"Saling menjaga perasaan,
Namun tidak ada ikatan"
- Anonim -❤❤❤
Seperti biasa, Salwa selalu lebih dulu datang sebelum apel pagi dimulai. Gadis itu duduk menyendiri dibawah pohon mangga depan kantor. Hadi mendekatinya tapi Salwa tetap bergeming. Sebenarnya dia ingin pergi. Hanya saja Hadi sudah lebih dulu melihatnya.
"Sampai kapan mau membohongi diri sendiri?" Hadi duduk di bangku yang diduduki Salwa tapi tetap mengambil jarak.
"Membohongi seperti apa?" Salwa berusaha mempertahankan ketenangannya. Sejujurnya dia sudah teramat lelah menghadapi Hadi. Salwa hanya membiarkan saja saat ini.
"Perasaanmu." Hadi menatap Salwa dengan tajam. Jenis tatapan yang tidak pernah dilakukannya selama ini.
"Semua sudah berakhir dan kita sudah sepakat buat melupakan segalanya. Kalau kamu lupa." Salwa menatap lurus ke depan. Dia takut pertahanannya goyah kalau melihat kearah lelaki itu.
"Nggak semudah itu Haura. Aku masih sayang kamu."
"Perasaan kamu tidak akan merubah apapun." tegas Salwa.
"Katakan langsung di depan mataku kalau aku tidak berarti lagi untukmu." mata Hadi memicing menatap Salwa.
Mendengar itu Salwa langsung berbalik. Pandangannya menusuk tajam pada Hadi.
"Masih pagi kamu udah ngelantur." sinisnya."Jangan mengalihkan pembicaraan Salwa Haura." mendengar nada tegas Hadi yang sarat ancaman Salwa terdiam. "Katakan Haura.!" desisnya menuntut.
Dengan menguatkan hati Salwa berusaha memandang mata tajam di hadapannya. Dengan gugup dia Salwa mendongak. Melihat mata dan senyum teduh itu Salwa tidak sanggup. Dia mengalihkan wajahnya dengan pipi memerah.
Hadi tersenyum lebar melihatnya. Keyakinannya tidak pernah salah. Gadisnya masih mencintainya. Salwa sendiri merutuki dirinya sendiri. Sejak dulu dia selalu lemah pada tatapan teduh dan senyum manis lelaki itu.
"Terimakasih sayang," Hadi ingin memeluknya. Tapi Salwa langsung mundur. Melihat itu Hadi tersenyum canggung.
"Aku tetap nggak bisa terima kamu." keputusan Salwa sudah bulat.
"Sayang maksud kamu?" Hadi gelagapan sendiri dibuatnya.
"Semua nggak semudah yang kamu pikirkan." setelah mengatakan itu Salwa berlalu.
*
Salwa sadar keputusannya itu menyakiti mereka berdua. Meski sudah memaafkan, tapi untuk kembali Salwa belum segila itu.
Semua yang terjadi tidak sesederhana itu. Sudah melibatkan keluarga besar. Akan sekacau apalagi kalau Salwa masih terus keras kepala. Perasaannya tidaklah penting saat ini.
Adakalanya, Salwa ingin egois. Tapi waktu telah membuka matanya dengan lebar kalau hidup itu bukan tentang diri sendiri tapi ada keluarga yang tidak bisa diabaikannya. Terbukti keluarganya yang tetap ada saat dia terjatuh dulu.
Jika memang jalinan jodoh mereka bertaut, Salwa percaya mereka akan dipertemukan. Tak peduli sehebat apa yang akan memisahkan mereka. Sekarang biarkan seperti ini. Mengalir apa adanya. Apa akan mendekatkan atau malah menjauhkan.
"Jadi balikan?" Rahayu bertanya saat mereka pulang bersama.
Salwa menghela nafas mendengarnya dan menggelengkan kepalanya "Nggak kak. Aku nggak bisa."
"Kamu yang lebih tau yang baik untuk dirimu sendiri. Apapun keputusanmu kakak selalu dukung." Salwa tersenyum mendengarnya. Beruntung dia mengenal perempuan dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang
RomanceMenapaki kota ini mengingatkanku akan masa lampau. Rasa sakit dan kecewa itu masih ada. Salwa Haura Masih sama dan akan terus sama. Hadi Uwais siregar