22: Dibalik Sifat Juna

230 53 12
                                    

get well soon, uri wony!

saya punya podcast bareng temen,isinya menceritakan kisahkehidupan saya sendiri yangya gitu-gitu aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

saya punya podcast bareng temen,
isinya menceritakan kisah
kehidupan saya sendiri yang
ya gitu-gitu aja.

ada kah yang penasaran
nama podcastnya apa?

spam Doni! 👉

[ Mafia Romance ]

"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku, di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku..."

Di lapangan Sekolah Banara. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh petugas upacara bagian padus, Yusra salah satunya. Senin ini, kegiatan upacara seperti biasa dilaksanakan dengan lancar dan baik.

Memang setelah kejadian interogasi kemarin, Juna tetap melarang ketiganya untuk masuk ke ruangan Doni saat itu. Dan akhirnya membuat mereka pulang secara terpisah dikarenakan masih harus sekolah besoknya. Meninggalkan Juna dan Cherly yang masih di Depok untuk perawatan Doni.

Dibarisan kelas masing-masing baik Jingga maupun Yesha masih terpikirkan bagaimana kondisi Doni dan masih menebak-nebak siapa pelakunya.

Yusra juga tidak terlalu fokus sedari tadi karena belum tahu kondisi Doni apakah lelaki itu sudah sadar atau tidak. Juna bahkan tidak mengiriminya pesan seperti apa yang Yusra minta sesaat sebelum dia berangkat pulang.

Upacara selesai. Dan Yusra tidak langsung menuju kelas tapi malah menghampiri barisan kelas Yesha, mencari keberadaan gadis itu.

"Sha!" Panggil Yusra agak keras diantara ramainya suasana yang ada. Untungnya Yesha mendengar dan berjalan mendekati Yusra.

Keduanya sudah berbaikan, Yusra juga sudah meminta maaf perihal dirinya yang menuduh nuduh Yesha kemarin dan Yesha memaafkan hal itu. Karena kemarin juga salahnya dari awal tidak memberitahukan kegiatannya malam itu.

"Ada apa?" Mereka menahan tubuh masing-masing dari tabrakan orang-orang ketika sudah berhadapan akibat diam ditempat.

"Lo ada kabar dari Cherly atau mungkin Juna?"

Jawaban Yesha hanya gelengan tak ada harapan yang membuat Yusra menekuk wajah kecewa.

Yesha menepuk-nepuk bahu Yusra memberi semangat. "It's okay. Lo berpikiran positif aja, Yus. Nanti juga Cherly ngabarin kita. Dia nggak bakal lupa sama sahabatnya. Sekarang mending ke kelas aja."

Yusra mengangguk pasrah dan keduanya berjalan beriringan lalu kemudian pisah koridor karena kelas yang berbeda.

Yesha berjalan dan terus berjalan, hingga langkahnya berhenti tidak jauh dari kelasnya disertai kerutan di dahi. Kenapa kelasnya begitu ramai dikerubungi anak kelas lain?

Melanjutkan langkahnya, Yesha menerobos kerumunan itu dan ia sudah berada dikelasnya. Yesha mendekati salah satu temannya yang bernama Yuqi. "Ada apa nih?" Tanyanya.

Yuqi menoleh dan mengedikan dagunya kearah meja Cherly. "Tadi si Karina tiba-tiba teriak gara-gara liat ada darah diatas mejanya Cherly."

"Darah?" Beo Yesha.

Yuqi mengulum bibir. "Iya, darah. Tapi gue juga nggak tau sih itu darah atau bukan. Soalnya kata si Karina-nya gitu, dia liat darah diatas mejanya Cherly. Katanya ada tulisan juga disana."

Yesha menatap Yuqi serius. "Tulisan? Tulisan apa?"

Yuqi membalas tatapan Yesha. "Gue bakalan balas dendam atas semua perbuatan keluarga lo kepada keluarga gue." Yuqi menjeda, "itu tulisannya."

Yesha diam. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke sepenjuru arah. Lalu terfokus untuk melihat Karina yang sedang ditenangkan akibat ketakutan.

Yesha tahu, itu bukan hanya iseng semata. Tapi sebuah ancaman yang harus cepat ia laporkan pada orang bersangkutan. Yaitu, Juna.

[ Mafia Romance ]

Yesha Arabella: Doni udah baikan?
Yesha Arabella: capet balik, ada yang mau gue omongin.

Juna membacanya sekilas dan memasukkan ponselnya ke kantong saku. Ia mendongak menatap Doni yang sedang makan buah-buahan yang Cherly kupaskan.

Anak itu sudah sadar kemarin pada jam 1 siang.

Doni membuka mulutnya ketika Cherly menyuapinya apel yang sudah dikupas.

"Gue kapan balik?" Dalam kunyahan, Doni bertanya kepada Juna.

Juna buang nafas. "Kalo lo udah bener-bener fit. Kita bakalan pulang."

"Berarti sekarang dong? Soalnya gue udah nggak kenapa-napa."

Cherly mendelik. "Enak aja! Lo tuh kemarin baru diambang ajal, dodol! Pokoknya belum boleh pulang!" Sentaknya tidak bisa diganggu gugat.

Doni memberengut. Disaat itu pula pintu digerbak dari luar dan Jiu lah pelakunya. Wanita itu berlari menghampiri Doni dan memeluk anak bungsunya dengan isak tangis yang jelas.

Cherly menghentikan kegiatannya mengupas buah dan menatap Jiu. Sedangkan Juna mengernyit dahi dan menoleh ke ambang pintu. Disana Sultan memandanginya dan mengkode pada Juna untuk mengikutinya tanpa suara.

Juna bangkit setelah melihat Jiu yang masih memeluk Doni, lalu mengikuti kemana Sultan pergi. Ia dibawa melangkah ke suatu ruangan kosong yang sepertinya sengaja disiapkan.

Dia menutup pintu, dan berbalik badan kearah Sultan. Lalu tanpa aba-aba tamparan keras diterimanya. Sakit, sangat sakit. Juna sampai terhuyung ke samping dibuatnya.

Tapi dia kembali berdiri tegak dan menatap lurus ke depan.

Sultan menggeram marah, emosinya memuncak begitu saja. Ia sudah menahan semuanya kemarin dan baru bisa melampiaskannya sekarang.

"Kamu tuh bisa nggak sih jagain adik-adikmu?! Nggak becus banget jadi orang! Kalo diberi amanah itu jaga dong dengan baik! Bukan malah lalai gini!"

Sultan mencerca Juna terus-menerus dengan bentakan nyaring. Juna diam dan mengatupkan bibirnya tanpa berniat melawan. Dirinya sudah diajarkan untuk tidak membantah apapun yang Sultan ucapkan dan perintahkan.

Dia terlahir dengan karakter yang Sultan buat untuknya, hingga tidak bisa mengekspresikan diri sendiri secara benar. Dia terlahir dengan menerima semuanya tanpa bisa meminta semaunya.

Sebelum dirinya, Cherly dan Doni tinggal terpisah dengan orangtua mereka juga, Juna ini secara khusus dimintai Sultan untuk menjaga saudaranya yang lain.

Kehidupan Juna yang mau dekat atau jauh dari orangtuanya, tetap akan terkekang. Dan ia masih belum bisa menemukan jati diri sendiri akibat terlalu sering memakai karakter yang Sultan buat untuknya.

"Nggak guna kamu!" Terakhir, Sultan memaki Juna dan berlalu begitu saja sambil menabrak bahu Juna. Membanting pintu dan meninggalkan Juna diruangan itu sendirian.

Dan ya, dibalik sifat Juna. Itu bukanlah sifat yang sebenarnya.

[ Mafia Romance ]

A/N:

it's okay, kita perlahan buka
sifat asli karakter yang ada disini.

semoga kawan-kawan masih tetap
setia menemani cerita ini hingga
tuntas yaa.

tinggalkan komentar kalo kawan
semua adalah tim pembaca
on going cerita ini dan biarkan kawan
lain yang baru baca mengiri. 👉

/tapi kayaknya gak bakal
ada yang iri deh, heuheu.

but anyways, i luv u.

see you when i see you.

Mafia Romance [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang