°KTB ~ 18°

1.3K 235 10
                                    

Apa lagi ini?



'''^'''



"Kak Ren, ini seperti biasa kan?"

Rendika yang mendengar seruan Chandra akhirnya mendongak, menipiskan bibirnya sebelum geleng-geleng kepala dengan senyuman tipis miliknya.

"Iyaa, kamu ambil aja semua yang kamu mau. Kalian berdua juga."

Chandra lantas tersenyum, memasang posisi hormat dengan pipi menggembung lucu. "Siap laksanakan."

Sedangkan kedua adiknya yang lain hanya mengangguk mengiyakan.

"Yaudah, abang tolong jagain adek-adeknya dulu ya? Kakak mau ke sana sebentar."

Jendra mengangguk, sedangkan keempatnya kini memang tengah berada di sebuah supermarket terbesar disana, melakukan rutinitas mereka setiap bulannya, berbelanja kebutuhan untuk satu bulan kedepan.

Bisa di bilang ini juga satu-satunya kesempatan untuk mereka keluar rumah selain karena harus pergi ke sekolah, ya lagi-lagi karena sang ayah yang tak mengizinkan mereka kaluar rumah tanpa seizinnya. Jadi tak heran hanya karena hal-hal sederhana seperti berbelanja makanan ringan sepuasnya sudah mampu menerbitkan senyum simpul remaja-remaja itu.

Rendika sendiri terus berjalan perlahan dengan troli belanjaan juga catatan di tangan kirinya, sesekali bergumam lirih guna mengabsen apa saja yang belum sempat ia ambil.

"Ah, iya. Selai." Lalu langkahnya berbelok pada jajaran selai-selai berbagai rasa. Tangannya meraih beberapa selai coklat juga beragam rasa lainnya.

Selesai dengan urusan selai, Rendika melanjutkan jalannya dengan atensi penuh pada rak-rak supermarket di samping kiri. Meneliti setiap barang yang tersusun rapi disana hingga sudut matanya menangkap siluet seseorang yang sangat familiar dimata Rendika.

Itu ayahnya, Bagaskara.

Rendika tetap bergeming, dalam hati meyakini bahwa sang ayah pasti tak menyadari keberadaannya sebab posisi Bagaskara yang memang sedikit membelakangi dirinya.

Detik selanjutnya Rendika memutuskan untuk berbalik arah, hanya tak ingin terlibat perbincangan sekecil apapun dengan Bagaskara untuk siang ini.

Tapi seolah takdir tak membiarkan, Rendika malah menabrak seorang wanita paruh baya yang akan berjalan melewatinya hingga menimbulkan sedikit kekacauan.

"Maaf, saya tidak sengaja." Rendika menunduk dalam, seolah menunjukkan seberapa besar rasa bersalahnya.

Tapi ekspresi tegang yang ditunjukkan wanita di depannya malah membuat Rendika merasa aneh, juga kedatangan Bagaskara yang melewatinya begitu saja hanya untuk menanyakan keadaan wanita asing yang tadi tak sengaja ia tabrak.

"Ayah?"

Gerakan Bagaskara terhenti, kentara sekali bahwa ia baru menyadari keberadaan putranya di sana.

"Lain kali kalo jalan lihat-lihat." Hanya itu, dan hal selanjutnya yang bisa si sulung lihat adalah sang ayah yang pergi begitu saja dengan menarik lembut wanita asing di sampingnya.


°°°°°


Malam harinya Rendika tak bisa tidur saat Chandra datang ke kamarnya dengan wajah panik, mengatakan bahwa si bungsu lagi-lagi mengeluh sakit dan berakhir pingsan.

Rendika yang awalnya memikirkan tentang sang ayah yang hampir dua minggu ini tak pulang, juga kejadian di supermarket siang tadi akhirnya langsung beranjak keluar, mengesampingkan semua hal demi melihat kondisi Narendra secepatnya.

Kisah Tak Berkesah { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang