°KTB ~ 23°

1.4K 231 21
                                    

Kebiasaan Buruk




'''^'''




Setelah mendengarkan apa yang ayahnya katakan tadi, Chandra langsung bangkit dan berlari ke lantai dua.

Remaja itu langsung masuk dan membanting pintu kamar kasar, sebelum selanjutnya mengunci diri di dalam kamar mandi.

Tak berselang lama Rendika dan kedua adiknya sampai di kamar yang sama, lantas berusaha membuka pintu kamar mandi yang ternyata di kunci dari dalam.

Ketiganya panik, merasa deja vu dengan kebiasaan Chandra mengunci diri di kamar mandi yang pasti akan berakhir dengan kejadian yang sama. Melukai dirinya sendiri.

Lalu tak lama setelah itu, kucuran air shower terdengar dari dalam. Sebelum suara pecahan kaca semakin membuat ketiganya kalang kabut.

"Mas Chandra, dengerin kakak. Buka pintunya sekarang." Rendika berteriak, tangannya bahkan tak berhenti menggedor pintu didepannya meski sudah terasa kebas.

"Kita dobrak aja kak." Mendengar itu Rendika mengangguk kacau, lalu membantu Jendra mendobrak pintu di depannya hingga berhasil terbuka.

Jendra menjadi orang yang pertama yang masuk, sedangkan Rendika langsung terdiam kaku di ambang pintu sebab melihat Chandra yang sudah lemas dengan tangan mengeluarkan banyak darah.

"Mending kakak tunggu di luar aja." Narendra berucap lirih, tangannya sudah memegang bahu kakaknya saat Rendika menggeleng lemah.

"Enggak, kakak nggak papa. Kakak pasti bisa."

Suara Rendika terdengar bergetar, tapi tetap memaksakan diri mendekati Chandra yang tengah berada di pelukan Jendra. Sedangkan si bungsu memilih tetap berjalan di belakang kakak sulungnya, berjaga-jaga jika tubuh ringkih itu sewaktu-waktu limbung.

Dengan tubuh yang masih bergetar hebat, Rendika tetap meraih tubuh Chandra ke dalam dekapannya. Mengusap punggung adiknya itu perlahan, mencoba mengantarkan ketenangan.

"Kak Ren..." Chandra bergumam lirih, dengan keadaan basah kuyup dan air mata yang terus mengalir.

"Ssttt, nggak papa mas, nggak papa. Kakak disini" Si sulung masih mencoba menenangkan, bahkan sedari tadi dirinya tak berhenti menciumi puncak kepala sang adik.

"Bang Jendra, tolong ambil kotak P3K di dapur." Yang bersangkutan mengangguk, lalu berlalu pergi untuk melaksanakan perintah sang kakak.

Narendra sendiri menatap khawatir dua saudara di depannya. Apalagi saat ia harus menyaksikan Rendika yang berusaha mati-matian untuk tetap tenang di saat tubuhnya sudah bergetar hebat. Tak sampai di situ, kakak sulungnya itu bahkan berusaha sebisa mungkin untuk tetap menghindari melihat darah di lengan Chandra yang terlihat semakin banyak itu.

Tak lama Jendra datang, lalu menyerahkan kotak P3K itu kepada si bungsu.

Narendra dengan telaten menutup pergelangan Chandra yang terluka, meski rembesan darah masih bisa terlihat sedikit menembus hingga lapisan perban terluar.

Beruntungnya juga luka yang di sebabkan goresan kaca itu tak terlalu dalam, jadi tak memerlukan jahitan untuk menutupnya.

"Jendra bantu kakak buat bawa Chandra ke kamar." Rendika berujar pada Jendra setelah acara mengobati itu selesai, lalu keduanya memapah tubuh lemas milik Chandra hingga terbaring di atas ranjangnya.

Tapi sesaat setelah berhasil membaringkan tubuh Chandra di atas ranjang, tubuh Rendika hampir limbung jika Jendra tak segera menahannya. Lalu Narendra datang dengan segelas air putih di tangannya. "Diminum dulu kak."

Kisah Tak Berkesah { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang