menghadap Jhony, jantung Jennie berdetak kencang Jhony pergi begitu saja ke arah kamar mandi. Jennie ingin menangis rasanya tetapi tidak bisa,tenaganya sudah terkuras habis dia hanya menunduk menangis dalam diam,takut jika Jhony tidak mau bertanggung jawab atas anak yg ada didalam kandungannya ini.
"Ini anak aku?" suara Jhony mengagetkan Jennie, Jennie menatap Jhony dan mengangguk.
"Kenapa bisa hamil Jen?".
"Kanu tanya kenapa bisa hamil? Ya itu gara gara kamu!! Kamu ngeluarin didalem ngga tau resikonya apa!!" Jennie berteriak marah lalu keluar dengan berlari, tidak memikirkan keadaannya yg ada sekarang pikirannya ingin menenangkan diri sejenak. Berlari menuruni tangga menghiraukan teriakan Jhony yg bisa saja membangunkan Krystal dan Changmin bangun atau semua orang rumah
"JENNIE JANGAN LARI!!".
"BERHENTI SAYANG!! AKU BILANG BERHENTI!".
"KAMU LAGI HAMIL"
Teriakan Jhony bagaikan angin lalu bagi Jennie, dia baru saja akan membuka pintu suara Krystal menggema diruangan itu.
"Jhony ada apa? Kenapa calon mami lari lari hah!" teriak Krystal marah,karena dia sedang tidur tetapi teriakan anaknya itu yg membuat dia mau tidak mau bangun.
"Jennie sini nak ayo, jangan lari lari" Krystal dengan cepat menuruni tangga dan menghampiri Jennie tetapi dia malah lari keluar rumah.
Jennie berlari dan membuka gerbang paksa, dia berlari berharap ada taksi yg lewat tetapi tidak mungkin karena baru aja jam 4 subuh.


Tintin!



Klakson mobil mengagetkannya, Jennie berdiam diri dengan tubuh gemetar saat kaca jendelanya terbuka,
"Doyoung?" lirihnya.
"Jennie,ngapain lo pagi pagi gini pergi ngga dimarahin Jhony?".
"Doy tolong anterin gue ke apartemen Shasa plis" mohon Jennie dengan raut wajah yg putus asa.
"Tapi lo..."
"Gue bakal cerita yg penting cepet anterin gue ke apartemen Lalisa" Doyoung mengangguk lalu membuka pintu mobilnya, Jennie langsung masuk takut jika Jhony melihatnya yg akan membuat menjadi salah paham.
"So, bisa lo cerita?"
"Gue hamil"
"APA!!" Doyoung syok "Jangan bercanda di subuh subuh gini goblok ngga baik".
"Ngapain gue bercanda si sat, gue serius ini, gue hamil anak Jhony tapi gue ngga tau dia tanggung jawab atau ngga" Jennie kembali terisak melihat Jhony tadi seperti tidak percaya atau tidak mau bertanggung jawab,membuah hati Jennie teriris perih.
"Jhony bakal tanggung jawab gue jamin Jen, kalo ngga tanggung jawab gue sama yg lain bakal bikin dia bentrok".
"Jangan Doy, gue ngga mau Jhony kenapa napa karna gue cinta sam dia dan dia adalah ayah dari bayi yg sekarang gue kandung" Jennie mengelus perutnya yg datar, didalam perutnya sekarang terdapat satu nyawa yg harus ia jaga dan ia sayangi sampai kapanpun. Jikalau Jhony tidak mau bertanggung jawab Jennie akan pergi dari Indonesia dan pergi sejauhnya dari Jhony, dan dia akan memulai hidup baru berdua bersama anaknya nanti.
"Jangan nangis anjir dikira nanti gue ngapa ngapain lo" sungut Doyoung, dia juga iba terhadap keadaan Jennie sekarang, hanya menggunakan baju tidur tanpa alas kaki,rambut yg berantakan, mata yg sembab persis seperti orang gila.
"Lo nyetir lama banget sih, tinggal salip doang jalanan juga senggang" sinis Jennie, oke Doyoung harus sabar menghadapi wanita hamil disampingnya ini.
"Udah numpang nyolot pula" ucapnya lirih.
"LO NGOMONG APA!" bentak Jennie, Doyoung hanya menggelangkan kepala sambil tersenyum polos. Sekitar 20 menit sampailah dibangunan apartemen milik Lalisa, Jennie membuka pintu begitupun Doyoung.
"Ayo gue anter, nanti lo kenapa napa lagi gue yg disalahin Jhony" Jennie mengangguk, apartemennya lumayan ramai mungkin jadi dia tidak takut juga ada Doyoung yg menemaninya. Sampai didepan pintu apart Shasa, Jennie menekan bel berulang kali tidak sabaran.
"Sabar kenapa si, Shasa juga pasti lagi tidur"
"Brisik lo" Jennie nyolot, Doyoung mengelus dada. Pintu terbuka terlihat presensi Shasa dengan muka baby face yg menggemaskan, baju tidur motif kucing, seperti anak remaja padahal umurnya udah kepala dua, Doyoung sampe melongo melihat penampilan Shasa.
Pantes aja Taeyong ngga bisa move on, orang cantik begini bentukannya anjrot batin Doyoung.
"Ya ampun kalian berdua pagi pagi ngapain ke apartemen gue sih? Nanti siang kan bisa" ucap Shasa dengan mata merem melek masih ngantuk. Tetapi ngantuknya hilang ketika Jennie memeluknya erat sambil menangis, sontak Shasa panik mendengar Jennie menangis lebih keras, Shasa melihat Doyoung guna menjelaskan apa yg terjadi tapi pemuda itu hanya menggelangkan kepala, tanda tidak tau atau mungkin tidak mau menjelaskan.
"Lo kenapa Jen? Ayo sini masuk dulu, Doy ayo masuk jangan didepan pintu" ajaknya sambil memeluk Jennie memberi ketenangan pada sahabatnya itu.
"Gue pulang aja deh Sha, gue juga pengin tidur ngantuk gue baru aja lembur di kantor eh ngga sengaja ketemu Jennie dijalan ya udah gue anterin dia" jawabnya, Doyoung melihat ke arah pergelangan tangannya jam menunjukan pukul 5 subuh "Yaudah ya Sha Jen gue balik dulu ngantuk mau tidur" Jennie hanya diam memeluk Shasa sedangkan Shasa tersenyum sembari mengangguk.
"Makasi ya Doy udah nganterin Jennie, hati hati dijalan" Doyoung tersenyum manis membuat siapapun akan pingsan, sama hal nya sepertinya yg akan goyah, Shasa menggelengkan kepalanya guna menghilangkan pikirannya tadi.
Inget Enu Sha, cowo lo itu juga cakep banget kaya oppa oppa koreyah batinnya.
"Ayo masuk Jen jangan diluar dingin apalagi lo ga pake alas apapun" Lalisa membawa Jennie ke dalam apartemennya, mendudukan Jennie di sofa dan dia pamit ke dapur membuatkan susu untuk Jennie agar dia tidak kedinginan.
Kurang lebih 7 menit, akhirnya Shasa selesai membuat susu hangat dan meletakannya di meja,dipandanginya sahabatnya itu yg melamun.
"Lo kenapa Jen? Crita ke gue,kita sahabat oh bukan kita udah kaya sodara tau ngga dari kecil kita bareng bareng jadi kalo ada apa lo bisa crita ke gue".
"Gue... Hiks.. Hiks.. Ha..mil"
Shasa terkejut sampai dia terdiem.
"Gue ngga tau harus ber ekspresi apa, gue juga tau anak siapa yg lo kandung" Shasa menghela napas pelan "Jawab gue Jen, itu anak Jhony kan?" Jennie melihat ke arah Shasa dan mengangguk kecil.
"Ngapain lo nangis, udah jelas yg buntingin lo kan Jhony kaya ngga tau aja Jhony cinta mati sama lo, ya sama lah kaya lo berdua".
"Tapi dia se akan akan kaya ngga mau tanggung jawab ke gue Sha hiks... Pas gue bilang tadi dia malah tanya anak siapa yg gue kandung udah jelas jelas gue cuma tidur sama Jhony doang kan ngga sama siapa siapa hiks hiks heran gue,maunya enak doang tanggung jawab ngga mau dasar bajingan hiks.. Kalopun dia ngga tanggung jawab gue bakal pergi jauh dan gue mulai hidup baru berdua sama anak gue" Jennie cerita sambil nangis nangis hatinya sungguh sakit memikirkan tadi saat Jhony bertanya anak siapa yg sekarang dia kandung.
"Brengsek juga dia, ishh mau gue bogem rasanya si Jhony" Shasa juga ikut emosi mendenger cerita Jennie "Bentar deh gue telfon yg lain dulu suruh ke sini kita selesein bareng bareng okay jangan nangis,kita slalu ada buat lo kok" Shasa mengelus punggung Jennie dan mengelus perut Jennie "Hay dede bayi aunty tunggu kehadiran kamu disini, sehat sehat ya sayang semoga kamu jadi anak yg baik dan membuat orang yg disekeliling kamu bahagia, Tuhan memberkatimu" Jennie tersenyum dan terharu Shasa bicara kaya gitu, bawaannya pengin nangis aja dia sensitif maklum bumil.
"Gue chat Ochi deh suruh kesini sama yg lain biar kita mikir bareng bareng gimana jalan keluarnya" ucapnya "Bentar gue ambil hp dulu dikamar".
Setelah mengambil hp Shasa menelfon Ochi, ngga peduli dia sekarang jam berapa menelfon sahabatnya itu.


Mine Is Still MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang