Berminggu-minggu berlalu. (Y/n) dan Oreki mendapatkan pengumuman ujian masuk universitasnya, dan mendapati bahwa mereka lolos. Seruan bahagia mengisi rumah (Y/n) kala itu, ia tak bisa menyembunyikan suka yang membuncah dalam dadanya.
Mereka pun mulai mengemas barang untuk pindah ke Tokyo. Benar, mereka pindah. Meninggalkan semua kenangan, waktu, dan sekian cerita yang tak mudah untuk dilewati. Takayama yang membawa mereka bersatu, kota kecil yang mencipta kisah manis kala itu.
Oh, (Y/n) tidak menjual rumahnya, kok. Tentu saja. Ia tidak akan, tidak akan pernah mau menjual rumah peninggalan Nenek Kakek serta sisa kenangan yang masih melekat ketika mendiang sang Ibu masih hidup. Begitu juga rumah dekat pantai yang menjadi saksi bisu keharmonisan keluarga kecilnya yang kini telah berakhir.
Ia akan tetap berkunjung ke Takayama sesering yang ia bisa. Karena semua miliknya, hatinya, jiwanya, berada di tempat ini. Ia tidak mungkin melepaskan semua itu dengan mudah.
Mereka hanya membawa berpasang-pasang pakaian dan beberapa barang penting juga berharga. Jika ada keperluan lain, mereka bisa membelinya di Tokyo. Membawa barang sebanyak itu untuk perjalanan selama 5 jam tidak mudah.
Dia tidak lupa untuk berpamitan pada teman-temannya yang mengisi masa SMA (Y/n) jadi lebih berharga. (Y/n) tidak akan lupa wajah penuh ingus Eri karena tidak rela dirinya pergi, hahaha, dia akan menjadikan itu bahan olokan dalam grup chat selama lima bulan ke depan!
Rin memeluk gadis itu lama sekali. Ia tidak menangis, ia mengharapkan yang terbaik bagi dirinya. Meski tak dapat dipungkiri perpisahan selalu menyisakan luka, tapi ia tau itu adalah impian (Y/n) sedari lama. Ia tidak menahannya sama sekali.
Namun, di balik sifat dewasanya itu, tetap saja dia menyebalkan. Rin bilang dia tidak akan mau mengakui (Y/n) sebagai teman jika suatu saat dia pulang, dan tidak membawa oleh-oleh untuknya. (Y/n) hanya bisa menghela nafas lelah sembari berjanji akan membawakan sekarung oleh-oleh, jika perlu ia bawakan beserta mang-mang penjual waffle yang ketika mencobanya (Y/n) bersumpah akan jadi langganan di sana.
Hotaru tiba-tiba heboh sendiri. Kakak perempuannya juga tengah menimba ilmu di salah satu universitas di Tokyo. Kakak adik yang terlihat sangat akrab itu agaknya memang sering menggosipi mahasiswa-mahasiswa tampan di tempatnya kuliah.
Alhasil, Hotaru ceramah dadakan karena pikirnya lelaki-lelaki di Tokyo itu sudah berbeda level. Oreki mah, lewat! Ia memastikan (Y/n) tidak tersesat dan memilih selingkuh setampan apapun laki-laki yang menggodanya, ditambah dengan Kanna yang mengompori Oreki dengan otak penuh adegan NTR dalam komik favoritnya itu. Sinting! (Y/n) benar-benar sakit kepala!
Satu-satunya yang membuat (Y/n) tenang adalah Akari. Dia datang dengan membawa kotak bekal. Dia bilang, dari Ibunya. (Y/n) sudah kenal cukup baik dengan Ibu Akari, terlebih Kanna tidak bohong saat pertemuan pertama mereka, masakan Ibu Akari memang yang terbaik! Dia saja kalah.
Akari harap makanan yang tidak banyak itu bisa sedikit mengganjal perutnya di perjalanan nanti, dan (Y/n) jadi kembali bersemangat. Melihat hal itu, (Y/n) hanya bisa berterima kasih, sungkem seribu kali, ia benar-benar terharu.
Sampai tiba-tiba Akari menarik kotak bekalnya, mencegah (Y/n) mendapatkannya. "Eits, di dunia ini tidak ada yang gratis, wahai anak muda." begitu ucapnya, yang kemudian meminta dibungkuskan salah satu pemain voli yang sudah ia tandai setelah (Y/n) menunjukkan foto ketika dia menonton pertandingan voli di Tokyo.
Tuhan, (Y/n) memang bersyukur memiliki teman, tapi kenapa semuanya sinting seperti mereka?!
Setelah semua urusan di sekolahnya selesai, (Y/n) dan Oreki berangkat ke Tokyo sesegera mungkin. Masih banyak yang harus mereka urus, apalagi adaptasi pada lingkungan baru pasti membutuhkan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]
FanfictionMenjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku menikmatinya, itu sudah cukup bagi diriku yang pengecut ini. Entah apa yang membuatku menyukai pria berwajah lesu itu. Pria tak bersemangat y...