83 ~ Pertengkaran Harry dan Travold

93 15 5
                                    

27 Agustus 2021 

Ini aneh, hujan tiba-tiba turun dan membasahi tanah Rivendell. Selain daripada upacara pemakaman Aragon, hampir tidak pernah hujan bercampur petir turun di klan para elf ini. Ini sejauh dari apa yang aku alami. 

Perhatianku tertuju pada Jack, Jae dan Mike. Mereka berbondong-bondong memasuki rumah luas Lebolas. Saat mereka sedang asik latihan, hujan memang tiba-tiba terpaksa membuat mereka berhenti. Namun, ada sebagian yang masih saja tetap berlatih di lapangan. Di atas, aku melihat beberapa burung yang terbang menembus hujan. Aku tidak tahu jenis burung itu, mereka memiliki warna yang menarik dan indah. Terlihat sedang menikmati hujan itu. 

"Apa yang kau lakukan di sini? Ayo masuk!"

Aku sedikit terkejut, benar, aku bahkan tidak sadar sejak kapan Travold berada di sebelahku. Apa mungkin dia menggunakan kemampuannya itu? Tapi aku hanya diam saja, menatap tangan hangat Travold yang membawaku menuju kamar.

Sebuah handuk bertengger di kepalaku, dan Travold mengeringkan rambutku yang ternyata basah. Aku bahkan tidak sadar jika hujan di luar mengenaiku. Perhatianku tidak lepas dari punggung Travold yang berjalan ke arah gantungan handuk. Dia berbalik dan menatapku. Tapi tiba-tiba tubuh Travold sudah menghilang dan tidak berada di ruangan ini.

"Kemana perginya dia?" Bisikku dalam hening, lalu menghela nafas. Travold memang sulit untuk di tebak. Dia bahkan pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, dan datang dengan tiba-tiba. Aku berbalik, hendak tidur, namun "arghhh...." teriakku tidak karuan begitu melihat Travold sudah berada di samping ranjangku dengan tangan yang berada di atas meja. Meletakkan sebuah nampan berisi makanan, buah dan segelas susu.

"TRAVOLD...." Teriakku kesal dan brukgh—aku malah terjatuh ke lantai ketika ingin berdiri dan memukulnya. Alih-alih berhasil melampiaskan rasa kesalku, aku justru menyakiti diri sendiri. Sungguh, wajahku sudah memerah karena menahan malu.

Travold yang tadinya masih berdiam diri, lekas membantuku dan meletakkanku di atas kasur. Aku menaik turunkan nafasku, jika bukan karenanya, aku pasti tidak akan terjatuh. Aku hendak meneriakinya, namun Travold lebih dulu memelukku.

"Maaf, aku tahu aku mengejutkanmu dan aku tahu kau ingin marah. Tapi, lebih baik kau menyimpan energimu dulu dan makan. Sejak siang tadi kau sama-sekali tidak makan, sekarang sudah sore!"

Kemarahanku yang tadi sudah meluap-luap, kini lekas reda dengan sikap lembut nan perhatian Travold. Sial. Seharusnyakan aku tetap marah dan memukulnya. Tapi...tapi aku sama sekali tidak bisa. Wajah tampan Travold selalu saja menang dari awal.

"Makan ya!"

Akhirnya, aku hanya bisa mengangguk patuh setelah Travold melepaskan pelukannya dan menatapku dengan tatapan teduhnya. Travold lekas mengambil nampan dan menyuapiku, aneh, rasanya aku benar-benar seperti anak kecil, masa disuapin lagi? Tapi entah apapun itu, aku hanya menikmatinya. Begitu makanan itu habis, Travold tersenyum manis dan lekas menghilang lagi, lalu kembali. Dia duduk di tempatnya tadi. Kali ini, aku tidak terkejut, karena dia sudah lebih dulu memberitahukan hal itu.

Kami diam, dia menatapku sejak tadi, membuatku sedikit merasa canggung. Selain daripada Harry, aku memang jarang, bahkan hampir tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain. Karena trauma masa laluku itu membuatku jadi sedikit takut pada mereka.

"Kenapa kau tidak makan sejak tadi siang?"

Travold memulai percakapan, aku hanya bisa untuk menggelengkan kepala, aku juga tidak tahu kenapa aku tidak makan tadi siang.

"Lalu, darimana saja kau Trav? Kau hanya mengatakan ingin pergi namun tidak mengatakan kemana, aku jadi penasaran!"

Travold terkekeh dan mengacak rambutku, "Aku hanya berlatih menggunakan nagaku. Tidak mungkin aku membawamu dikala kondisimu sendiri masih tidak baik. Aku takut kau akan bertambah sakit, dan aku tidak mau hal itu!"

The Spesial Bride of DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang