Dua Puluh Lima

3.7K 284 10
                                    

         "Semua masih sama, hanya waktu yang melangkah semakin jauh"
                 -Unknown-
                      ❤️

         



        Salwa merasa dirinya tolol dan bodoh sekali. Bisa-bisanya mengiyakan ajakan Hadi ke rumah kakaknya.

     Kakaknya merayakan ulang tahun anak bungsunya. Bisa ditebak kalau seluruh keluarga berada disana. Terutama Ratu sebagai nenek.

"Kakak kenapa?" tanya Rina yang bingung melihatnya gelisah sejak pagi.

"Kakak diajakin ke ulang tahun ponakan Hadi,"

"Ya,terus?" heran Rina yang merasa tidak ada yang salah.

"Disana pasti ada keluarganya. Terutama Ibunya."

"Lah,telat dong kalau takutnya sekarang. Kenapa nggak ditolak kalau emang belum siap."gemes Rina.

"Kakak nggak mikir kesana," Rina memutar bola matanya saking gemesnya. Memang ya cinta itu bisa bikin sinting.

"Ya,sudah, kalau gitu hadepin dong." Salwa membola mendengarnya.

"Lagian mau dihindari sampai kapan?ujungnya juga kalau balik sama dia. Hadepin aja,lagi." enteng Rina, Salwa berdecak merutuki kebodohannya.

"Lagian ya,kak, nggak mungkin Ibunya yang maha elegan itu mempermalukan dirinya di hadapan tamunya."tambah Rina sedikit melegakan Salwa.

"Mau dikemanakan mukanya kalau bertindak bar-bar."mau tidak mau Salwa menyetujui pendapat Rina.

       Ratu terkenal elegan dan menjaga wibawanya. Dia hanya akan menyerang orang secara halus. Itu pun tidak di depan umum.

 
"Lagian ada Bang Hadi. Nggak mungkin dia biarin kakak berantem sama Ibunya."

                                  *

          Meski ada rasa was-was dan takut, disinilah Salwa sekarang. Di pesta ulang tahun yang dipenuhi anak-anak dengan gaun berwarna-warni.  

         Salwa tersenyum memandangi cantiknya dekorasi yang menghiasi samping rumah. Betapa menyenangkannya jadi anak kecil. Mereka hanya tau bermain tanpa memikirkan betapa kerasnya hidup ini.

"Hai,kamu udah datang?" Salwa mengangguk. Meski Hadi menawarkan menjemputnya namun Salwa menolak.

"Cantik," bisik Hadi. Salwa menunduk tapi Hadi masih sempat melihat pipinya merona.

       Hadi tidak berbohong. Salwa yang memakai dress biru dan hijab putih tulang terlihat cantik di matanya. Apapun yang dipakainya Hadi selalu suka.

"Apaan,sih."

    Tak berapa lama si empunya acara menghampiri mereka. Salwa tersenyum hangat menyapa pasangan Indra Uwais bersama istrinya.

      Sepanjang ingatan Salwa, Indra yang sekarang jadi anggota legislatif provinsi mereka tetap terlihat ganteng di usia paruh tiga puluhan.
    
"Apa kabar,Haura?"

"Baik. Abang apa kabar?"

"Baik juga,"

        Saudara pertama Hadi itu tetap ramah dan murah senyum sejak dulu. Tak berapa lama istrinya menghampiri bersama sesosok remaja tanggung.

"Hello!Haura!Apa kabar?" sapa Audi ramah sembari memeluk Salwa dan mengajaknya cipika-cipiki.

"Baik. Mbak sehat?"tanyanya balik.

"Sehat juga. Kamu makin cantik aja,"

"Mbak bisa aja. Tapi mbak lebih cantik."

"Hayoo,Aria. Nggak mau nyapa Tante Haura?katanya pacarmu dulu."goda sang Ayah pada anaknya yang sudah memperhatikan Salwa sejak tadi.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang