3. Sang Ketua Kelas

64 4 0
                                    

"kak bangun di panggil bunda" Icha membangunkan Rara yang masih tertidur

"Iya, bentar lagi" jawab Rara pada adik semata wayangnya itu.

Merischa Putri seorang gadis yang duduk di bangku SMP kelas 2. Adiknya itu bawel, cerewet dan tukang iseng, tidak berbeda jauh dari Rara.

"Mau duit gak? Buruan bunda mau pergi, nanti gak di kasih duit lu" Icha masih mencoba membangunkan Rara yang belum juga membuka kedua matanya.

Mendengar kata "duit" Rara langsung bangun dan mengambil langkah seribu.

"Mana bun?" Rara mengulurkan tangannya.

"Itu" tunjuk bunda pada setumpuk pakaian yang sudah di cuci yang berada di dalam baskom besar.

"Fuiiihh, pagi - pagi udah di kerjain gue" gerutu Rara geram sambil menghela nafas kasar.

Rara langsung mengangkat tempat pakaian yang sudah di cuci, untuk di jemur. Setelah selesai menjemur pakaian Rara mencuci muka dan mengambil sarapan dari atas meja makan.

Jam menunjukkan pukul 09.10, Rara memutuskan untuk menyantap nasi goreng masakan bunda terlebih dahulu. Apapun masakan bunda pasti selalu enak, bunda memang wanita yang sangat pintar memasak, tidak heran tiap kali sahabatnya main ke rumah, mereka selalu makan banyak dan terus menerus memuji masakan bunda.

"Kak ada teman lu tuh" Icha menghampiri Rara yang sedang asik menonton tv.

"Suruh aja masuk kali, kayak baru aja main kesini" gerutu Rara pada Icha yang sudah melangkah pergi meninggalkannya.

Rara berjalan dengan santai dengan mulut yang masih mengunyah nasi goreng.

"Maaass..." Rara kaget ketika melangkah keluar yang dia dapati bukan sahabatnya tapi Zaki yang kini berdiri di hadapannya.

Rara menelan ludah, merasa malu karena keadaanya, yang menggunakan baju tidur, rambut berantakan dan belum mandi. Zaki tersenyum melihat Rara yang salah tingkah di hadapannya.

"Sorry Ki, tadi aku kira vanya" Rara berkata malu sambil menundukkan wajahnya.

"Memang Vanya mau kesini?" Tanya Zaki.

"Iya" jawab Rara singkat sambil menganggukan kepalanya.

"Aku mau kembaliin catatan kamu ini" Zaki memberikan sebuah buku Dengan sampul berwarna biru muda.

"Makasih ya" ucap Zaki

"Iya sama-sama" jawab Rara malu sambil mengumpat kenapa juga dia bisa lupa kalau kemarin Cici memberikan alamat rumahnya pada Zaki.

"Gue pergi dulu ya, ada lomba" lanjut Zaki sambil berpamitan.

"Iya.. Semangat!!" Teriak Rara.

"Siap" Zaki tersenyum melihat tingkah Rara.

Di kamar Rara senyam-senyum sendiri, dia bingung kenapa tadi dia dengan spontan menyemangati Zaki "ah otak gue sudah gak beres ini" maki rara sambil memukul kecil kepalanya kemudian memutuskan untuk menyudahi kebengongannya dan lanjut untuk mandi.

"Kak... Ada kak Vanya" teriak Icha dari luar kamar mandi.

"Iya, bentar lagi selesai" jawab Rara sambil shampoan.

*** Ruang tamu ***

"Ini bukannya buku yang di pinjam Zaki kemarin ya" Vanya mencoba memastikan.

"Mana-mana" Indira merampas buku berwarna biru muda itu dari tangan Vanya.

"Apa tuh" Vanya langsung memungut selembar kertas kecil yang jatuh kelantai.

SATU NAMA, SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang