ADIT POV
Mata adit menangkap ke arah seseorang yang sedang berjalan melewatinya, perempuan yang dia cari, perempuan yang membuatnya penasaran, perempuan yang berhasil mencuri hatinya sejak pertama kali dia melihatnya.
Perempuan itu sedang asik berbicara dengan temannya, sebelum menceburkan diri ke kolam renang yang ada di hadapan- nya.
"Ayo lompat, bareng ya... Hitung mundur 3,2,1" perempuan itu mulai berhitung mundur dengan tangan yang berpegangan dengan temannya, dan akhirnya.
Byuuur.... Terdengar suara cipratan air ketika kedua perempuan itu sudah terjun ke dalam kolam renang. Mata adit masih menatapi lekat ke arah tempat mereka melompat tadi.
"Kemana?" Adit memandangi kolam renang, seketika matanya menangkap hal yang tidak wajar.
"Sial, bantu gue ada yang kelelep" teriak Adit pada axel kemudian buru-buru berjalan lalu melompat menceburkan diri masuk ke dalam kolam renang. Akhirnya Adit mendapatkannya, membawa perempuan itu ke tepian kolam renang, kemudian menggendong ala bridal style.
"Temen gue!" Ujar perempuan yang sudah mengalungkan tangannya erat ke leher adit dengan suara pelan dan terengah.
"Damn... Sudah hampir mati, masih mikirin temannya" umpat Adit.
Aditpun meletakkan perempuan itu ke lantai. Di dekat rombongan kelasnya "temen lo kelelep" ujar Adit pada salah satu perempuan yang sedang berdiri, kemudian Adit melangkah membalikkan tubuhnya, pergi meninggalkan perempuan yang sudah dia tolong.
"Makasih" teriak perempuan yang sudah dia tolong.
Adit masih tetap melangkah, tanpa menoleh. Hanya mengangkat tangannya kemudian mengacungkan jempolnya.
______________________________________________Rara melangkah cepat mendekati mading sekolah yang di letakkan di dinding dekat perpustakaan. Matanya menatapi isi mading, dia bisa tenang setelah melihat tak ada fotonya disana yang terpasang seperti ancaman Adit kemarin. Rara mengeluarkan hpnya dari saku ketika hp miliknya berdering.
"My rain" tertera di layar hpnya. Rara hanya mendengus kesal "ngapain ini anak nelpon" gerutu rara masih menghadap papan mading.
"Kalo di telepon, angkat" ujar adit yang kini berada di belakangnya.
"Ngapain lo gerandong pagi-pagi buat gue jantungan tau gak?" Rara kaget ketika mendengar suara Adit yang kini sudah berhadapan dengan rara.
"Gue cuma mastiin, nama gue masih tetap sama di ponsel lo" Adit menunjuk ponsel rara.
"Ini juga mau gue ganti" rara mengotak atik hpnya.
"Ya silakan, kalo lo mau muka lo ada disana, jadi tontonan semua murid dan guru-guru di sekolah ini" ancam Adit
"Apa sih mau lo? Heran gue!!" rara mendengus kesal tidak mengerti dengan isi kepala Adit.
"Mau gue pulang nanti temenin gue beli sepatu, sepatu gue rusak" Adit menunjuk sepatunya yang robek kecil.
"Gaya banget jadi orang, robek kecil gitu aja langsung mau minta temenin beli sepatu baru" ejek rara yang masih menatapi ke arah sepatu Adit.
"Mau atau gak?" Pertanyaan Adit seolah bukan sebuah pertanyaan tapi lebih ke ancaman.
"Ya ya ya" rara mendengus kesal.
"Gitu dong" ujar Adit langsung merangkul rara sembari mengedipkan sebelah mata- nya
"Lepas, lo gak liat orang liatin kita!!" protes rara karena tidak nyaman jadi tontonan beberapa siswa yang lewat sembari senyum melihat mereka berdua.
"Biarin lah, ayo ke kelas" ajak adit masih merangkul rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU NAMA, SEBUAH CERITA
Ficção AdolescenteBagaimana jika kehidupan seseorang selalu di bayangi oleh sosok seorang dari masa lalu, entah itu karena sesuatu hal yang belum dia ketahui atau karena rasa ketidak ikhlaskan karena kehilangan seseorang yang selalu ada untuknya sejak 4 tahun lalu. B...