26. Prank

39 2 0
                                    

Sudah 2 hari berlalu semenjak kejadian perkelahian Adit dan Zaki. Adit selalu membuang muka ketika berpapasan dengan rara, entah karena dia belum bisa memaaf- kan rara atau memang dia membenci rara yang sudah mengaitkannya ke dalam hubungannya dengan zaki.

Rasanya sepi, berbeda saat adit yang selalu berbuat ulah padanya, yang selalu membuat hal-hal yang bisa membuat rara kesal setiap kali bertemu dengannya. Entah perasaan seperti apa ini, kenapa begitu aneh. Apakah karena selama ini sudah terbiasa di ganggu adit, jadi ketika dia tidak mengganggu rasanya ada yang beda.

"Ah sudahlah apa pentingnya lelaki itu, memang dia siapa? Kenapa gue harus mikirin dia, dia cuma pacar sahabat gue, dasar bodoh" gerutu rara sambil menutup wajahnya dengan bantal.

"Ra... Ada mei" panggil bunda yang kini muncul dari balik pintu kamar.

"Kamu ngapain nutup mukamu pake' bantal? Yang ada kamu gak bisa nafas" celoteh bunda yang melihat kelakuan anak pertamanya itu.

"Hehe... Lagi latihan nahan nafas bun" jawab rara nyengir sambil berdiri berjalan keluar kamar.

"Hai beib, ngapain? Tumben sore-sore kesini, gak ngabarin dulu" tanya rara yang melihat mei sudah duduk di ruang tengah (ruang keluarga).

"Ikut gue yuk" ajak mei

"Kemana?" Tanya rara sambil mengerutkan dahinya.

"Mall" jawab mei singkat

"Berdua?" Tanya rara sambil menunjuk mei kemudian menunjuk dirinya sendiri.

Mei menggeleng "Adit" ujar mei sambil memberikan kode jika adit ada di luar.

"Gak deh, kalian aja ya... Gue lagi males banget" tolak rara

"Yakin?" Tanya mei lagi

Dengan cepat rara menganggukan kepala- nya.

"Ya udah deh, anter gue ke depan" pinta mei pada rara sambil menggandeng tangan rara.

"Ah manja udah tua juga" ledek rara

"Heh.. mau itu mulut gue lakban, bilang gue tua" mei tidak terima dengan kata-kata rara.

"Bercanda gue, serius banget nanggepinnya"

"Bye... Hati hati" ujar rara pada mei yang sedang membuka pintu mobil. Rara segera berjalan berbalik arah, tidak ingin lama lama berada disana. Tapi seseorang mengejarnya kemudian menahan tangan kanan rara, membuat rara berbalik menghadap ke arah orang tersebut.

"Lepasin tangan gue" ujar rara pada adit yang kini berdiri di hadapannya.

"Ikut, kalo mau gue maafin" perintah adit.

"Gak lo maafin juga gak masalah buat gue" jawab rara yang sudah menatap lekat wajah lelaki itu.

"Ikut atau gue paksa masuk sekarang" perintah adit tanpa memberikan pilihan.

Mei hanya melihat mereka berdua dari dalam mobil.

"Oke, gue ganti baju dulu" jawab rara sembari berjalan memunggungi adit.

10 menit kemudian.

"Tadi katanya gak mau ikut, males" ledek icha sambil menirukan gaya rara berbicara.

"Berisik anak kecil" sambil memelototi icha.

"Pergi dulu ya bun" rara menyujud tangan bunda.

"Hati-hati" ujar bunda yang sudah mengantar rara sampai teras.

***

Sepanjang perjalanan hening yang tercipta, tanpa ada yang berceloteh, hanya terdengar alunan lagu dari radio yang mengisi keheningan di antara mereka.

SATU NAMA, SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang