°KTB ~ 14°

1.4K 246 12
                                    

Hari H



'''^'''



Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu seluruh warga SMA Dwisena tiba, beberapa siswa terlihat antusias dengan para panitia pelaksana yang terlihat begitu sibuk.

"Kamu kelihatan pucet banget Na hari ini." Rendika berkata setelah memperhatikan wajah Narendra diam-diam, beberapa kali juga mendapati sang adik yang mengerutkan dahinya samar.

Si bungsu menengok, senyum simpul terpatri begitu saja. "Perasaan kakak aja kali, aku nggak papa kok."

"Enggak Na, muka kamu emang keliatan pucet banget hari ini." Narendra ganti menengok ke arah Jendra, tatapan kakak keduanya itu menyorot khawatir kearahnya.

"Kamu nggak lagi nutupin sesuatu kan Na?" Chandra ikut nimbrung, bahkan remaja itu sudah melangkah di depan ketiga saudaranya dengan berjalan mundur.

"Enggak, emang apa yang harus aku tutup-tutupin?"

Yang ditanya hanya mencebikkan bibir  dengan kedua bahu yang diangkat bersamaan. "Ya kali aja ada sesuatu gitu."

"Udah-udah, mending ikut kakak ke taman belakang aja. Gimana?"

"Ngapain?"

"Udah ikut aja." Rendika langsung menarik tangan si bungsu lembut, diikuti kedua adiknya yang lain.

"Kita ngapain ke sini kak? Bukannya kalian harus siap-siap buat acara nanti?"

"Masih ada waktu setengah jam Na."

Chandra mengangguk setelah memperhatikan jam tangannya. "Iya, masih setengah jam."

Ketiganya duduk di sebuah kursi panjang yang langsung menghadap kearah sebuah kolam ikan, beberapa bunga teratai juga terlihat bermekaran di atasnya.

Posisi duduk keempatnya bahkan terlihat seperti sudah di atur. Chandra yang duduk di sisi kursi paling kiri, kepalanya ia sandarkan pada bahu sempit milik Rendika. Sedangkan Narendra sudah berbaring dengan bantalan paha si sulung. Wajahnya menatap lurus kearah kolam di depan sana, begitupun kakinya yang ia biarkan berada di pangkuan Rejendra.

"Bentar Mas." Chandra kontan mengangkat kepalanya yang ia sandarkan di bahu Rendika. Netranya memperhatikan pergerakan si sulung yang tengah mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya.

Tiga buah susu kotak berbeda rasa, juga sekotak teh instan beraroma melati. Sesuatu yang selalu di bawa Rendika, entah bagaimana.

Remaja itu langsung membagikan susu kotak itu pada masing-masing adiknya. Jendra dengan susu coklat kesukaannya, Chandra yang kali ini mendapat susu rasa strawberry, juga si bungsu yang lebih suka susu berperisa buah pisang. Sedangkan sekotak teh sisanya adalah miliknya sendiri.

"Udah lama ya kita nggak kesini." Rendika menanggapi celotehan Chandra dengan anggukan kepala.

"Terakhir kali waktu mau ujian kelas sepuluh bukan sih?" Jendra ikut nimbrung dengan pandangan menerawang jauh ke arah depan, hal yang sama yang saat itu tengah di lakukan ketiga saudaranya yang lain.

"Iya."

Lalu kedatangan siswa lain di area taman belakang langsung mengalihkan atensi keempat remaja disana. Bahkan si bungsu sudah memperbaiki posisinya menjadi duduk, mengamati langkah kaki siswa yang tak lain adalah ketua OSIS SMA Dwisena yang sebentar lagi akan lengser itu.

"Semua siswa disuruh kumpul di aula utama sekarang, soalnya acara pembukaan mau di mulai sebentar lagi." Remaja dengan tanda pengenal bertuliskan panitia pelaksana bernama Raka itu langsung menjelaskan, sedikit mendahului Rendika yang sudah akan bertanya tujuannya datang kesana.

Kisah Tak Berkesah { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang