507 89 5
                                    

"(Y/N)!!!!"

Prakkk

Obat tablet itu langsung berserakan si lantai, menimbulkan suara bising, kala tangannya dihempas oleh tangan asing yang tidak diketahuinya. Gadis itu mengangkat kepala dengan tatapan kosong, mendapati seseorang menatapnya dengan emosi meledak-ledak.

"Kenapa?"

"Kenapa kau membuang obatku?"

Pertanyaan polos yang keluar dari mulut gadis itu membuat Fukube naik pitam. Dia tidak mengerti lagi, manusia mana yang mau memakan setumpukkan obat sekaligus, ia bahkan tidak bisa menghitungnya.

"Bodoh!!" bentaknya keras. "Sebenarnya apa yang salah denganmu?!!"

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hatinya tidak mencoba untuk mengelak dan berpura-pura tidak mendengar semuanya. Kepalanya tertunduk lemah, tidak sanggup menatap remaja di hadapannya.

"Sadar, (Y/n)! Kau mulai gila!!"

Dia memang gila. (Y/n) mengakuinya dalam hati dengan lantang. Dirinya kosong, tak bisa merasakan apapun. Perih dan sesaknya pun telah sirna, tapi tak ada yang menggantikan perasaan itu dalam hatinya. Apa yang (Y/n) rasakan? Tidak ada!

"Kau boleh menangis sepuasnya!! Kau boleh berteriak sekeras-kerasnya!"

Kepala (Y/n) bergerak sendiri tanpa kemauannya, terangkat tinggi hingga wajah Fukube yang putus asa dapat tertangkap dengan jelas olehnya.

"Tapi jangan begini ...,"

Hati gadis itu berdenyut, merasakan getaran berbeda, perasaan yang sudah lama tak ia temukan. Sesak menguasai dada secepat kilat, orang yang berada di hadapannya menjadi buram ketika air mata telah menggenang dalam netra.

Gadis itu mulai bergumam dengan suara bergetar, hingga akhirnya,

"HAAAAAAAAA!!!!!!!"

(Y/n) menjerit frustasi dengan suara serak. Bahunya merosot, tubuhnya ambruk ke lantai. Namun, sebelum itu terjadi Fukube menyadarinya terlebih dahulu, sehingga menangkap tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Gadis itu berteriak histeris dengan kedua tangan memeluk bahu Fukube erat. Suaranya yang bergetar terdengar memilukan, membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa prihatin, begitu menyayat hati.

"Aku tidak sanggup! Aku tidak bisa lagi!!" bentaknya. Fukube dengan sabar mengusapi punggung (Y/n), mencoba memberi sedikit ketenangan hati.

"Kau tidak mengerti!" ucapan (Y/n) terhenti sesaat ketika tenggorokannya tercekat, menahan nafas sejenak hingga melanjutkan, "Aku, aku sangat menyayangi ibu ...," lirihnya, suara mengecil perlahan.

(Y/n) masih terisak, dengan air mata yang meluncur deras membasahi bahu Fukube. "Aku bahkan belum sempat, aku tidak sempat mengatakan bahwa aku sangat menyayanginya!! Aku tidak ingin berpisah dari Ibu!!" suaranya kembali meninggi.

"Ibu selalu melimpahkan kasih sayangnya terhadapku, meskipun aku tidak mengingatnya sama sekali, dia tetap melakukannya! Selama ini aku hidup dalam keraguan, Fukube! Sampai saat kemarin aku masih ragu terhadap identitas diriku sendiri!!"

Fukube dapat merasakan bahu (Y/n) yang bergetar hebat. Isakan gadis itu terdengar jelas, tak dapat dipungkiri ia pun merasa sedih mendengar semua beban yang (Y/n) keluarkan dari kepalanya.

"Tapi kenapa? Pada akhirnya aku menemukan siapa diriku dan meyakini siapa keluargaku sendiri. Dan setelah itu," pegangan (Y/n) terhadap pakaian Fukube semakin erat, menimbulkan bekas kusut. "Aku malah kehilangannya." suaranya tertahan, sama seperti nafasnya.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang