"Bunda pergi ya" pamit bunda sembari mencium dahi rara dan icha.
Rara melambaikan tangannya pada bunda yang kini sudah berlalu.
"Mau ngapain lo?" Tanya icha yang melihat rara kembali ke kamar.
"Tidur lagi, bangunin gue 1 jam lagi" ujar rara pada icha sembari melihat jam dinding yang menunjuk ke angka 5.
2 Jam kemudian
Hp rara berdering, tangannya meraba raba mencari ponsel miliknya yang ada di bawah bantal.
"Halo..." Jawab rara dengan suara masih parau.
"Belum bangun ya? Gak sekolah?" Tanya joe dari seberang telepon.
Rara membuka kedua matanya dengan cepat lalu melihat jam dinding di kamarnya, betapa kagetnya ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 6.50.
"Astaga... Joe nanti aku telepon balik ya. Aku mandi dulu" ujar rara kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Icha bener bener ya kelewatan!!" Gerutu rara yang sudah bergegas memakai seragam sekolahnya, jam kini menunjukkan pukul 7.10, rumah sudah kosong, ichapun sudah lebih dulu pergi ke sekolah.
"Telat lagi" umpat rara yang kini memukul kepalanya sambil berlari cepat memasuki gerbang sekolah.
"Dasi kamu mana? Tali sepatu.. kamu kesiangan?" Tanya pak didi sambil menunjuk tali sepatu rara yang tidak terikat
"Maaf pak" jawab rara pelan
"Sana lari, keliling lapangan 3 kali" suruh pak didi sembari menunjuk ke arah lapangan yang sudah ada beberapa siswa disana yang berlari memutari lapangan karena terlambat juga seperti rara.
Setelah selesai dengan hukumannya Rara berlari cepat menuju kelasnya. Mengetuk pintu kelas yang sudah tertutup, matanya melirik vanya yang juga melihat ke arahnya, di ikuti mata-mata lain yang menatapinya.
"Maaf bu, telat" ujar rara mendekati meja bu Dian, rara masih mengatur nafasnya yang masih ngos ngosan.
"Duduklah" suruh bu Dian.
Vanya masih saja diam, tidak sama sekali mengajaknya bicara atau bertanya bawel seperti biasanya. Rara mengeluarkan buku pelajaran miliknya dari dalam tas lalu mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Gak ke kantin?" Tanya lina yang duduk di kursi milik vanya.
"Males" jawab rara sambil mencoret coret buku tulisnya.
"Lo lagi ribut sama vanya?" Tanya lina penuh selidik.
"Hmm..." Rara bergumam menundukkan wajahnya.
"Lo gak laper?" Tanya lina lagi
"Gak, sana...ke kantin sana, gue pengen sendiri" usir rara sambil mendorong lina agar meninggalkannya.
20 menit kemudian
"Nih" cici meletakkan sebuah kantong kresek hitam di depan rara.
"Apa?" Tanya rara.
"Buka aja, jangan lupa di makan" ujar cici sembari berjalan meninggalkan rara.
"Makasih" ujar rara pelan.
Cici masih bersikap seperti biasa, hanya sedikit menjaga jarak, mungkin karena tidak ingin yang lain salah paham.
Rara membuka kantong yang di berikan cici, ada 2 buah roti cokelat dan air mineral botol. Rara langsung membuka bungkus roti dan memakannya karena perutnya memang cukup lapar, karena tadi tidak sempat untuk sarapan, di tambah harus keliling lapangan.
*****
Rara berjalan keluar gerbang, sendiri tanpa cici, indira dan vanya. Rara kaget ketika seseorang menarik tangannya secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Novela JuvenilBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...