"cie cie... Ujanan bareng" ledek Wulan yang melihat aditya dan rara yang baru tiba.
Ledekan itu membuat beberapa mata melihat ke arah mereka dan ikutan bersorak. Sedangkan sepasang mata lagi menatap lekat tak bergeming, dengan tangan yang terkepal dan sedikit mendengus kesal.
"Sayaang, lo gpp kan?" Teriak vanya yang langsung menghampiri rara diikuti oleh kedua sahabatnya yang lain.
"Gue gpp, tadi nungguin ujannya reda dulu, sekalian sarapan" jawab rara sambil menarik sedikit senyum dari sudut bibirnya.
"Udah sana mandi" ujar cici sambil mendorong rara ke dalam rumah menuju arah kamar mandi.
Selesai mandi dan merapikan semua isi tas yang sudah berserakan, rarapun keluar dan matanya mencari cari sesuatu, melihat rumah yang sudah sepi dan hanya ada beberapa guru.
"Yok.." ajak vanya.
"Cici sama indira?" Mata rara mencari sekeliling yang memang sudah sepi.
"Udah berangkat mereka" jawab vanya
"Terus, kita?" Rara masih bingung
"Tuh, ikut mobil guru, masih ada tempat dikursi bagian belakang" jawab vanya sambil menunjuk sebuah mobil.
Rarapun garuk garuk kepala, mungkin sudah kesiangan, di tambah dia mandi agak lama, jadi bus pun sudah berangkat lebih dulu.
"Loe? Ngapain ikut di sini juga?" Tanya rara ketika melihat aditya yang sudah duduk di kursi belakang.
"Gara gara loe gue jadi di tinggal bus juga" jelas adit
"Wkwkk...sorry" rara tertawa sambil menyatukan kedua tangannya memberi isyarat permintaan maaf.
Mobil pun melaju, butuh waktu 1 jam untuk menuju ke tambang batu bara. Vanya tertidur dengan kepala yang tersandar di jendela mobil. Adityapun begitu dengan handsfree yang terpasang di kedua telinganya.
Rara membuka ranselnya lalu mengambil cokelat dan memakannya. Satu tangan tiba tiba menarik paksa cokelat dari tangan rara dan mengambil sebagian cokelat kemudian langsung memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Lo ini, kebiasaan banget nyomot punya orang" bentak rara pada adit.
"Minta.." jawab adit sambil melepas sebelah handsfreenya.
"Minta minta, orang dimana mana kalo minta itu ngomong dulu baru ambil, ini ambil dulu baru ngo ___" omelan rara terhenti ketika tangan aditya sudah membekap mulutnya.
Mata rara melotot menatap adit, memohon untuk melepaskan tangannya. Aditpun langsung melepaskan tangannya dan memberikan sebelah handsfreenya pada rara.
"Gue gak suka lagu dangdut" ledek rara.
"Dengerin dulu baru komentar" jawab adit.
"Hehehe...." rarapun cengengesan sambil memasang sebelah handsfreenya.
"Ini lagunya ungu kan" tebak rara.
"Heemm..." Jawab adit
"Judulnya aku ingin kau tau kan?" Tebak rara asal.
Bahu adit bergetar menahan tawa.
"Asal aja loe ngerusak judul lagu orang, judulnya Tercipta untukku" jawab adit.
"Ya mana tau gue, biasa kan judulnya gak jauh dari reffnya" jawab rara.
*****
"Aww...." Teriak rara membuka matanya ketika merasakan seseorang mencubitnya.
Aditpun terbangun dari tidurnya karena teriakan rara yang hampir memecah telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Teen FictionBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...