Sebenarnya,
Apakah keputusanku ini sudah tepat?
***
"Hei."
"Ah!! Houtarou, kau mengejutkanku."
Aku menghela nafas lelah, sementara dari sampingku terdengar kekehan dan permintaan maaf ringan. Aku mengangguk sebagai tanggapan, melanjutkan langkahku yang sempat terhenti karena Houtarou tiba-tiba muncul di depanku.
Kini kami berjalan beriringan, menuju jalan pulang setelah hampir seharian menimba ilmu di sekolah. Sembari saling melempar candaan, kami tergelak sesekali, merasakan kehangatan seraya menatap indahnya warna langit yang bersatu dengan senja.
"Hahaha, kau benar, saat itu lucu sekali." Houtarou kembali terkikik geli, menutup mulutnya dengan punggung tangan. "Oh iya, aku baru ingat, nanti malam kita jadi, kan?"
"Eh, jadi apa?"
Houtarou terdiam, ia tampak tak percaya dengan apa yang baru saja aku ungkapan. Aku sungguh tak mengerti sehingga hanya mampu memiringkan kepala, aku jadi kasihan melihat wajahnya yang penuh kekecewaan itu.
Ia menepuk dahinya pelan, lalu mengingatkanku dengan menggerak-gerakkan kedua tangannya. Sepertinya dia jengkel dengan sifat pelupaku. "Kita kan mau keluar, (Y/n)-chan ..., kau tidak ingat kita membuat janji dua hari lalu? Festival itu loh."
"Ahhh!!" aku membuka mata lebar, lantas menepuk tanganku yang lain dengan jari-jari terkepal. "Aku ingat! Astaga, maaf aku lupa, sepertinya kita tidak bisa pergi ke sana malam ini."
"Hee, kenapa?"
Aku menggaruk kepala belakangku yang tidak gatal, rasanya ragu untuk mengungkapkannya karena merasa bersalah. Sepertinya Houtarou sangat ingin pergi ke sana, aku jadi tidak enak karena membatalkannya sepihak.
Menghembuskan nafas pasrah, akhirnya aku bersuara, "Aku tidak bisa karena harus menyiapkan dessert pesanan tetanggaku. Jumlahnya cukup banyak jadi pasti menghabiskan banyak waktu. Aku minta maaf sekali," ujarku penuh penyesalan, membungkuk lemas.
Sebenarnya aku pun ingin pergi ke festival, tapi apa boleh buat? Sekarang aku tidak bisa malas-malasan setiap saat karena harus mencari uang untuk kebutuhan sehari-hariku. Tidak mungkin aku terus menggunakan uang tabungan Ibu, lagipula suatu hari uang itu pasti akan habis.
Aku melirik lewat ekor mataku, mencoba melihat respon apa yang Houtarou berikan. Ia tengah berfikir keras dengan telapak tangannya yang membungkus dagu, hingga tak lama kemudian matanya melebar, seakan baru mendapatkan sesuatu.
"Ada apa?" tanyaku memastikan.
Houtarou menoleh padaku, dengan wajah cerah ia mengusulkan, "Bagaimana jika aku ke rumahmu saja? Aku bisa membantumu mengerjakan pesanan itu, setidaknya untuk sekedar mengocok adonan atau beres-beres dapur, hehe." ia memiringkan kepala dengan beberapa bulir keringat yang jatuh dari dahinya. Ia mungkin malu karena tak bisa cukup membantu.
Tapi tetap saja, aku merasa tidak enak. "Hee, rencana awal kita ke festival kan untuk bersenang-senang, jika kau ke rumahku aku malah merepotkanmu nantinya. Walau kau menunggu pun pasti membosankan, aku tidak tau hal ini akan memakan waktu berapa lama."
Namun, yang kudengar darinya hanyalah tawa ringan. Aku memiringkan kepala bingung, sementara lawan bicaraku mulai menatapku dengan lembut.
"Tak apa, kok. Selama itu bersamamu, aku tidak akan pernah merasa bosan."
Aku menggembungkan pipiku sembari membuang wajah yang merona tipis perlahan. Apa-apaan Houtarou itu, senyumnya sangat mempesona sampai aku tidak bisa berkata-kata, ini tidak adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]
FanfictionMenjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku menikmatinya, itu sudah cukup bagi diriku yang pengecut ini. Entah apa yang membuatku menyukai pria berwajah lesu itu. Pria tak bersemangat y...