Dua Puluh Tujuh

3.7K 269 3
                                    

        "Menikah itu bukan hanya kamu dan dia, tapi juga kedua keluargamu"
               -Unknown-
                       ❤️
       

        

        

            Ditemani penghuni kosan yang hilir-mudik sejak tadi, Salwa mengalihkan matanya dari layar persegi di pangkuannya. Menghidu aroma coklat sebelum menyesapnya dengan pelan.

            Salwa sedang mengurusi produk tokonya. Selain offline mereka juga melayani pembelian secara online.

         Menganulir layar dan memperhatikan detail produk yang ditampilkan. Rencana Salwa mau jadi seller resmi brand hijab dan busana muslimah di kota mereka.
 
      Naraya series sedang meluncurkan koleksi terbarunya. Salwa sangat tertarik dengan printing abstrak yang diusung brand tersebut. Ditambah warna-warnanya juga menyejukkan mata.

       Sebagai pengusaha fashion Salwa harus melek fashion dan pintar membaca trend pasar yang cepat sekali perubahannya.

        
"Assalamu alaikum,"sapa suara yang sangat Salwa kenal. Mengalihkan matanya yang berbingkai kacamata ke sosok tersebut.

"Wa alaikum salam." Salwa ikut tersenyum mendapati wajah cerah dan penuh binar bahagia tersebut. "Kerjaan sudah kelar dan beres,ya?"

"Darimana kamu berpikiran begitu?"heran Hadi. Salwa mengedikkan bahunya.

"Kemaren kamu pusing sama kerjaan. Aku kira ada hubungannya dengan kerjaan. Jadi,ada apa?"

         Hadi semakin tersenyum lebar menampilkan barisan giginya yang putih. "Aku lagi senang banget."beritahunya.

"Mama akhirnya restuin kita,"sama seperti ekspresi Hadi, Salwa juga membelalak sebelum menatapnya tidak percaya.

"Aku bilang juga apa, kalau kita sabar pasti ada jalannya." Salwa mendengus dan menatap tidak yakin Hadi. Pria itu berdecak dan menggelengkan kepalanya.

"Aku juga awalnya nggak percaya. Tapi ini nyata bukan mimpi maupun khayalan."

"Secepat ini? Jangan-jangan Mama kamu bohong," Salwa menyipitkan matanya dan memandang Hadi penuh selidik. Yang ditatap masih cengar-cengir sejak tadi. "Nggak usah,bohong lah." jengahnya yang mulai terusik.

"Aku nggak bohong Salwa Haura." Kata Hadi penuh keyakinan. "Barusan Papa nanya kapan kami bisa ke rumahmu."

      Jika tadi Salwa membelalak maka sekarang gantian dia kembali shock. Tidak pernah terpikir bahkan dalam bayangannya sekalipun kalau Ratu bakalan menyerah lebih dulu.

"Kenapa bisa Mama kamu berubah pikiran?"

"Maksudku jangan-jangan kamu ngancem Mama kamu lagi," Hadi mencebik dituduh begitu.

"Sembarangan. Buat apa juga aku ngancem Mama sendiri. Tanpa gitu juga dia bakalan ngerestui kita."

"Aku nggak tau pasti apa yang dikatakan Papa, tapi bodo amat yang penting kita direstuin dan nikah."

"Sebegitu inginnya nikah sama aku," ledek Salwa.

     Hadi menatapnya tidak suka. "Emang kamu nggak pengen nikah sama aku? Nikah sama aku itu enak,"narsisnya.

       Salwa mendengus dan memutar bola matanya. Hadi tertawa-tawa mirip orang bodoh sejak tadi.

         Salwa tidak mau berharap lebih lagi. Sejak berdamai dengan Hadi dia sudah bisa memaafkan semuanya.

     Kalaupun mereka tidak berjodoh setidaknya semua yang berkaitan dengan masa lalu sudah diselesaikan. Tidak ada ganjalan ke depannya.

                           *

                Sepeninggal Hadi,barulah Salwa memberitahu nenek dan tantenya. Salwa memberitahukan inti pembicaraan mereka semalam.

"Nenek tidak akan melarang, kamu sudah besar tau mana yang terbaik untukmu."

"Tentunya semua itu sudah kamu pikirkan dengan matang-matang."

"Tapi nenek berpesan dengan sangat, kalau Ibunya tidak mau hadir pertimbangkan lagi semuanya.

"Hidup dengan mertua yang tidak merestui itu tidak enak. Akan banyak masalah ke depannya."

"Membangun keluarga itu harus di atas restu kedua belah pihak. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan kamu punya sandaran."

"Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua orang tapi dua keluarga. Bukan hanya antara kamu dan suami kelak tapi dengan keluarganya juga,"

        Salwa mengangguk mengerti. Dia juga sudah memikirkan hal ini. Hadi juga setuju. Bisa dibilang kehadiran Ratu amat sangat penting nantinya.

"Sebenarnya Hadi sudah lebih dulu menemui kami," beritahu Tantenya. "Tapi kami menyerahkan semua ke tanganmu. Kamu yang menjalani kelak."

"Sebagai orang tua kami hanya mengarahkan. Dengan siapapun nantinya semoga bersama orang yang bisa menerima baik dan buruk hidupmu."

"Jangan menuntut kesempurnaan tapi carilah ciptakanlah kesempurnaan itu."

      Salwa menangis haru dan memeluk dua orang yang dia sayangi itu. Salwa boleh saja dibuang keluarga Ayahnya. Tidak dipedulikan sejak dalam kandungan tapi dia masih memiliki keluarga Ibunya yang menerimanya tanpa tapi.

                          *

           Seminggu sudah berlalu, Hadi didampingi kedua saudaranya datang untuk bersilaturrahmi. Sekaligus membahas perihal lamaran resminya.

"Saya atas nama keluarga terlebih dahulu meminta maaf atas kesalahan adik saya di masa lalu," buka Indra dengan penuh penyesalan.

       Sekalipun Hadi sudah meminta maaf secara pribadi pada keluarga Salwa, tetap saja Indra perlu meminta maaf.

"Maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah menyinggung keluarga ini." Iqbal yang berada di sisi Hadi mengangguk mengiyakan.

      Kalau saja Hadi berhasil merealisasikan keinginan gilanya dulu, bisa dibilang dia akan melangkahi kedua Abangnya. Mengingat itu Hadi meringis dalam hati.

      Jika kedua Abangnya dikenal sebagai anak yang patuh dan penurut,maka Hadi dikenal pemberontak.

     Lihat saja masih sekolah udah berani pacaran. Melarikan anak orang lain lagi. Kedua Abangnya mana pernah melakukan itu.

"Maksud dan tujuan kami kesini selain untuk menjalin silaturrahmi tentunya ingin menanyakan kesiapan Salwa Haura untuk di khitbah adik kami secara resmi."

"Saya selaku keluarga Salwa sudah memaafkan atas apa yang terjadi di masa lalu."

"Dan sebagai perwakilan keluarga, kami juga menerima niat baik kalian." Sandy yang ditugaskan sebagai perwakilan keluarga dari pihak Salwa.

"Tapi kami mengajukan syarat untuk diterimanya lamaran."

     Hadi dan kedua saudaranya mengangguk tanda menerima syarat yang diajukan. "InsyaAllah akan kami penuhi selagi kami mampu."

"Kami menginginkan kesediaan Ibu Ratu untuk hadir di acara lamaran sebagai jaminan kalau beliau telah menerima adik saya seutuhnya sebagai bagian dari keluarganya."

"Insyaallah, akan kami penuhi. Kami bisa menjamin kalau Mama sudah memberikan restunya saat ini." kali ini Hadi yang membuka suara.

      Selanjutnya obrolan diantara mereka mengalir dan cair. Indra sekalipun menjabat sebagai ketua dewan bisa memposisikan dirinya dengan baik. Begitu juga dengan Iqbal. Tidak tampak keduanya sebagai sosok yang berpengaruh.

        Kesepakatan berhasil dibuat. Lamaran resminya akan diadakan dua minggu lagi.
Salwa benar-benar tidak menyangka semua terjadi begitu cepat. Betapa Allah maha membolak-balik hati manusia.

      Hal-hal yang berkaitan dengan lamaran mereka sepakat menyerahkan pada Hadi dan Salwa. Mereka yang akan mendiskusikan bagaimana baiknya.


     

 
*Senin, 26 juli 2020/ Jum'at, 04 Februari 2022.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang