399 74 27
                                    

"Fukube-kun, rasanya akhir-akhir ini kau jarang masuk sekolah, ya?" tanyanya sembari menggigit roti di tangan, tidak sempat sarapan dengan tenang karena bangun terlalu siang. "Ada apa? Apa ada masalah." kepalanya menoleh, menatap sang sahabat.

Kekehan kecil lolos dari celah bibir, ia pun mengambil tindakan dengan mengusap tengkuk. "Hehe, iya nih, Ayah kasih banyak kerjaan sama aku."

(Y/n) hanya membentuk bibirnya menyerupai bulatan, seiring dengan kepala mengangguk paham. Setelahnya tak ada lagi obrolan, sebab ini masih pagi, dan sayang satu masih sibuk menghabiskan sarapan yang terlalu sedikit—baginya.

"Oh iya!" seruan memecah keheningan. Gadis itu melompat, menatap orang di sampingnya berbinar. "Aku belum lanjutin cerita kemarin!" ia mengingatkan, mengangkat jari telunjuknya tinggi.

Selanjutnya ia menghadap ke depan. Masih melangkahkan kaki, sedikit melompat-lompat riang, dengan kedua tangan bertaut di depan dada. "Tau gak, sih? Kemarin Oreki-san makin seringggg banget senyum sama aku! Argh! Aku tuh gak ngerti, semakin di liat senyumannya itu semakin manis!!"

Di pertengahan cerita gadis itu menjerit senang, tak bisa menahan gejolak dalam dirinya, merambat pula pada wajah yang kini merona tipis. "Dan lalu! Dia ngajak aku istirahat bareng setiap hari! Duhh, aku gatau lagi, seneng banget." ia menggelengkan kepala kuat.

"Terus terus, kau ingat saat aku sedih karena orang-orang menggosipi aku? Oreki-san saat itu memelukku, dan mengusap kepalaku lembut. Ahh, meleyot hati ini." (Y/n) menyentuh dadanya dramatis, sementara tangan yang lain mengusap dahu, memperagakan seseorang yang nyaris pingsan.

Tak lama terdengar kekehan yang berasal dari orang di belakangnya. (Y/n) menoleh, berniat melihat ekspresi Fukube setelah mendengar ceritanya. Laki-laki itu masih setia dengan senyuman manisnya.

"Kau jadi bucin banget sih!" kesal Fukube bercanda, mengacak surai sang gadis kasar. "Fokus belajar matematika, sana! Hahaha!!" ia kembali tergelak, membiarkan gerutuan terus keluar dari celah bibir tipis gadis itu.

"Berisik!" sembur (Y/n) semakin sebal, menepis tangan Fukube agar menjauh dari tataan rambutnya yang sudah rapi. Fukube itu memang menyebalkan, dia selalu membuatnya terlihat konyol, (Y/n) sangat ingin sekali saja memukul wajah Fukube.

Suatu pemikiran tiba-tiba lewat dalam benak, membuat (Y/n) langsung melebarkan mata dan melompat untuk menghadap Fukube. "Eh eh! Perlakuan Oreki-san itu kayaknya beda banget. Ya gak, sih? Apa jangan-jangan dia juga suka aku, ya?"

Fukube tampak menahan tawanya mati-matian, berlajut dengan menoyor dahi gadis konyol itu. "Ish, mata Oreki gak minus kali! Masa suka sama cewek jelek, galak, banyak makan sepertimu!"

"Hah? Siapa yang jelek?!"

"(Y/n)-chan!" tegas Fukube dengan penekanan, berhasil membuat api emosi (Y/n) berkobar, tak bisa menahan hasrat untuk segera menggeprek sahabatnya itu lalu diberikan kepala sekumpulan ayam sebagai pakan.

"Mati aja kau!" teriak (Y/n) mulai mengejar Fukube yang berlari menjauh seraya tertawa keras.

.
.
.

Riuh suasana kantin sangat terasa di tempat itu. Anak yang berlalu lalang mengambil makanan, bincangan bersahutan, ada pula yang fokus dengan sang pujaan hati, makanan.

Jam istirahat tidak lama, jadi harus digunakan semaksimal mungkin sebelum kembali masuk ke dalam neraka dengan embel-embel kelas. Dan salah satu cara menikmatinya adalah, makan bersama dia yang selalu memenuhi benak.

Duduk bersebelahan, sedang tubuh bersandingan, akhir-akhir ini kedua manusia berbeda gender itu sangat lekat bagai diolesi lem Korea. Baik sang remaja laki-laki maupun perempuan, mereka bukan anak populer, sehingga beritanya tak harus tersebar sampai penjuru sekolah.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang