Keributan Pertama
'''^'''
"Dimana saudara-saudara mu yang lain?"
Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari sang ayah, Narendra yang tengah menonton acara di tv dengan sepiring buah-buahan yang sudah dipotong akhirnya bangkit dari duduknya.
"Kakak sama abang lagi di teras belakang yah." Si bungsu menjawab lirih, sedikit gugup karena takut ayahnya nanti menanyakan keberadaan kakak ketiganya. Karena setelah pembicaraan panjang di kantin tadi, Chandra memutuskan untuk langsung mengikuti acara kumpul di ekstrakurikuler musiknya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada sang ayah.
"Chandra?" Bagaskara bertanya dengan sedikit memiringkan kepalanya, menatap penuh selidik kearah si bungsu.
"Mas Chandra..... belum pulang." Ucapan si bungsu semakin melirih, bahkan lebih lirih dari jawaban pertamanya.
"Belum pulang? Ini udah jam lima dan kamu bilang dia belum pulang?"
"Ayah?" Seruan dari arah teras belakang membuat atensi dua orang berbeda generasi itu teralihkan, di sana Rendika tengah berdiri dengan Jendra yang berada di belakangnya.
"Ayah udah pulang?" Lanjut Rendika. Remaja itu lalu berjalan mendekat, berniat mengamit tangan kanan ayahnya untuk ia cium.
"Kenapa memangnya kalau ayah pulang? Kamu takut kalo ayah tau adikmu itu nggak ada di rumah?"
Rendika terdiam, lalu pandangannya tak sengaja melihat Narendra yang sudah menunduk dalam. "Bang, bawa Narendra keatas." Ucapnya kepada Jendra.
Setelah kepergian kedua adiknya, Rendika memberanikan diri menatap sang ayah. Bisa Rendika lihat bahwa sang ayah saat ini memang benar-benar marah, mungkin efek dari rasa lelahnya seharian di kantor. Lalu harus ditambah lagi dengan fakta bahwa Chandra telah melanggar peraturan yang sudah di tetapkan, seolah memang perpaduan yang pas untuk membangkitkan amarahnya.
"Chandra....."
"Aku pu.... lang." Ucapan Rendika terpotong karena seruan Chandra yang juga tercekat sebab melihat sosok ayahnya tengah berdiri berhadapan dengan sang kakak.
Seolah sinyal yang langsung terhubung, Chandra yang awalnya pulang dengan wajah ceria akhirnya hanya bisa memasang wajah datar. Matanya sempat melirik sang kakak yang ternyata juga tengah melakukan hal serupa kepadanya.
"Dari mana kamu?"
"Ada urusan di sekolah." Sahut Chandra datar.
Jika ketiga saudaranya akan langsung menunjukkan wajah takut dengan menunduk dalam, maka hal itu tak akan pernah terjadi pada Chandra. Remaja itu pantang menunjukkan ketakutannya pada siapapun, bahkan kepada ayahnya sendiri. Bukan tak menghargai, tapi kalian bisa menyebutnya sebagai bentuk pertahanan diri.
Mendengar jawaban tak memuaskan dari sang putra, Bagaskara hanya bisa tersenyum smirk. Lalu mengubah posisinya hingga menghadap sepenuhnya kearah Chandra.
"Sepenting itukah urusan mu sampai berani melanggar peraturan yang sudah ayah tetapkan?"
"Yah, aku cuma telat pulang beberapa jam. Bukan melakukan dosa besar yang bisa mencoret nama baik ayah."
Rendika hanya bisa menghela nafas lelah. Karena yang ia tahu, ketegangan yang melibatkan ayahnya dan Chandra pasti tak akan berakhir dengan mudah.
"Begitukah? Memangnya apa yang kamu tahu soal nama baik ayah? Bahkan jika kolega-kolega ayah tahu kamu sudah melanggar peraturan yang ayah tetapkan, apa kamu fikir itu tidak akan mencoret nama baik ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tak Berkesah { END }
FanfictionTerkadang manusia hanya harus hidup seperti air. Yang walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil, tapi tak sekalipun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuhnya ia. +×+×+× Start : 29 Agu...