"Hey cantik" sapa beno, yang berdiri di depan ruang OSIS.
"Buaya" umpat rara melirik beno dengan senyum kecut.
"Pagi kak" sapa Nino ketika rara melewati kelasnya. Lelaki itu tidak canggung lagi pada rara, sudah berani menyapa rara tidak seperti awal dulu yang diam-diam sering meletakkan cokelat ke meja rara.
Rara hanya membalas sapaan nino dengan senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya.
Rara masih berjalan melewati koridor tiap kelas. Untuk mencapai kelasnya, rara harus melewati perpustakaan, ruang OSIS, kelas XI IPA 1-3.
"Eheeem, anak baru ya" ledek miko Ketika rara tiba di koridor depan kelasnya.
"Baru, matamu" jawab rara manyun.
"Ada anak baru woii" teriak miko membuat seisi kelas melihat ke arah rara.
"Sialan miko" umpat rara yang kini canggung karena di perhatikan hampir seisi kelas, termasuk zaki.
"Weh sahabat gue, cantik banget sih...gue sampe pangling loh" puji vanya.
"Foto dulu sini" ujar vanya lalu mengeluar- kan handphonenya, mengajak rara selfie.
"Berasa artis gue" bisik rara.
"Dapet mukzizat dari mana, sampe mau ganti style gini" tanya vanya penasaran.
"Mei kemarin yang ngajakin gue ke salon" jawab rara.
"Weeehhh, kirain siapa tadi, gak tau nya lo ra" ujar lina yang baru masuk kelas sambil memperhatikan penampilan rara.
"Mirip han jie eun" lanjut lina
*Han jie eun yang ada di drakor full house*
"Iya, tinggi badannya" sambung adit yang kini berdiri di depan meja rara dengan ekspresi mengejek.
Tinggi rara memang hanya 157cm, tidak begitu pendek. Cukup ideal lah untuk anak kelas 3 SMA. Berbeda dengan vanya yang memang memiliki tinggi badan 167cm, memang vanya agak jangkung.
"Lo yang ketinggian, kebanyakan makan bambu" ejek rara pada adit yang memang memiliki tinggi badan 170cm'an.
"Ngapain berdiri depan meja gue" sambung rara pada adit yang berada di depan meja- nya bersama axel dan andra.
"Gabung tahun baruan yuk" ajak axel.
"Gabung-gabung, di kata power rangers" cicit vanya.
"Dimana?" Tanya febby
"Terserah, rumah gue boleh" tawar adit
"Rumah lo ra" ajak lina
"Jangan rumah gue, tetangga gue punya anak baby, lo pada semua gak mungkin gak ribut" rara mengingat tetangga sebelah rumahnya baru 2 bulan lalu lahiran.
"Ya udah rumah lo aja dit, sekali kali main rumah ponakan kepsek. Sekalian aja ajak guru" ledek lina
"Yang ada lo bukan tahun baruan, tapi kelas tambahan" jawab andra yang sedari tadi diam kini buka suara.
"Kita aja?" Tanya rara
"Terserah, mau lo ajak satu kelas juga gpp, sekalin cici, indira" ujar adit mengingatkan.
"Itu sih gak usah di kasih tau juga pasti" jawab vanya.
"Mei ikut kan?" Tanya rara
"Mei?" Ujar andra dan axel hampir berbarengan menatapi wajah rara dengan tatapan bingung.
"Iya" jawab adit cepat.
"Mei siapa?" Tanya axel.
"Pacar __" belum selesai rara berbicara adit sudah menyeret axel dan andra keluar kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Ficção AdolescenteBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...