Fukube's Side (bagian 2)

61 9 0
                                    

Atau mungkin malah menjadi penyesalan seumur hidupku.

Aku tau, aku tidak mungkin tidak merasakannya.

Kita semakin jauh, entah apa alasannya.

(Y/n)-chan tak menaruh dinding penghalang, tetapi tanpa hal itupun, kami semakin berjarak, terpisah oleh jurang terjal yang entah bagaimana tiba-tiba tercipta di antara kami.

Semakin aku mencoba meraihnya, semakin dia hilang dari hadapanku. Berkali-kali aku menyuarakan tanya, pada diri sendiri yang nyatanya tak memberi hasil apapun. Aku tak menemukan alasan dari kami yang semakin menjauh.

Tentu saja aku tak pernah lupa tentang hubungan kami.

"Sungguh, kau benar benar sahabat terbaikku."

Karena dia dengan baik hati selalu mengingatkannya padaku.

Jika dia tak pernah memberitahu di mana posisiku yang sebenarnya, mungkin aku tak akan pernah ingat, mungkin aku akan selalu tak tau diri hanya karena dia sedikit dekat denganku. Aku mungkin juga lupa bahwa ada hubungan yang lebih kuat dari itu yang bisa membuat ikatan sepele seperti kita tak teracuhkan.

Aku tak pernah sedikitpun merasa keberatan bisa menjadi sahabatnya. Aku senang bagaimana (Y/n)-chan menghargaiku dengan memberi titel luar biasa dalam hubungan antar manusia. Hanya saja, setelah mengetahui perasaanku yang sebenarnya,

Apakah itu cukup?

Maaf, aku memang egois.

"Fukube, liburan musim panas nanti kau ikut Ayah ke Tokyo, ya."

Aku mengernyitkan alis dalam. Kenapa Ayah mendadak sekali memberitahukan hal ini, dan lagi itu sebuah pernyataan, bukan pertanyaan yang menunggu jawaban dariku terlebih dahulu. "Berapa lama?" tanyaku pada akhirnya.

"Selama liburan, mungkin?" Ayah berucap santai sembari menyesap kopinya.

Aku menatap tak habis pikir pada Ayah, apa-apaan wajah tanpa dosa itu? "Apa maksud Ayah? Aku kan sudah pernah bilang aku akan tetap di sini, aku tidak mau ke Tokyo, apalagi menghabiskan waktu selama itu."

Ayah terdengar mengeluarkan nafas dengan raut wajah lelah, meski tak dapat aku perkirakan apa yang membuatnya lelah. Seharian ini kan Ayah hanya diam di kamar. Masa dia lelah menghadapi aku?

"Fukube, kau harus berhenti ketergantungan terhadap (Y/n)-chan."

"Hah?!" nada suaraku naik karena kaget. "Kenapa Ayah jadi bawa-bawa (Y/n)-chan??"

Ayah menolehkan kepalanya, menatapku dengan raut wajah serius yang ketara. "Fukube, kau pikir Ayah tidak tau? Kau selama ini tidak mau ikut pindah ke Tokyo karena tidak ingin meninggalkan (Y/n)-chan, kan? Ayah mengerti dia temanmu sedari kecil, tapi jangan sampai seperti itu."

Mendengar perkataan Ayah, aku hanya bisa membuang wajah dengan ekspresi kesal. Aku tidak pernah mengerti dengan pemikirannya. Jika dia tau (Y/n)-chan memang penting bagiku kenapa dia memaksaku melakukan pekerjaan tak berguna itu di Tokyo dan meninggalkan tempat ini?

"Dulu kan kalian hanya bertemu beberapa kali dalam sebulan, kenapa berat sekali sih mau berpisah sebentar saja?" sebuah pertanyaan keluar dari bibir Ayah, terdengar nada muak di dalamnya.

Aku berdecak, membalasnya dengan malas, "Itu kan dulu, setelah (Y/n)-chan pindah ke sini kami bertemu setiap hari, mana mungkin aku berpisah darinya selama itu."

Aku bisa melihat dari ujung mataku Ayah menggeleng, kemudian bangkit dari tempat duduknya, hendak meninggalkanku yang masih malas untuk menatap Ayah seluruhnya. Yang mampu kudengar hanya suaranya yang mengatakan, "Terserah."

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang