°KTB ~ 09°

1.6K 256 3
                                    

Kenyataan


'''^'''



Tak identik belum tentu berbeda. Kalimat itu agaknya cocok untuk menggambarkan sosok Jendra dan ketiga kembarannya. Yang meski memiliki banyak perbedaan, tapi tak bisa memungkiri bahwa mereka juga memiliki kesamaan yang seolah terselip diantaranya.

Contohnya saja Jendra dengan Chandra dan adik bungsunya. Jika di saat-saat tertentu Jendra bisa sekuat Chandra dalam hal melindungi secara fisik, maka di waktu bersamaan sosoknya juga bisa setenang Narendra yang tak akan bereaksi pada sesuatu yang dianggapnya tak terlalu penting.

Tapi berbeda lagi dengan sosok kakak tertuanya, Jendra merasa tak memiliki kesamaan apapun dengannya. Padahal tanpa mereka sadari, mereka sama-sama hebat dalam hal menyembunyikan luka.
Juga perasaan tak cukup baik untuk orang-orang terdekatnya.

Padahal perasaan seperti itu hanya akan membuat penderitanya semakin terluka, karena tanpa sadar mereka akan memforsir diri sendiri untuk hal-hal yang sudah jelas pada batasannya.

Lalu setelah semua itu, sesuatu dalam diri merekalah yang akhirnya kalah. Karena yang seharusnya di rawat dan dijaga, malah dibiarkan semakin terluka dan membara.

"Bang." Hanya dengan sekali panggil dan sentuhan halus di bahunya, kedua mata Jendra langsung terbuka sempurna. Pandangannya langsung menyorot gelisah kearah sekitar, membuat Rendika yang memang berada di sana langsung menatapnya khawatir.

"Mimpi buruk lagi?" Jendra hanya mengangguk singkat, tak ingin membuat Rendika semakin khawatir.

"Yaudah, buruan bangun trus siap-siap. Habis itu turun buat sarapan."

Selepas kepergian Rendika, Jendra tak lantas beranjak dari tempatnya. Remaja itu lebih memilih mengubah posisinya menjadi duduk dan mengusak rambutnya kebelakang.

Perasaan hampa yang pagi ini ia rasakan benar-benar membuatnya tak nyaman. Mungkin karena dalam tidurnya Jendra merasa pikirannya tetap bekerja tanpa tau waktunya beristirahat, membuat jam tidurnya yang memang hanya sebentar semakin terasa tak berkualitas.

Semalam memang dirinya baru bisa terlelap pukul tiga dini hari, itu juga karena ia yang masih harus belajar sebab hukuman yang Bagaskara berikan.

Tapi bukannya mengeluh, Jendra malah lebih memilih bersyukur. Berterima kasih pada Tuhan karena dalam kondisi seperti ini ia masih di berikan sosok seperti Rendika. Saudara yang selalu mensupport meski dengan hal-hal sederhana, segelas susu coklat teman belajar misalnya.


°°°°°


Suara bola yang membentur lantai terdengar intens siang itu, beriringan dengan arahan-arahan yang diberikan pelatih dari sisi pinggir lapangan.

Jendra memang tengah mengikuti latihan sebagai pemantapan materi untuk kompetisi yang akan timnya ikuti.

Kompetisi yang di adakan sekolah dalam rangka memperingati hari ulang tahun SMA Dwisena, juga masih banyak kompetisi lainnya yang melibatkan bidang akademik maupun non-akademik dengan beberapa sekolah lain yang menjadi tamu undangannya. Belum lagi acara tersebut juga bertepatan dengan ditunjuknya SMA Dwisena menjadi tuan rumah OSN Tingkat Nasional tahun ini. Yang menyebabkan dirinya dan kedua saudaranya yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing sampai harus banyak meninggalkan Narendra sendirian. Seperti Rendika dengan olimpiade nya, atau Chandra yang sibuk dengan Club musiknya.

Belum lagi beban yang lebih berat sudah di berikan sang ayah sejak awal wacana itu terdengar. Mengingat bahwa Bagaskara adalah donatur utama sekolahnya, dan menuntut juara untuk setiap kompetisi yang melibatkan mereka.

Kisah Tak Berkesah { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang