-Tiga puluh-

5K 299 18
                                    

    "Jangan tanyakan mengapa. Bisa jadi di masa depan akan menemukan jawabannya.           
                        -Unknown-
                                 ❤️
                 

       


       Akad nikah sudah berlangsung kemaren sore. Dikarenakan sudah tidak punya orang tua dan Ayahnya anak lelaki satu-satunya, Salwa dinikahkan oleh wali hakim. Salwa memang masih punya saudara tiri, tapi perempuan.

     Rasanya berat harus melangkah tanpa kedua orangtuanya. Apalagi saat ijab kabul diucapkan. Rasanya susah diungkapkan. Beradu jadi satu. Ingin menjerit tidak terima percuma, garis hidupnya sudah seperti ini.

    Ijab kabul berjalan dengan hikmat dan sakral. Saat kata Sah terucap, tubuhnya bergetar. Kini dia bukan lagi milik orang tuanya. Tapi milik lelaki disampingnya. Kini segala sesuatunya harus seizin lelaki itu.

     Tangis Salwa akhirnya pecah saat Hadi memeluknya setelah mencium tangan suaminya. Hadi memeluk Salwa dengan erat. Segala rindu dan ketakutannya melebur jadi satu. Wanita dalam pelukannya akhirnya halal untuknya.

"Sayang, udah nangisnya." bisik Hadi. Salwa berusaha menghentikan tangis dengan susah payah.

    Salwa sesenggukan dalam pelukan Hadi. Dengan sabar Hadi memeluk dan mengusap punggungnya.

       Semua mata mengarah pada pasangan pengantin baru itu. Banyak yang ikut terharu melihat Salwa menangis. Namun ada juga yang tersenyum bahagia melihat keduanya akhirnya bersanding.

"Nek, maafin Salwa." suaranya tercekat. Tenggorokannya seakan tersumbat saat sungkem pada neneknya. Tangis yang ditahan kembali pecah.

    Di momen ini rasa rindu pada Ibunya semakin memuncak. Tubuh Salwa sampai bergetar hebat. Ingin rasanya Salwa meminta menghidupkan Ibunya kembali. Meski dia tau itu mustahil.

       Neneknya sendiri tidak mengatakan apapun tapi memeluk Salwa sama eratnya. Mengelus punggung cucunya lembut. Dia pun sama. Merindukan putrinya yang telah pergi lebih dulu.

       Suasana haru sangat kental di ruangan itu. Bahkan Hadi sampai menyeka ujung matanya. Hadi seakan disadarkan bagaimana pun orangtuanya baktinya pada mereka itu seumur hidup.

       Hadi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kembali merasa jahat pada Salwa. Mengira istrinya tidak mencintainya saat mengajaknya nikah lari dulu.

     Padahal istrinya tau semua tidak akan berjalan lancar kalau caranya tidak benar. Salwa juga tidak ingin dia durhaka pada orangtuanya. Bagaimana pun orangtuanya dia harus berbakti pada mereka.

      Di titik ini Hadi semakin yakin dia akan baik-baik saja selama Salwa yang menjadi istrinya. Hadi punya seseorang yang akan selalu mengingatkannya kelak

"Maafin semua salah Salwa, Tante." Salwa juga minta maaf dan restu pada Tantenya.

     Tantenya hanya menganggukkan kepala. Tidak sanggup membuka suaranya. Yang dilakukannua hanya menarik Salwa dalam pelukannya.

     Sama seperti neneknya, tantenya juga tidak mengeluarkan suara. Hanya air mata yang semakin deras keluar. Air mata yang seakan berbicara banyak.

      Cukup lama Salwa sungkem pada keluarganya sebelum beralih ke mertuanya. Tanpa disadari yang lainnya Ratu mengedipkan matanya berulang kali. Menghalau air mata yang hampir keluar.

     Salwa menggeser tubuhnya dan menghampiri orangtua Hadi. Salwa menyalim mertuanya yang dibalas Pak Siregar dengan usapan di kepala.

     Gadis yang memakai gaun putih yang terlihat mewah itu menahan air matanya dengan susah payah. Ini adalah mimpinya. Kepalanya diusap sang Ayah. Hal yang tidak pernah didapatkannya selama ini.

"Ada Papa. Jngan nangis." Pak Siregar seakan mengetahui kerinduan akan soosok sang ayah. Mata tua itu menatapnya dengan senyum tulus penuh penerimaan.

    Lelaki paruh baya melihat dengan jelas kalau Salwa begitu menginginkan kasih sayang seorang ayah. Hari ini terlihat jelas.

      Matanya terpejam sesaat mengingat bagaimana menantunya hidup selama ini. Ditambah dengan ulah istrinya. Rasa bersalah itu semakin besar.

     Pak Siregar memeluk Salwa sambil mengelus kepalanya. Diperlakukan begitu tangis Salwa kian deras saja. Keluarganya juga menangis menyaksikan betapa Pak Siregar sangat menerima Salwa sebagai menantunya.

     

   Salwa beranjak ke sisi Ratu. Tanpa ada yang sadar Ratu sempat memegang lengannya yang hampir oleng. "Restui pernikahan kami,Bu." dengan takjim diciumnya tangan berikut  pipi wanita yang melahirkan suaminya itu.

    Meski lumayan kaku Ratu menepuk bahu Salwa dengan pelan dan memeluknya singkat. Pak Siregar sendiri tersenyum pada istrinya. Senang dengan kebesaran hati istrinya itu.

                              *

   

      Pengantin baru itu bergantian menyalami keluarga dan kerabat yang datang. Doa-doa dipanjatkan untuk kelangsungan perjalanan rumah tangga mereka. Keduanya kompak mengaminkan.

"Aku bahagia buat kakak." Rina memeluk Salwa dengan erat. Bahagia melihat kakaknya bahagia.

"Makasih, Rin. Udah jagain kakakmu." Hadi tersenyum melihat betapa Rina sangat menyayangi kakaknya. Keduanya sudah seperti saudara kandung.

"Sama-sama, tapi ini nggak gratis loh Bang." goda Rina dengan senyum jenaka.

"Beres," Hadi menanggapi gurauan Rina. "Nanti uang jajannya Abang transfer." Rina bersorak mendengarnya sedang Salwa hanya menggelengkan kepalanya tanpa berniat menimpali.

    Rumah yang didekorasi dengan sentuhan putih dan coklat itu terasa mengharukan namun penuh kebahagiaan. Bahagia melihat pengantin yang pernah melakukan kekonyolan di masa lalu itu akhirnya kembali berjodoh.

    Mereka yang sempat terpisah akhirnya
menemukan jalannya. Salwa tentu tidak pernah menyangka akan sampai di tahap ini. Kalau bukan karena neneknya dia sudah tidak mau menginjakkan kaki di tanah kelahirannya.

    Tapi ternyata rahasia takdir tidak pernah terbaca. Keengganannya kembali justru membuatnya bertemu pemilik hati sesungguhnya. Pada cinta sesungguhnya.

     Padahal seiring waktu, Salwa sudah dalam tahap merelakan semua mimpinya terkubur bersama waktu. Namun semesta membalikkan keadaan. Salwa kembali ke  tanah kelahirannya. Kembali pulang untuk menjemput kembali apa yang sempat terputus di masa lalu.

"Makasih atas kesedianmu menjadi istriku. Kita jalani sama-sama mulai sekarang." Salwa tersenyum dan mengiyakan. Hadi merangkulnya dengan erat.

      Jika dulu mereka tetap memaksakan keinginan, Salwa tau semua tidak akan berjalan seperti semestinya. Menikah tanpa restu orangtua itu berat. Dia tidak mau mengalami apa yang dialami Ibunya.

    Dulu mungkin sempat marah pada takdir yang mempermainkan hidupnya, Tapi sekarang Salwa tau jawabnya. Allah hanya ingin menguji seberapa kuat mereka berjuang. Saling mencapai mimpi sebelum mereka disatukan.

     Rentang waktu diantara mereka adalah bukti betapa Allah menginginkan mereka kuat dan tangguh sebelum menjalani kehidupan rumah tangga. Semakin dewasa keduanya menyadari kalau rumah tangga itu bukan soal cinta saja.

        Ada banyak hal yang akan ditemui setelahnya. Dan saat itu pondasi mereka tidak sekuat sekarang. Yang akhirnya bisa roboh seiring keegoisan yang tidak bisa mereka redam.

     Maka lain dengan sekarang. Secara mental mereka sudah siap. Dan finansial mereka juga sudah cukup untuk membangun keluarga. Keduanya juga sudah  sama-sama faham hak dan kewajiban masing-masing.

    Salwa bangga bisa melewatinya sebagai tahap permulaan. Sebagai bekalnya untuk menghadapi kehidupan pasca pernikahan yang justru itulah kehidupan sesungguhnya.

Selesai

*Kamis, 06 Agustus 2020/ Jum'at, 04 Februari 2022.

Finally! Selesai juga. Makasih buat semua yang udah baca, vote dan coment.

Setepah ini mau fokus ke Dora sahabat Ara di lapak "Terjalin kembali"

 

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang