"Satoshi, sebenarnya kita mau kemana?"
Tanpa menghentikan langkah maupun menoleh ke belakang, ia yang dimaksud menjawab, "Ketemu (Y/n)-chan, ada yang ingin ku bicarakan dengannya."
Sebelah alis Oreki terangkat bingung, kembali bertanya, "Aku harus ikut?" anggukan dari laki-laki di hadapannya membuat Oreki menghela nafas pasrah, tidak punya pilihan lain. "Memangnya apa yang ingin kau bicarakan dengannya?"
Setelah pertanyaan itu keluar, jawaban tak kunjung terdengar. Fukube masih sibuk dengan langkahnya, dan mata yang melirik sekitar untuk mencari sesosok gadis yang sangat ia kenal. Kemudian, tak lama ia terlihat mengulas senyuman.
"Mulai hari ini aku akan pindah ke Tokyo."
˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚
Langkah kakinya semakin dipercepat, ia terus berlari tergesa-gesa, tak peduli akan bahu orang lain yang tak sengaja tertabrak, atau seseorang yang tertinggal jauh di belakang. Ia harus pergi, secepat mungkin.
Gadis itu bahkan tak punya waktu untuk menunggu bis, ia mengandalkan tubuhnya yang tengah rapuh, terombang-ambing dalam kebingungan diri. Ia benar-benar tidak mengerti, ini terlalu mendadak baginya.
Bangunan yang ditujunya sudah tertangkap oleh lensa mata. Dengan itu ia berlari semakin kencang, memaksa, meski tau sudah sampai pada batasannya. Kakinya benar-benar lelah, jarak antara sekolah dan stasiun cukup jauh, ia tidak tau apakah dia sanggup mempertahankan kakinya.
Tanpa mengurangi kecepatan, kepalanya bergerak tuk melihat sekitar, menyapu pandangan supaya bisa melihat sosok lelaki yang sangat ia kenali, dan sangat ingin ia temui.
Belum selesai pencariannya berhasil, matanya sudah memburam oleh air mata yang menggenang. Tidak, tidak boleh begini. Ini akan mempersulit pencariannya. Namun, bagaimana cara menghentikannya? Ini, terasa benar-benar sakit.
'Aku mohon, aku mohon,' harapnya dalam hati, berusaha keras supaya bisa menemukan lelaki yang ia cari dalam tatapannya. Tolong, setidaknya satu kali lagi, benar-benar sekali lagi,
(Y/n) ingin bertemu dengan Fukube.
Ia ingin minta maaf.
"FUKUBE-KUNNNNNN!!!!"
Teriakan serak itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Mereka tampak memperhatikan gadis yang terlihat begitu berantakan, sementara sang gadis sama sekali tak peduli dengan puluhan pandangan aneh terhadapnya.
Persetan.
Ia tak tau lagi harus apa.
Ketika itu tubuhnya ambruk, kakinya terlanjur lelah untuk sekedar menahan berat badannya sendiri. Tuhan, ia harus bagaimana? (Y/n) mengusap wajahnya kasar, frustasi, tangisnya pecah di saat bersamaan.
"Aku harus apa? Aku harus apaaa?" tanyanya pada diri sendiri. Bahunya tampak bergetar hebat, ia benar-benar takut, sangat. Ini seperti mimpi buruk baginya, yang bahkan tak pernah sekalipun menghampiri tidurnya. "Aku mohon, jangan tinggalkan aku sendiri, aku minta maaf ...!"
Gadis itu mengerjap, wajahnya seketika terangkat ketika sesuatu mendarat lembut pada kepala.
Di sana, ia menemukan senyuman hangat yang biasa selalu menemani harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]
FanfictionMenjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku menikmatinya, itu sudah cukup bagi diriku yang pengecut ini. Entah apa yang membuatku menyukai pria berwajah lesu itu. Pria tak bersemangat y...