447 73 169
                                    

PLAKK

"Eh?"

Gadis itu membatu. Dalam beberapa waktu, dirinya tak mampu memproses apa yang terjadi, hingga kemudian sensasi panas mulai menjalar di pipi kanannya. Wajah yang sempat terpaling di sentuh, masih bingung dengan situasi ini.

"Chitanda-san." ia menatap gadis bersurai hitam legam itu. "Kenapa ...?"

"Kenapa?" alih-alih menjawab, Chitanda membalikkan pertanyaan (Y/n). Gadis itu menunduk dengan bahu bergetar, menyembunyikan kekehan mirisnya. "Kau bilang kenapa? Harusnya aku yang bertanya begitu!"

Bentakan itu berhasil membuat (Y/n) tersentak, menatap Chitanda bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa? (Y/n) tidak mengerti, rasanya ia tak pernah melakukan kesalahan pada Chitanda. Meski begitu, bukankah bisa dibicarakan baik-baik? Kenapa tiba-tiba seperti ini?

Di detik berikutnya permata (e/c) melebar besar. Ketika Chitanda mengangkat kepala, apa yang menghiasi wajahnya hanya air mata. Gadis itu terisak, menatap (Y/n) dengan pandangan bingung tak terkira.

"Kenapa, (Y/n)-chan, kenapa?" ia bertanya lirih. "Kenapa Oreki lebih dekat denganmu? Kenapa dia tidak pernah sedikitpun melirik padaku?"

Deretan kata 'kenapa' yang memasuki pendengarannya membuat (Y/n) melangkah mundur, menatap tidak percaya terhadap Chitanda yang terlihat teramat putus asa. "Chitanda-san." (Y/n) mengangkat tangannya untuk menutupi celah bibir. "Kau menyukai Oreki-san?"

Chitanda diam, yang ia lakukan hanya menekan dahinya agar tidak jatuh bersamaan dengan air matanya. Dada gadis itu sesak luar biasa, tenggorokannya tercekat, bahkan untuk berdiri pun ia kesulitan.

Entah sebab apa, melihat pemandangan seperti ini menyayat hati (Y/n) hingga membuat matanya memanas. Tetapi ia tak bodoh, ia tak bisa bersikap seperti orang lemah yang menerima perlakuan apapun. Berubah, bukankah itu yang ia inginkan?

Seketika wajah (Y/n) menggelap, ia terdiam membiarkan angin menerpa kulitnya lembut. "Kau tidak bisa menyalahkan siapapun atas kedekatan seseorang." ia menundukkan kepala, mengepalkan tangan erat. "Mereka punya hak untuk dekat dengan siapapun."

"Aku tau!" bentak Chitanda. "Aku sangat tau tentang hal itu!" teriakannya terdengar serak, sementara beberapa helai rambut mulai menempel di wajahnya karena terkena air mata, tampak begitu berantakan. "(Y/n)-chan, beritahu aku." Chitanda melangkah maju, menepuk pundak (Y/n) pelan.

"Kita sama-sama berjuang, kan?" tanyanya dengan suara bergetar, berhasil membuat (Y/n) mengangkat kepala. "Kita sama-sama menginginkannya, tetapi kenapa hanya kau yang unggul? Apa yang salah denganku?"

Pandangan Chitanda menggelap, genggaman tangan yang ia simpan di atas bahu (Y/n) mengerat. Ia terkekeh putus asa. "Tolong beritahu aku, (Y/n)-chan, apa yang salah denganku?!" Chitanda menggigit bibir bagian dalam. "Apa yang salah?! Aku juga menginginkannya! Tetapi kenapa hanya kau yang mendapatkannya?!"

(Y/n) bergerak panik ketika genggaman Chitanda semakin kuat, bahkan sampai menyakitinya. Dengan paksa ia melepas pegangan Chitanda, lalu mengusap bahunya yang sedikit perih terkena kuku jari gadis itu.

Tangan Chitanda terangkat, menutup sebelah matanya yang masih mengalirkan air mata deras, dengan isak tangis yang tak henti lolos dari celah bibirnya. "Aku tidak mengerti," ujarnya bergetar.

"Aku bahkan mengenal Oreki lebih dulu! Aku melalui hari bersamanya terlebih dahulu! Kau tidak mengetahui apapun! Kau hanya tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan kami dan menghancurkan segalanya!!"

(Y/n) membeku. Gadis itu terdiam, membiarkan surainya terhempas oleh desiran angin yang berlalu. Pupil matanya tampak mengecil, berlanjut pada gigi bergemeletuk kuat. Ia terkekeh hambar, lantas bertanya, "Aku, menghancurkan segalanya?"

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang