- Satu -

8.8K 495 2
                                    


"kita bisa memesan bir,
Namun tidak bisa memesan takdir"
- Djenar Maesa Ayu -

❤❤❤

      Seorang gadis cantik berhijab coklat muda tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar saat turun dari bus travel. Di tangan kanannya bertengger manis koper hitam bergradasi merah. Sedang bahunya tersampir tas berwarna hijabnya.

       Pengagannya pada koper semakin menguat saat kakinya mulai melangkah. Langkahnya terlihat pasti meski jantungnya berdebar keras kala melihat rumah mewah dengan pagar tinggi diujung selatan kampungnya.

       Langkahnya semakin dipercepat kala melewati gerombolan ibu- ibu yang sibuk ngerumpi disebuah warung. Salwa hanya menyunggingkan seluas senyum tipis dan mengangguk sopan saat melewati mereka.  Tatapan terkejut mereka jelas tidak bisa disembunyikan. Salwa memilih tidak peduli dan kembali melanjutkan langkah.

       Pandangannya menyendu kala sampai di rumah bercat kuning lembut itu. Ah, sudah lama rasanya!

"Assalamu alaikum," tidak lama terdengar bunyi langkah berderap bunyinya.

"Waalaikum salam. Kak Salwa?" gadis muda itu terlihat kaget namun langsung memeluknya dengan girang.

"iya. Rina apa kabar? Tante mana?" Salwa menyadari rumah terlihat sepi.

"Baik kak. Ibu jaga nenek di rumah sakit. Istirahat yuk pasti capek. Mana pulangnya nggak ngasih tau lagi kan bisa dijemput," Mendengar gerutuan Rina Salwa kontan meringis. Dia tidak ingin merepotkan keluarganya.

      Waktu tanpa terasa kian berjalan jauh, dulu gadis manis dihadapannya itu masih berseragam merah putih kini sudah sudah duduk dibangku tingkat atas.

      Dulu juga Salwa yang mengomelinya sekarang malah sudah bisa mengomelinya balik. Ah, waktu teramat cepat berjalan

"Anterin kakak kerumah sakit aja,"

"Istirahat dulu. Emang nggak capek apa?" Salwa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

     Rina mengantarkannya ke rumah sakit setelah membersihkan diri dan mengganti baju. Rasanya sungguh tidak sabar bertemu keluarganya.

      Sepanjang jalan Salwa hanya terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Pikirannya seakan tertarik ke masa lalu. Masa yang tidak ingin diingatnya lagi sekaligus ingin dibuangnya.

    Kalau saja dia bisa memesan takdir, Salwa ingin bagian menyakitkan itu di skip saja atau bahkan dihapus dari takdir hidupnya. Tapi ia sadar itu mustahil. Jalan hidupnya sudah begitu.

     Mereka tiba di RSUD tempat neneknya dirawat. Setelah melewati lorong rumah sakit yang cukup panjang mereka sampai di ruang rawat sang nenek.

     Rina masuk diikuti Salwa. Pandangannya menelusuri kamar inap sang nenek yang memiliki tiga ranjang pasien tapi hanya satu yang berisi.

     Rina menganggukkan kepalanya tanda agar Salwa mendekat. Gadis itu berjalan perlahan kala melihat tantenya lagi sholat.

"Assalamu alaikum, Nek." bisik Salwa
di telinganya. Mendengar suara itu perlahan mata neneknya terbuka.

   Salwa berkaca-kaca melihatnya. Sudah berapa tahun terlewati tidak melihat wajah tua namun hangat ini. Air matanya perlahan mengalir. Rasa sesak itu menghampiri. Mata yang mirip dengan Ibunya itu memandangnya hangat.

"Salwa," suara itu terdengar lirih. Salwa memeluk neneknya dengan erat. Rasanya melegakan masih bisa memeluk tubuh lemah dimakan usia ini.

      Pelukannya tetap sama sehangat pelukan ibundanya. Mereka menangis bersama. Bertahun-tahun terpisah jarak rasanya mengharukan saat mereka kembali bertemu.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang