Rara mengedarkan pandangannya ke setiap sudut sekolah, syukurnya sekolah sudah sepi. Rara bergegas masuk ke toilet wanita, berganti pakaian secepat mungkin, lalu berjalan cepat melewati koridor kelas menuju gerbang.
Rara berdiri, memegangi hp nya. Sembari menunggu joe datang. Tak lama terdengar hp-nya berdering, dia bergegas menjawab panggilan masuk dari joe.
"Ya joe"
"Ra, maaf ya kayak nya aku gak bisa hari ini. Tiba-tiba ada kelas tambahan dadakan" ujar joe dari seberang telepon.
"Oh, ya gpp" jawab rara dengan nada kecewa.
"Kamu masih di sekolah? Hati-hati ya pulangnya" ujar joe
"Iya, makasih"
"Bye" joe memutus sambungan telepon.
"Gue udah ganti baju, dia baru ngabarin. Mau masuk lagi buat ganti baju nanti malah ada yang liat" gerutu rara dengan nada malas sembari menggaruk kepalanya bingung.
"Kalo gak nyaman, gak harus di pake'" ujar Adit yang melihat rara bergerak tak nyaman sedari tadi.
"Lo belum pulang?" Tanya rara yang kaget melihat kedatangan adit.
"Kalo gue udah pulang, gue gak akan ada disini" adit melangkah berdiri di depan rara.
"Mau apa?" Tanya rara kaget ketika adit mulai mendekatinya.
"Diem" suruh Adit yang mengikatkan jaket miliknya ke pinggang rara, agar bisa menutupi dress yang membuat rara tidak nyaman.
"Makasih" ucap rara menarik segaris senyum.
Adit berjalan menuju ke motornya.
"Ayo pulang" panggil adit pada rara yang masih berdiri mematung.
Rarapun melangkah mendekati adit. Ada banyak tanda tanya di kepala nya "sejak kapan adit disana? Kenapa dia belum pulang? padahal tadi kelas sudah kosong. Lalu dia dari mana?"
"Bentar" Adit memasang standar samping motornya, kemudian mengganti posisi jaket yang tadinya dia pasang ke bagian belakang, kini di ubah ke depan.
"Ayo naik" suruh Adit ketika sudah kembali ke atas motornya.
"Pegangan" Ingat adit pada rara ketika rara sudah berada di atas motor.
"Udah" jawab rara sembari duduk menyamping.
"Pegangan disini, kalo di belakang tiba-tiba gue ngerem mendadak lo bisa jatuh terus tangan lo patah, mau?" adit menarik tangan kanan rara kemudian melingkarkan ke pinggangnya.
"Gue gak nyaman" rara mencoba melepas tangannya.
"Kenapa? Lo punya rasa sama gue?" Tanya adit tiba-tiba.
"Aa..apa?lo bilang apa?" Rara kaget mendengar perkataan adit.
"Kalo gak, kenapa bilang gak nyaman?" Tanya adit yang kini menatapi rara.
"Ya gak gitu... Tapi, ah sudah lah. Ya ya ya" rara bingung harus berkata apa, kemudian mengalah dan kembali meligkarkan tangan- nya ke pinggang Adit.
*****
"Abis ngedate ya? Bolos sekolah ya?" Tanya icha ketika melihat rara yang kini masuk ke teras bersama adit.
"Asal aja kalo ngomong" rara meletakkan tasnya ke atas meja teras, sembari membuka sepatunya.
"Kok sepi, lagi gak ada orang di rumah?" Tanya adit.
"Bunda lagi ikut ayah ke luar kota kak" jawab icha.
"Udah makan?" Tanya adit pada icha
"Belum, nungguin kak rara pulang" jawab icha cepat
"Beli sendiri lah sana, nungguin gue, kalo gue pulang sore gimana?" Tanya rara yang berdiri dari tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Teen FictionBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...