Inikah Akhirnya?
'''^'''
Jika di telaah lebih jauh, Jendra adalah sosok yang akan bereaksi paling akhir di saat ada masalah yang menghampiri saudara-saudaranya. Bukan karena ia tak peduli, tapi karena memang sifatnya yang bisa di katakan paling tenang dari ketiga saudaranya yang lain.
Tapi pernahkah kalian membaca sebuah kalimat yang mengatakan bahwa amarah seseorang yang tak pernah marah itu jauh lebih menakutkan dari seseorang yang mudah terpancing emosi?
Jika iya, bukankah saat ini seharusnya semua orang menghindari untuk bertemu Jendra?
Karena malam ini remaja itu bahkan sampai harus berbohong kepada Rendika untuk bisa pergi menemui Damar, hal yang tak pernah dilakukan Jendra terutama pada kakaknya.
Remaja itu hanya beranggapan bahwa semua yang terjadi tadi siang adalah murni tanggung jawab Damar, jadi dirinya merasa harus melakukan sesuatu agar Damar tak berani melakukan hal-hal semacam itu kepada mereka. Lagi.
Dan dengan alasan itu juga dirinya langsung memacu mobilnya menuju sebuah alamat, yang ia tahu masih di tinggali Damar meski Sarah sudah tinggal bersama keluarganya di kediaman Bagaskara.
Remaja itu sampai di sana tepat ketika mobil Damar keluar dari gerbang rumahnya. Membuat Damar keluar dari mobilnya saat mobil Jendra terparkir menghalangi jalan. "Mau apa Lo kesini?"
Jendra tak menjawab, dia hanya langsung turun dari mobil dan berjalan mendekat, lalu melayangkan sebuah bogeman hingga membuat Damar tersungkur dengan darah segar keluar dari sudut bibirnya.
"Maksud Lo apa dateng-dateng langsung mukul gue kayak gini?" Damar murka, ia berdiri dan mengusap darah di bibirnya dengan jaket hitam yang ia gunakan.
"Jangan Lo fikir gue diem aja setiap Lo gangguin saudara-saudara gue karena gue takut sama Lo. Enggak sama sekali. Jadi gue kesini cuma mau tegasin ini ke Lo, jangan pernah gangguin mereka lagi kalo Lo nggak mau berurusan sama gue."
Jendra langsung akan berbalik dan pergi dari sana saat suara tawa Damar menggelegar di malam yang kian larut itu, membuat keduanya kini berakhir saling melempar tatapan permusuhan satu sama lain. "Apa menurut Lo gue bakal takut sama ancaman yang Lo kasih?"
"Dan apa menurut Lo gue peduli mau Lo takut atau enggak?" Jendra dengan cepat memotong. "Gue nggak peduli, sama sekali enggak. Yang gue tau, kalo sampek mereka kenapa-napa gue bakal jadi orang pertama yang akan buat Lo sengsara. Ngerti?"
"Dan satu lagi, jangan pernah nyalahin kita semua atas apa yang terjadi sama Tante Lo. Karena seharusnya Lo berterima kasih, karena dengan mudahnya kita ngebiarin dia tinggal di rumah. Bukannya malah nyari gara-gara nggak jelas kayak gini, karena udah jelas dia sendiri yang terlalu memaksakan diri padahal dari awal kita udah bilang kalo dia nggak mungkin bisa jadi bagian dari kita. Jadi seharusnya Lo mikir, siapa yang salah disini?"
Dan hanya dengan begitu Damar langsung memulai perkelahian diantara mereka. Membuat Jendra yang sejak kedatangannya memang sudah menahan amarah langsung bereaksi. Bahkan suara pukulan yang di sambut erangan mulai terdengar saat malam bergerak kian sunyi.
Tak berapa lama sebuah taksi berhenti tak jauh dari sana, Rendika langsung keluar dari taksi itu dan berlari menghampiri keduanya. Tapi karena keduanya yang sudah terlanjur dibutakan emosi, Rendika yang awalnya hanya ingin melerai malah harus terdorong ke arah jalan raya. Membuat tubuhnya terpelanting dan langsung tertabrak sebuah mobil yang saat itu kebetulan lewat. Menyebabkan suara tabrakan yang cukup nyaring memekakkan telinga siapa saja yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tak Berkesah { END }
Fiksi PenggemarTerkadang manusia hanya harus hidup seperti air. Yang walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil, tapi tak sekalipun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuhnya ia. +×+×+× Start : 29 Agu...