28. Izin

38 2 0
                                    

"Bun..." Panggil rara pada bunda yang sedang duduk bersama di meja makan.

"Apa?" Tanya bunda yang sedang menuangkan teh hangat untuk ayah.

"Adit ngadain acara tahun baru di rumahnya, rara ___" rara tidak berani untuk melanjutkan kalimatnya.

Suasana hening sebentar.

"Gpp kalo kamu mau ikut" jawab ayah tiba tiba.

"Boleh yah?" Tanya rara ragu ragu

"Bunda sama ayah gak pernah ngekang kamu, kamu sudah dewasa.. kamu pasti tau mana yang baik, mana yang gak. Selagi kamu bisa jaga kepercayaan bunda dan ayah, bisa jaga diri kamu. Kamu boleh melakukan apa saja (maksud bunda hal positif)" ceramah bunda.

"Jadi boleh bun?" Rara masih belum yakin.

"Boleh, siapa saja yang ikut?" tanya bunda lagi

"Cici, indira, vanya, anak anak 1 kelas di ajak adit semua" jawab rara bersemangat.

"Icha juga boleh ya bun, tahun baruan bareng bela, nita dan selvi" rengek icha.

"Gak... Kamu ajak mereka tahun baruan disini aja" jawab bunda.

"Anak kecil, ikutan aja" ledek rara pada icha yang sudah manyun.

"Kamu pacaran sama adit?" Pertanyaan ayah membuat rara tiba-tiba tersedak, membuat rara buru-buru meminum air putih yang sudah di tuangkan bunda.

"Pelan-pelan makannya" ujar bunda

"Yah, adit itu pacar mei. Masa' iya rara nikung temen sendiri" jawab rara pada ayah yang sudah menatap nya.

"Siapa tau" jawab ayah

"Adit itu anaknya baik, sopan kalo ayah liat" sambung ayah

"Apanya sopan, buaya kayak gitu" umpat rara.

"Rara berangkat yah, bun" rara pamit mencium tangan ayah dan bunda.

*****

Sekolah

"Kenapa? Berantem lagi?" Ujar rara yang melihat adit berjalan timpang ketika masuk gerbang.

"Jatuh"

"Bohong, berantem kan? Bisa gak lo itu gak berantem sehari aja, gak kasian muka sama badan lo yang selalu ada aja lukanya" ceramah rara.

"Diem!" Perintah adit dengan tangan yang sudah membekap mulut rara.

"Ikut gue" rara menarik tangan adit, membantu adit berjalan menuju UKS.

"Kenapa kak?" Tanya seorang anak PMR

"Tuh, kakinya minta di potong" jawab rara sambil menunjuk kaki adit dengan wajah mengejek.

"Haha.. jangan lah kak, kasian kalo kaki kak adit di potong, nanti siapa yang gendong kakak lagi ke UKS" ujar anak itu.

"Asem.. kenapa jadi gue yang kena" umpat rara.

"Kenapa kakinya?" Tanya rara pada hadi.

"Terkilir aja kak, kakak jatuh ya?" Tanya hadi pada adit.

"Iya" jawab adit singkat.

"Cuma butuh di kompres aja kak, kakak istirahat aja dulu, jangan banyak gerak dulu" ujar hadi mengingatkan.

"Aku cari es nya ke kantin dulu ya kak" hadi pamit.

"Es jeruk ya" jawab adit.

"Plak..." 1 pukulan mendarat di lengan adit.

Tak lama hadi kembali membawa es batu dan sebuah kain.

SATU NAMA, SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang