"kamu sana berdiri disana juga" suruh pak didi ketika rara masuk gerbang sekolah.
Mata rara langsung melihat ke arah yang di tunjuk pak didi, sudah ada beberapa siswa dan siswi disana berbaris rapi seperti barisan yang akan melaksanakan upacara, termasuk ketiga sahabatnya, febby, lina juga ada disana.
"Kenapa?" Tanya rara pada sahabatnya
"Gak tau kenapa, tiba tiba pas dateng mau masuk udah di suruh berdiri disini" jelas febby.
Adit yang baru memasuki gerbang, mengerutkan dahi melihat barisan mereka.
"Itu kenapa pak?" Tanya adit pada pak didi sambil menunjuk ke arah barisan yang menjadi tontonan setiap siswa siswi yang masuk gerbang.
"Minggat!! Kamu mau berdiri disana juga?" Jelas pak didi sembari melotot kearah barisan itu.
"Matii kita" jawab vanya dengan muka cemas.
"Eh ngapain kamu?" Tanya pak didi pada adit yang berjalan menuju barisan, dan mengambil tempat berdiri di sebelah rara.
"Saya juga kemarin minggat pak" teriak adit pada pak didi.
Bel sekolah sudah berbunyi, bertanda sudah waktunya masuk kelas.
Barisan "anak teladan" itupun sudah banyak sekali yang mengisi, bahkan zaki pun ada disitu. Ya biasa anak anak menjuluki "anak teladan" untuk siswa siswi yang sering berada di barisan istimewa seperti itu. Apalagi saat hari senin atau sabtu saat upacara, barisan istimewa selalu ada yang berisikan siswa siswi yang lupa bawa topi, dasi, atau ketahuan gak ikut upacara, pasti di masukin ke barisan "anak teladan".
"Jangan ada yang bubar sampai jam 10" perintah pak didi.
Pak didi adalah salah satu guru killer, yang di takuti siswa siswi di SMA Negeri 53. Pak didi tidak segan untuk mengambil tindakan untuk anak anak yang sering kali berulah, berkelahi, bolos dan semacamnya.
"Jadi ikan asin lah kita" gerutu vanya
"Lo si feb, ngajakin kita" cici cemberut
"Lah, nyalahin gue. Padahal dia pada mau" febby tak terima disalahkan.
Sudah 2 jam mereka berdiri di tengah lapangan sekolah. Dan jadi tontonan banyak siswa siswi yang lalu lalang, dan kelas XI IPA 3 yang sedang menggunakan lapangan karena memang sedang mata pelajaran olahraga.
"Stt..." Panggil adit pada seorang siswa yang sedang lewat sambil melambaikan tangan- nya. Siswa itupun mendekatinya, adit memberikan selembar uang pada siswa tersebut, entah apa maksudnya.
Tak lama anak itupun kembali sambil membawakan 3 air mineral botol.
"Dit... Minta" panggil lina pada adit.
"Ini?" Tanya adit sambil menunjukkan air mineral yang dia pegang. Linapun menganggukan kepalanya cepat.
"Belii" ejek adit.
Mata rarapun melirik pada adit, memperhatikan minuman di tangan adit, betapa haus kerongkongannya, dan matahari memang sedang tidak sebersahabat itu padanya, rara merasa sudah seperti berada di tengah padang pasir.
"Kenapa?lo mau juga?" Tanya adit pada rara yang tertangkap basah melirik ke arahnya.
"Ogah" tolak rara ketus, padahal dia memang menginginkannya.
"Lo mau juga gak bakal gue kasih" ujar adit sambil memegang botol air mineralnya yang sekarang hanya sisa tersisa 1 botol. Sebab 1 botol sudah habis dia minum, dan 1 botol lagi dia berikan pada axel.
"Sana jauh jauh lo, gerah gue lo berdiri deket gue" usir rara sambil mendorong adit pelan.
Zaky hanya memperhatikan mereka berdua yang selalu bertengkar bagai tikus dan kucing. Zaky pun mendekati rara dan menarik tangan rara, mengajaknya pindah kebarisan tengah, bertukar posisi dengan siswa lain. Zaki memakaikan topi miliknya kepada rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Teen FictionBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...