"Aku berusaha bangkit meski sebenarnya sudah babak belur"
-Unknown-
❤️❤️❤️
Sepulangnya dari kantor bukannya balik ke rumah, Salwa memilih berkeliling tak tentu arah. Mutar-mutar sampai kepalanya mendingin. Dia sering melakukan ini saat isi kepalanya terasa penuh.
Lelah berkeliling Salwa memilih berhenti di sebuah cafe bernuansa alam kental. Letaknya di tengah-tengah sawah. Atapnya saja dibuat dari ilalang.
Rasa sejuk langsung terasa begitu Salwa memasuki cafe. Salwa memilih duduk di meja yang membelakangi pintu masuk.
Dia ingin menikmati indahnya persawahan dan mengangumi gunung yang menjulang tinggi di depan sana.
Suasana yang hangat dan asri berhasil membuat perasaannya rileks dan lebih baik. Alam memang self healing terbaik.
"Pesanannya,Kak." suara pelayan cafe membawa Salwa dari lamunan masa lalu.
Salwa tersenyum. "Terimakasih,Mbak." Sepeninggal pelayan Salwa menikmati kopinya.
Menghidu aromanya yang khas. Kopi hitam itu masih mengepulkan asap. Sejak di rantau minuman ini yang setia menemaninya saat lembur dan melawan ngantuk saat bekerja sekaligus kuliah.
"Aku nggak nyangka sekarang kamu suka kopi,"suara yang familiar menyapanya.
Salwa menoleh dan tersenyum melihat sosok Risty menghampirinya. "Bisa dibilang ini penyelamat saat jam-jam genting. Sama siapa?"
"Tadi sama teman. Tapi udah balik duluan. Nggak pa-pa,nih?aku gabung?" gurau Risty.
"Takutnya ada yang mau gabung,ntar."Salwa terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Kalau dia gabung tinggal diusir saja." Melihat santainya Salwa menjawab, tak urung membuat Risty geli.
"Btw, udah lama ya kita nggak nongkrong begini,"
Salwa mengiyakan. Rasanya memang sudah lama sekali. "Benar banget. Ternyata waktu cepat berjalan," pandangan Salwa menerawang. Melintasi masa lalu.
"Rasanya masih kemaren kita berseragam putih abu. Menikmati masa remaja. Nggak mikir apapun selain bermain."
"Dulu berharap pengen cepat gede. Tapi saat dijalani pengen balik ke masa dulu."
"Ternyata beban manusia dewasa itu berat. Tapi dipaksa untuk bisa lewatin semuanya." timpal Salwa yang diiyakan Risty.
Bisa dibilang Risty dan Salwa bersahabat baik. Bahkan meski Risty bertunangan dengan Hadi, Salwa tidak bisa marah maupun benci. Setidaknya Hadi bersama orang yang tepat.
"Pertunangan kami dibatalkan." beritahu Risty begitu keheningan menyelimuti mereka.
Salwa menoleh dan menatap Risty dalam diam. Gadis itu tersenyum lebar dan tidak menyembunyikan rasa senangnya.
"Lega rasanya bisa bebas begini." raut wajah Risty benar-benar lepas. Seakan dia sudah menantikan ini sejak lama. "Rasanya kayak bisa terbang."
Salwa tersenyum. Raut wajah yang berbinar bahagia itu telah menggambarkan banyak hal.
"Sebenarnya dibanding bertunangan kita lebih layak disebut berlindung dibalik kedok pertunangan."
"Kami nggak benar-benar seperti pasangan bertunangan. Yang kami lakukan tiap bertemu hanyalah membahas orang kami cintai." Salwa memilih diam. Membiarkan Risty menyelesaikan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang
RomanceMenapaki kota ini mengingatkanku akan masa lampau. Rasa sakit dan kecewa itu masih ada. Salwa Haura Masih sama dan akan terus sama. Hadi Uwais siregar