"Ra, zaki udah jemput" teriak bunda dari luar kamar rara.
"Fuih..." Rara menghembuskan nafasnya kasar, mau tidak mau dia harus pergi bareng zaki.
"Kamu gak sarapan dulu?" Tanya bunda pada rara yang buru-buru melangkah keluar.
"Gak usah bun, udah telat" jawab rara sambil menyujud tangan bundanya.
"Pergi dulu ya tante,assalamualaikum" ucap zaki sambil menyujud tangan bunda.
***
"Kamu masih marah sama aku?" Tanya zaki memecah keheningan yang sejak tadi saling berdiam tanpa suara.
"Aku minta maaf, aku salah kemarin sudah marah-marah sama kamu" ujar zaki sambil melajukan motornya.
"Heemm" jawab rara yang masih kesal karena ingat kelakuan zaki kemarin.
"Apa yang hemm?" Tanya zaki mencoba mencairkan suasana.
"Iya di maafin" jawab rara datar.
"Jangan marah lagi ya, kalo kamu marah aku gak bisa tidur semaleman"
"Iih apaan siih" rara tidak bisa menahan senyumnya ketika mendengar ucapan yang di lontarkan zaki.
"Aduh aduh sakit, ampun" teriak zaki ketika cubitan rara sudah jatuh di pinggangnya.
"Nah kan kalo ketawa gitu cantik" puji zaki yang melihat rara dari kaca spion motornya.
"Udah deh masih pagi, udah gombal aja" cicit rara.
"Nih cokelat ganti cokelat yang aku buang kemarin" zaki mengeluarkan sebuah cokelat dari dalan tas ranselnya setelah tiba di tempat parkir.
"Gak usah" jawab rara singkat
"Ambil, gak ngehargain aku ya? Aku udah belinya jauh-jauh" pinta zaki agar rara mau menerima cokelat darinya.
"Jauh? Beli dimana emang?" Tanya rara penasaran.
"Minimarket deket rumah"
"Jelas jelas dari kata-kata itu deket rumah, berarti deket, dari mana jauhnya" tanya rara lagi.
"Ya kan kalo jalan kaki, lumayan capek" jawab zaki sambil menahan ketawa.
"Lebih capek lagi kalo jalannya pake tangan" jawab rara kesal.
"Cie ngambek lagi, bercanda" ujar zaki sambil mengacak rambut rara.
"Ki..." Panggil bowo dari kejauhan.
"Aku duluan ya, bye bunglon" ejek rara sambil melangkah cepat meninggalkan zaki.
"Awas kamu ya" teriak zaki yang tak terima di panggil dengan nama aneh itu.
***
"Sstt..." panggil vanya sambil mengulurkan 1 buah cokelat.
"Kerjaan siapa sih" rara meletakkan tasnya, dan menerima cokelat yang diberikan vanya.
"Lo gak tau orangnya?" Tanya rara
"Ya mana tau gue ra, tiba tiba dateng udah ada di laci meja___" belum selesai vanya ngomong, rara sudah membekap mulut vanya, dan dengan cepat memasukkan cokelat ke dalam laci.
"Apa?" Tanya vanya bingung
Rara hanya memberikan kode dengan memutar bola matanya, mengisyaratkan kalo ada zaki. Zaki yang saat itu baru masuk kelas bareng bowo, untungnya zaki tidak melihat ke arah mereka.
"Emang kenapa kalo ada zaki?" Tanya vanya yang sekarang sudah mendekatkan wajahnya pada rara.
"Kemarin cokelat yang lo suruh tanya ke dia, dia buang ke kotak sampah, itu cokelat bukan dari dia" jelas rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Ficção AdolescenteBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...