-Delapan Belas-

3.5K 275 5
                                        

               "Sakitnya masih ada dan akan selalu berbekas"
                 -Unknown-
                   ❤️❤️❤️

 

         
           Selepas kepergian Rama, Salwa kembali ke rumah. Lelaki itu sudah bertolak ke Aceh sebelum balik ke Kalimantan.

        Salwa mengerem mendadak begitu ada motor yang diparkir sembarangan di gang menuju rumahnya. "Lo mau ngebunuh gue."sembur Salwa galak.

     Melepas helm, menghampiri lelaki yang
sudah turun dari motornya sejak tadi. "Sorry, aku nggak tau kamu bakalan kaget gitu." sesal Hadi. Niatnya murni menunggu Salwa yang mengantarkan seorang lelaki yang selama dua hari ini mengganggunya.

"Kira-kira kalau parkir." Salwa masih misuh-misuh. "Kebiasaan sih bertindak tanpa mikir."semprot Salwa yang berkacak pinggang.

"Kamu kan nggak pa-pa. Kaget doang." enteng Hadi yang berusaha menahan emosinya sejak kemaren.

"Kamu... benar-benar." omelan Salwa tertahan begitu Hadi menatapnya sendu. Mendadak semua kekesalannya menguap."Kamu kenapa?"

"Melihat kamu bersama lelaki lain rasanya sakit juga. Sialannya aku nggak bisa berbuat apapun." Salwa diam mendadak tak bisa berpikir apa-apa. Ekspresi sakit Hadi tergambar di wajahnya yang sendu dan hopless sekali.

"Dia temanku."

"Teman?" Alis Hadi naik matanya menyipit tak percaya. Tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Dia dari luar kota. "

"Kamu bisa suruh dia di hotel." Salwa menganga sebelum tersenyum tipis dan menatap Hadi lekat.

"Iya. Tapi aku yang tidak mengizinkan. Lagipula kita nggak hanya berduaan di rumah. Kamu tau kan rumahku dan rumah Tanteku berdekatan bahkan sebelahan?"

       Rasanya menyebalkan kalau Hadi menuduhnya yang tidak benar. Bisa saja dia menyuruh Rama di hotel. Tapi apa dia tega?

      Rama baru pertama kalinya datang kesini. Mengingat bagaimana baiknya pria itu dulu Salwa tidak bisa mengabaikan begitu saja.

"Kamu kalau datang cuma buat nuduh aku yang nggak-nggak,mending nggak temuin aku." Sarkas Salwa tajam.

"Kamu selalu nolak saat aku ajak keluar. Tapi bersama lelaki itu kamu bahkan.."Hadi tidak melanjutkan, rasanya menyesakkan.

       Hadi tidak bermaksud bersikap seperti ini. Hanya saja dia tidak tau cara mengurai kesesakan itu hingga berakhir menghadang Salwa.

"Jadi karena itu?" Salwa menatapnya tak percaya. Ketegangan diantara mereka tak terurai sama sekali.

   
"Kamu tau,aku hanya berusaha melindungi hatiku dari kemungkinan yang paling terburuk. Masa lalu mengajarkanku banyak hal."

      Salwa berbalik ke motornya,memakai helm-nya. "Kalau nggak ada yang mau kamu bicarain lagi. Minggir," jengkelnya.

    Mau tidak mau Hadi memberi jalan untuk Salwa lewat. Sepeninggal Salwa,Hadi masih diam memandangi Salwa yang mulai tertelan di ujung sana.

      Awalnya Hadi berniat bicara baik-baik. Tapi entah kenapa mereka malah saling emosi dan berakhir bertengkar seperti ini.

    
     Selalu saja kesalah fahaman mengacaukan semuanya. Hadi yang terlanjur berburuk sangka dan Salwa yang tidak pernah menjelaskan. Begitu aja terus siklusnya.

                                   *
       

         Di dalam kamarnya Salwa menggulung dirinya dengan selimut. Dia tidak bermaksud menyakiti Hadi seperti tadi.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang