1.1K 171 122
                                    

Dimana?

Dimana gadis itu berada?

Tak ada yang bisa ia lihat kecuali warna hitam. Rasa takut menguar dari dalam hatinya, matanya tertutup untuk mengurangi setidaknya sedikit ketakutannya terhadap warna itu.

Gelap, sesak. Gadis itu kesulitan bernafas. Matanya kembali terbuka dan, ah. Ia melihat cahaya yang samar di penglihatan, entah kenapa ia merasa ada secercah harapan yang menghadirinya.

Ia mengangkat kedua tangannya, mencoba mengayuhkannya sekuat tenaga. Tenggorokan gadis itu tercekat, ia mulai cemas saat apa yang dilakukannya terlihat percuma.

Tubuhnya meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari sesuatu tak kasat mata yang menariknya semakin dalam, semakin dalam hingga cahaya itu meredup, gagal mendominasi kegelapan yang sangat ditakutinya.

Semua gerakannya sia-sia, ia tetap tak bergerak diantara sesuatu yang terasa basah itu. Saat itu ia mulai membencinya, membenci hal yang berada di sekitarnya. Apapun itu yang telah menahannya untuk pergi dari tempat ini.

Gerakannya semakin melambat, tekanan yang terasa berat seolah menghapit tubuhnya agar diam, membatu di tempat. Degup jantungnya meningkat drastis, terbawa oleh ketakutan yang menyeruak dari dalam tubuh. Rasa dingin yang teramat sangat seakan menusuk tubuh hingga tulangnya.

Cahaya yang membawa harapannya nyaris menghilang, ia melakukan usaha terakhir dengan mengangkat sebelah tangannya, mencoba meraih cahaya untuk digenggamnya oleh seorang diri. Tak apa orang menyebutnya egois, ia hanya tak ingin terlarut dalam kegelapan yang dalam.

Dan disaat rasa putus asa memasuki otaknya, ada sesuatu yang menghasilkan gelombang di sekitarnya. Sesuatu yang gelap itu semakin mendekat, menutupi cahaya yang ingin ia genggam.

Tapi gadis itu sungguh tak berprasangka buruk, ia hanya berharap kegelapan yang datang bisa mengalahkan kegelapan yang ada dan membawanya pada kehangatan bersama cahaya.

Namun, pada akhirnya, yang mengurungnya pada warna hitam abadi bukanlah kegelapan yang ada maupun kegelapan yang segera datang, akan tetapi kegelapan yang ada pada dirinya.

Pandangannya semakin kabur saat kegelapan yang datang membentuk sesuatu menyerupai tangan. Dan tak lama kemudian, tangannya merasakan kehangatan setelah tersentuh oleh sesuatu.

Seulas senyum tercetak di wajahnya. Namun, dalam waktu singkat, kehangatan dan cahaya kembali membuangnya pada kegelapan dan dinginnya kesendirian.

Dan tubuh mungilnya terus ditarik, semakin dalam dan mengurung jiwanya dalam kehampaan yang abadi.

~

Brakk

"Hahhh! Hahh... Hahhhh.. Hahhh...."

Nafasnya memburu, keringat dingin mengucur deras dari wajahnya. Sepasang mata melirik ke bawah, dilanjutkan dengan memandangi tempat di sekitarnya yang tidak terlalu asing.

Gadis itu mengusap wajahnya kasar, mengucapkan beribu kali kata terimakasih pada Tuhan karena hal yang ia lihat sebelumnya tak lain hanya mimpi semata. Ia menyisir rambutnya yang sedikit basah terkena keringat ke belakang, lalu melirik pada jam weker yang tersimpan apik pada nakas di samping tempat tidurnya.

'Eh? Pukul sebelas?'

Matanya mengerjap beberapa kali, sejenak membungkuk seraya menormalkan degup jantung yang sempat tidak karuan. Gadis itu menghirup nafas panjang, mengeluarkannya perlahan hingga perasaannya tenang.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang