-Tiga puluh dua-

5.6K 268 49
                                    

        "Menjadi orang tua itu tidak mudah. Pelajaran seumur hidup. Tidak ada masa kadaluarsa dan tenggatnya."
                 -Unknown-
                        

   




         Hari masih pagi tapi kediaman Pak Siregar sudah berisik. Ratu tidak berhenti mendumel sejak tadi lantaran tanaman kesayangannya yang di letakkan di teras depan hilang.

"Benar-benar ya si pencuri itu," Ratu berkacak pinggang dengan muka kecut.

"Kenapa sih,Ma? Masih pagi udah berisik aja." Hadi menghempaskan tubuhnya di kursi teras. Memandangi ibunya yang terus saja mengomel.

"Monstera jenis variegata Mama hilang." Ratu berdecak melihat Hadi tidak tau bunga apa yang dia disebutkan. "Itu loh yang daunnya unik. Kamu gimana sih?!"

"Mana Hadi tau namanya apa aja." ngeles Hadi." Kok bisa hilang?"

"Semalam Mama lupa masukin." lesu Ratu mengingat keteledorannya. Biasanya Ratu tak pernah lupa menyuruh satpam memasukkan ke rumah.

"Beli lagi aja."cuek Hadi.

"Ya kalau ketemu ngapain beli lagi. Kamu nggak ingat Papamu nyuruh Mama harus hemat." pasalnya minggu lalu Ratu mengkeret lantaran suaminya marah kebanyakan belanja.

     Hadi mengulum senyum geli mengingat sore itu. Segalaknya Ratu tetap takut kalau Pak bos sudah marah. "Oh,iya. Hadi lupa." ringisnya dihadiahi decakan Ratu.

"Apa yang hilang?" Pak Siregar ikut nimbrung dalam obrolan istri dan anaknya sambil membawa koran di tangan.

"Itu bunga Monstera Variegata Mama hilang. Mama belinya jutaan tuh," adunya.

  Bukannya prihatin Pak Siregar malah menggelengkan kepalanya. "Laginya beli bunga jutaan buat apa sih,Ma?"

"Ya buat mempercantik rumah lah Pa, gimana sih?!" ujarnya tak terima. "Rumah perlu di percantik agar nyaman Pa salah satunya dengan di tanami bunga."

"Padahal Mama taunya perintah ini itu nggak pernah ikut ngerawat apalagi nanam." cengir Hadi yang mendapat pelototan sadis Ratu.

"Kamu ya...-" Ratu sudah bersiap mencubit anaknya namun di interupsi suaminya.

"Harusnya uangnya kamu habisin buat makan atau disedehkan. Lebih bermamfaat. Daripada hilang gini kamu ngomel."

"Bagian untuk makan dan sedekah kan udah dipisahin,Pa. Hobby bertanam itu banyak mamfaatnya. Selain hiasan juga untuk mengganti Co2 saat malam hari terus melepaskan oksigen paginya yang menjadikan udara di rumah jadi bersih." Salwa ikut nimbrug seraya meletakkan pisang goreng yang baru diangkatnya dari wajan.

"Nah, dengerin tuh,Pa. Hobby Mama tuh bantu kita hirup udara segar." bangga Ratu ketika Salwa menjelaskan mamfaatnya dan Pak Siregar diam seraya mencomot pisang goreng. Bukan diam sih lebih tepatnya tidak mau memperpanjang.

"Iya deh, perempuan selalu benar." Salwa mengulum senyum mendengar mertuanya tidak mendebat lagi.

"Terus bunganya gimana,Ma?" Salwa kembali mengalihkan atensinya ke Ratu setelah mengisi gelas suami dan mertuanya.

"Nanti Mama suruh tukang kebun kita buat nanya-nanya ke orang," pasrah Ratu.

"Salwa juga bantu tanyain sama yang lainnya,Ma." Ratu mengangguk.

"Kalau nggak ketemu nanti Papa beliin." mendengar itu Ratu langsung cerah mukanya.

"Mama maunya 3,Pa. Ntar di letakin dalam rumah." Pak Siregar hanya mengangguk pasrah. Sedang Salwa dan Hadi hanya terkekeh geli.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang