1.7K 212 254
                                    

"Mizu! Panggil aku Mizu!"

Kepala anak laki-laki itu memiring bingung dengan alisnya yang terangkat sebelah. "Mizu saja? Nama keluargamu?"

Gadis kecil yang semula bersorak bahagia menyerukan namanya, menyimpan kedua tangannya di pinggang seraya menatap laki laki di sampingnya. "Niisan, Mizu bukanlah nama keluargaku maupun nama kecilku!"

"Lalu kenapa kau ingin dipanggil seperti itu?"

Pertanyaan anak laki-laki itu berhasil membuat senyum lebar si gadis kembali. Dengan senang hati dan bersemangat, ia menjawab, "Karena aku suka air (Mizu)!"

Anak gadis itu berkata dengan riangnya. Sesaat kemudian tatapannya beralih pada lautan yang membentang luas dihadapannya, salah satu telapak tangannya menahan kepala agar tidak jatuh.

Ia tersenyum tenang seraya memperhatikan apa yang disukainya dengan angin lembut yang menerbangkan surai panjangnya. Tanpa disadari, anak berbeda jenis kelamin di sampingnya mengulas senyum tipis dengan tatapan yang terarah padanya.

"Mizu-chan..."

~

"Shimizu-san!"

'Oreki-san...'

Karena terlanjur menoleh, mau tak mau gadis itu membalikkan tubuhnya, mengulas senyum tipis walau dipaksakan seraya melambaikan tangannya pelan. "Ah, h-halo Oreki-san."

Oreki yang berjarak agak jauh berjalan cepat, menghampiri (Y/n) dengan kedua tangan di dalam saku celana. Jarak mereka semakin menipis, tak dapat dipungkiri jika jantung seseorang nyaris meledak karenanya.

Dipisahkan oleh jarak satu langkah, Oreki memiringkan kepalanya. "Mau ke kantin bersama?"

Mungkin.

Mungkin jika situasinya lebih baik gadis itu akan menjerit bahagia dan menyetujui ajakan itu dengan senang hati. Namun, karena hal yang terjadi sebelumnya perkataan Oreki membuat bulir bulir keringat jatuh membasahi wajahnya.

Masih mengulas senyum hingga matanya nyaris tertutup, (Y/n) mengangkat kedua tangan dengan mengibaskannya beberapa kali. "T-tidak perlu, Oreki-san."

Oreki mengernyitkan alisnya, lalu melangkah kecil ke depan sehingga jarak mereka semakin tipis. "Kau tidak ingin ke kantin bersamaku?" laki-laki itu merendahkan tubuhnya, membuat kedua wajah mereka semakin dekat.

Sungguh, Oreki sangat pandai berkebun hingga menumbuhkan satu buah tomat di hadapannya. Tentu (Y/n) semakin panik, ia mengangkat jari telunjuknya yang sedikit bergetar. "B-bukan begitu, t-tapi aku memang tidak akan ke k-kantin. Dan, Oreki-san, kau terlalu d-dekat."

Oreki tersenyum tipis, melihat kegugupan yang melanda teman gadis dihadapannya sungguh menggemaskan. Andai ia punya nyali untuk menggigit pipi merah itu, tapi sayangnya ia tak mau merusak image kerennya.

Laki-laki itu melangkah mundur untuk memberi jarak. Sejenak tatapannya mengarah pada lorong yang (Y/n) tuju, lalu kembali beralih pada gadis dihadapannya. "Tapi kau berjalan ke arah kantin."

Gadis itu dengan cepat membuka mulutnya untuk menjawab dengan alasan lain, tapi terpotong oleh Oreki yang langsung berkata, "Ingin memberi alasan ke toilet? Toilet ada di arah sebaliknya."

(Y/n) speechless. Keringatnya semakin mengucur deras saking paniknya gadis itu. Menelan ludahnya susah payah, ini satu satunya alasan yang tersisa untuk menghindar dari Oreki, meskipun harus mengorbankan perutnya.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang