Dua Puluh Satu

3.7K 268 2
                                    

        "Terkadang kebodohan bisa menghancurkan diri sendiri"
            -Unknown-
                     ❤️

       

         Detik menit sudah terlewati. Tapi kedua orang yang duduk berseberangan itu masih saling menahan diri untuk tidak membuka mulut.

     Alih-alih saling berbicara lewat tatapan, mereka malah kompak memandang ke arah lain. Kemana saja asal tidak mata lawannya.

"Ada yang mau kamu sampaikan?" tidak tahan akhirnya Hadi membuka suara lebih dulu. Kalau menunggu gadis di depan memulai lebih dulu, bisa dipastikan sampai besok mereka akan saling diam.

"Ada." singkat padat dan jelas.

"Katakanlah. Aku akan dengerin."

    Hadi akan sabar menunggu. Ini momen yang ditunggunya. Salwa menghubunginya lebih dulu. Hidupnya memang semenyedihkan itu.

    Salwa masih tetap diam. Kali ini dia mencoba memandang Hadi tepat di mata. Walau selalu berakhir lebih dulu memalingkan wajahnya.

"Aku mau berjuang lagi sama kamu." suara Salwa terdengar kecil bahkan dia menundukkan wajahnya.

    Tapi Hadi yang memusatkan konsentrasi penuh bisa mendengar. Hadi mematung. Tidak menyangka akan mendengar ini.

"Kamu nggak mau?" melihat ekspresi Hadi yang shock Salwa justru cemas. "Atau kamu mau dijodohkan sama cewek lain lagi?"

"Kamu nggak lagi bercanda kan?" demi apapun  Hadi perlu memastikan. Takutnya ini hanya halusinasi.

"Nggak,"

"Awas kalau kamu menarik kata-katamu. Aku nggak akan terima." Salwa berdecak tapi tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat ekspresi bahagia di wajah Hadi.

"Kamu tau aku menunggu momen ini bertahun-tahun."jujur Hadi. Matanya sudah berkaca-kaca. Tapi senyumnya terlengkung sempurna.

"Aku nggak pernah menyangka ini akan datang juga."

      Sejujurnya Hadi sudah menyiapkan diri kalau meyakinkan Salwa akan perasaan mereka itu masih panjang jalannya. Siapa yang menyangka akhirnya gadis itu luluh juga. "Terimakasih. Telah memberiku kesempatan." Hadi menggenggam tangan Salwa. Mengelusnya lembut dengan ibu jarinya.

"Aku akan perjuangin hubungin kita."

"Kita akan berjuang bersama."ralat Salwa. Hadi mengangguk bahagia.

    Kalau tidak tau tempat Hadi ingin rasanya berteriak saking bahagianya. Tapi dia masih bisa mengontrol dirinya. Lebih tepatnya tidak mau mempermalukan Salwa.

     

                       *

     Sudah lama rasanya Hadi dan Salwa duduk berdua tanpa saling menatap penuh kebencian. Salwa sih yang selalu menguarkan aura permusuhan.

    Salwa menggulung mie sebelum memasukkannya ke mulut. Keduanya sedang berada di kedai mie Aceh.

"Aku udah lama pengen nanya ini sebenarnya tapi nggak sempat."

"Gimana mau sempat. Tiap kita ketemu selalu aja kayak orang ngajak perang."gerutu Hadi. Salwa berdecak.

"Itu karena kamu emang nyebelin."

"So,mau tanya apa?" Hadi mengalihkan pembicaraan. Daripada mereka meributkan hal yang tidak jelas. Nggak lucu baru berbaikan udah berdebat lagi.

"Apa sih yang ada di otakmu dulu nekat ngajak kawin lari?" sesaat Hadi terperanggah sebelum menghela nafas.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang