"Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis."
- Aristoteles -❤❤❤
Sore ini sepupu dan keluarga kecilnya datang. Seperti biasa Annisah langsung berlari kepangkuan Salwa. Gadis kecil itu sudah lengket sama Salwa. Meski mereka baru bertemu.
"Udah mandi?" gadis kecil itu menganggukkan kepalanya. "pantesan udah wangi," sambil menciumi Nisa yang tertawa-tawa.
"Salwa mau kerja nngak?" Sandi sepupunya bertanya setelah menghabiskan makanannya.
"Kerja apa Bang? Salwa pasti maulah,"
"Di kantor pemerintahan tempat Abang kerja. Mereka kekurangan staff keuangan.Abang ingat kamu bisa mengoperasikan komputer dengan baik."
"Persyaratan masuknya apa aja Bang?" Salwa jujur saja tertarik. Kapan lagi.Kesempatan tidak akan datang dua kali.
"Nanti abang kasih tau,"
"Masih diseleksi nngak Bang?" Salwa tentu saja harus mempersiapkan diri dan segala sesuatunya.
"Iya. Tapi pelamarnya terbatas dan mereka hanya meminta yang sarjana Ekonomi saja," kebetulan Saat kuliah kemaren Salwa mengambil jurusan ekonomi.
Meski mengambil jurusan IPA saat SMA, untuk kuliah Salwa tak tertarik berurusan dengan segala rumus yang membuat otak keriting.
"Mereka butuhnya berapa orang, Bang?"
"2 orang kayaknya. Tapi satu lagi lupa dibagian apa, Kamu pasti diterima Abang yakin."
"Asal jangan KKN aja," Salwa bercanda membuat Sandi tertawa.
"Ya nggaklah. Abang menolak keras yang namanya KKN," Salwa tau sepupunya ini dari dulu pekerja keras dan pantang menyerah. Tentu dia yang berjiwa pantang menyerah sangat menolak yang namanya KKN.
Setelah Abangnya pergi, Salwa mempersiapkan segala persyaratannya.Apalagi besok langsung wawancara. Biar bagaimana pun dia butuh pekerjaan. Dia tidak mungkin hanya berdiam diri di rumah. Tabungannya nggak akan bisa membiayai hidupnya.
Lagipula sayang ilmunya kalau tidak dimamfaatkan. Padahal untuk mencapai gelar tersebut begitu banyak yang dia korbankan. Dan saat ada Kesempatan kenapa harus disia-siakan.
***
Pagi harinya Salwa telah siap untuk wawancara. Meski sudah punya pengalaman kerja dirantau orang tetap saja dia gugup. Apalagi ini disektor pemerintahan bukan swasta. Tentunya ada perbedaan.
Menghilangkan kegugupannya, Salwa menghembuskan nafas dengan perlahan.Setelah tenang dia kembali menghadap cermin. Meneliti penampilannya. Takut ada yang kurang.
Walau bagaimana pun, Salwa harus tampil dengan baik. Berpakaian sopan dan pantas. Setidaknya dia harus punya kesan baik dan tidak membuat malu Abangnya.
Salwa mengenakan atasan berwarna putih dan celana kulot berwarna hitam yang dipadukan hijab hitam. Dengan sneacker putih membalut kakinya.
Secara penampilan, Salwa memang sudah jauh berubah dari yang dulu. Semua tentu saja didukung keadaan dan materi. Penampilannya sekarang jauh lebih modis dan trendy. Tidak seperti saat SMA yang sederhana dan terkesan polos.
"Kita berangkat sekarang kak?" Tanya Rina yang membuka pintu kamarnya.
"Ayo," dengan menyambar tas salempangnya Salwa mengikuti langkah Rina.
"Kakak cantik banget," mendengar pujian Rina, Salwa hanya tersenyum.
"Kamu juga cantik luar dalam. Udah tau mau kuliah dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang
Любовные романыMenapaki kota ini mengingatkanku akan masa lampau. Rasa sakit dan kecewa itu masih ada. Salwa Haura Masih sama dan akan terus sama. Hadi Uwais siregar