12. Pengakuan

45 4 0
                                    

"Ra, lu marah sama Aditya?" Tanya Febby tiba-tiba.

"Udah jangan sebut nama dia lah, Males gue denger nama itu orang deh" jawab Rara dengan muka sebal.

"Aditya itu baik loh ra, gak sejahat yang lu kira" timpal Lina.

"Dia itu jahat, dia gak jauh beda dari Zaki, sama!!" Jelas Rara kesal.

"Kalo dia jahat gak bakal dia kasih cokelat itu ke lu" tiba-tiba Vanya keceplosan gak bisa ngerem perkataannya.

Indira, Cici, Febby dan Lina kesal melihat Vanya yang begitu tidak bisa menutup mulutnya.

"What? Ini dari dia?" Rara kaget ketika mendengar ucapan Vanya.

"iii...iiyaa" jawab Indira dan Vanya kikuk.

"Ni pulangin ke dia, gue gak butuh, gue bisa beli sendiri" jawab Rara sambil menyerahkan kantong yang berisi cokelat itu pada Febby.

"Ini amanah dari dia dan kita cuma nyampein ke lu, kalo lu gak mau terima.. ya lu pulangin aja sendiri" jawab Indira sambil merebut bungkusan itu dari tangan Febby dan memberikannya kembali pada Rara.

                                                                                        ********

"Mau kemana lu bang, beres-beresin baju" tanya Rara yang melihat kevin memasuk-kan  baju-bajunya ke dalam tas.

"Mau balik lah, masa ya gue mau tinggal di sini selamanya" jawab Kevin.

"Huff... Sekarang?" Tanya Rara lagi sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam.

"Besok lah cintakuu, abis anterin lu sekolah" jawab Kevin sambil merangkul Rara.

"Oke, siap"

Di kamar Rara tiba-tiba saja memikirkan Aditya, apa maksud laki-laki itu memberinya cokelat, apa sebagai tanda minta maaf? Kenapa sifatnya tidak jelas sekali, kadang marah, kadang baik, kadang kasar, kadang manis.

"Arghghh..." Rara meremas kepalanya.

"Laki laki semua sama, jahat, gak punya hati" umpat Rara kesal.

________________________________________________________________________________

"Bun, yah, rara berangkat ya" pamit rara pada kedua orang tuanya sambil menyalami keduanya.

"Buruan" teriak Kevin dari jendela mobil.

"Sabar" Rara memasang tali sepatunya asal.

"Kesiangan mulu, gimana mau jadi murid teladan" ejek Kevin sambil melajukan mobilnya.

"Gue gak butuh jadi murid teladan, yang penting gue cepet lulus dari itu sekolah" jawab Rara sambil mengunyah roti nya.

"Gue aduin bunda lu" ancam Kevin

"Haha, becanda, jahat banget lu bang" Rara memukul tangan Kevin.

"Sana masuk, oh ya gue nitip pesen sama lu, besok-besok kalo gue kesini jangan pernah gue liat muka kadal itu lagi" jelas Kevin.

Rara paham siapa yang di maksud Kevin kadal, tidak lain iya lah Zaki.

"Iyaa" jawab Rara pelan.

SATU NAMA, SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang