Bukan Akhir Dari Segalanya
Tapi Semoga Bahagia Dengan Cara Masing-masing
'''^'''
Semuanya mengira, bahwa pada akhirnya Jendra dan kedua adiknya bisa menerima kepergian Rendika. Tanpa tau yang terjadi sebenarnya justru sebaliknya.
Ketiga bersaudara itu bahkan masih saja menangis di sepanjang malam saat tak sengaja terbangung. Mendekap erat tubuh masing-masing dan membayangkan sang kakak ada di sana. Mengatakan kata-kata penenang dengan senyum tulus penuh kelembutan.
Bahkan jika diperhatikan, Narendra masih sering memasak dan menganggap bahwa Rendika ada di sana, menemaninya menyiapkan setiap hidangan yang hari itu menjadi menu pilihan. Atau datang ke kamar Rendika hanya untuk memeluk erat setiap barang kesukaan kakaknya. Berharap bahwa semua yang ia lakukan bisa sedikit mengurangi kerinduan pada sosok sulung Bagaska.
Sama halnya seperti Chandra, remaja itu juga selalu menyempatkan diri datang ke healing room meski hujan tak lagi turun. Melakukan apapun yang sekiranya bisa mengobati setiap kerinduannya pada sosok Rendika. Bahkan jika rasa itu benar-benar membelenggunya, Chandra hanya akan duduk diam di sofa hitam di sudut ruangan. Memandangi peralatan melukis sang kakak yang tak lagi terpakai. Remaja itu juga semakin meyakini satu hal, bahwa Rendika memang sosok pengganti yang tak akan pernah terganti.
Begitupun Jendra, remaja itu juga selalu datang dan duduk di gazebo belakang rumah. Sendirian, tanpa teman. Dan bercerita setiap keluh kesahnya pada angin, tentang bagaimana beratnya menjadi sosok kakak tertua setelah kepergian Rendika. Berharap bahwa bunda dan Rendika ada di sana. Mendengar dan memeluknya erat dengan maksud menguatkan. Walaupun ia sadar, ia tak akan pernah mengetahuinya jika itu memanglah terjadi. Tapi setidaknya semua bebannya berkurang, bersamaan dengan setiap keluh kesah yang keluar dan tersapu angin.
Tapi ada yang berbeda dengan malam ini. Jendra tak lagi duduk sendirian. Remaja itu kini tengah duduk ditemani Chandra yang bersandar di bahu kirinya, juga Narendra yang berbaring dengan bantalan paha kanannya.
Memandangi bintang-bintang yang terlihat menemami sang rembulan. Dengan semilir angin yang senantiasa membelai permukaan kulit, beberapa kali juga terlihat menggerakkan helaian rambut.
"Nggak kerasa ya, udah empat puluh hari." Hanya itu, tapi ucapan Chandra yang terdengar parau sukses membuat genangan air mata di pelupuk kedua saudaranya mengalir begitu saja.
Sedangkan hari ini memang bertepatan dengan acara empat puluh harian Rendika, dan acaranya baru selesai beberapa saat yang lalu.
"Kira-kira kakak lagi apa yang di surga sana? Apa kakak bahagia udah ketemu bunda?" Lanjutnya bermonolog.
"Bahkan kakak lupa sama janjinya. Dia bilang mau gambar kupu-kupu lagi di lengan aku yang satunya. Tapi kenapa dia malah pergi duluan bang?"
Jendra hanya diam, tak tau harus mengatakan apa untuk setiap pertanyaan Chandra kepadanya.
"Kakak juga janji kalau suatu hari nanti aku bisa sembuh. Tapi kenapa kesembuhanku malah mengantarkan kakak pergi?" Ujar Narendra setelah sedari tadi hanya diam.
Sedangkan dalam diamnya, Jendra juga melakukan hal yang sama. Mempertanyakan janji Rendika tentang kue coklat berbentuk kepala beruang untuk sharing your failed selanjutnya.
Ah, bahkan sekarang kenyataan menamparnya. Menyadarkan mereka akan satu hal. Bahwa mau sekeras apapun mereka mempertanyakan janji Rendika, sulung Bagaska itu tak akan pernah kembali. Bahkan hanya untuk mengatakan kata maaf sebab tak lagi bisa menepati.
Lalu setelah semua itu, hanya ada satu kesimpulan yang bisa kita ambil.
Bahwa Tuhan memang menciptakan mereka untuk saling menjaga. Melengkapi meski akhirnya yang tersisa hanya cerita. Tapi setidaknya keberadaan mereka itu nyata, dan hadirnya untuk di kenang selamanya.
Sedangkan untuk orang-orang yang tersisa, bukankah belajar mengucap iklas dengan kata maaf yang mengudara bebas adalah yang paling utama? Setidaknya itu yang selalu berusaha Rendika tekankan selama hidupnya. Dan hal itu juga yang coba ketiga adiknya terapkan untuk hidup mereka kedepannya. Tentang Damar, ayah dan tante Sarah. Ketiganya sepakat untuk memulai semuanya dari awal. Melupakan semua yang sudah semestinya dilupakan, dan menata ulang demi berlangsungnya masa depan.
Hingga pada akhirnya, hanya rentetan kata yang bisa mereka ucap dalam dekap yang tak lagi erat.
Selamat terbebas dari luka... Pengganti yang tak terganti.....
Semoga bahagia dengan akhir yang kau pilih sendiri.......
Kami berjanji akan selalu bahagia dengan jalan yang sudah Tuhan beri, meski akan ada air mata yang selalu mengiringi. Tapi setidaknya, semuanya akan berjalan seperti keinginanmu saat masih nyata di sisi.......
Sekali lagi. Terima kasih.... dan sampai berjumpa kembali.....
.END.Udah ya, ini beneran ending
Aku benar-benar nggak nyiapin bonus chapter apa-apa
Tapi semoga suka,
Dan sesuai sama ekspektasi kalian🤗🤗Rev.260422
hd_
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tak Berkesah { END }
FanfictionTerkadang manusia hanya harus hidup seperti air. Yang walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil, tapi tak sekalipun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuhnya ia. +×+×+× Start : 29 Agu...