-Dua Puluh Sembilan-

3.7K 257 5
                                    

    "Yang dekat belum tentu jadi, yang jauh bisa jadi jodoh. Jodoh sebercanda itu memang"
                 -Unknown-
                        ❤

   





      

         Sejak pagi rumah Salwa sudah selesai di dekor oleh EO yang disewa sampai akad dan resepsi. Nuansa putih dan hijau terlihat menghiasi rumah. Terlihat minimalis namun elegan. Dikarenakan masih tahap lamaran, undangan masih sebatas keluarga dekat.

     Sejak berita Salwa dilamar Hadi menyebar, gosip masa lalu kembali muncul kepermukaan. Seperti biasa, Salwa terlihat tidak peduli. Dipedulikan juga buat apa?

"Bukannya itu dulu yang pernah lari sama anaknya Ibu Ratu ya?"

"Ngapain dipisahkan kalau akhirnya nikah juga."

"Berhasil juga ya dia menggaet anak orang terpandang disini,"

      Salwa memilih mengabaikan nyinyiran itu. Buat apa dipikirin. Mereka bukan siapa-siapanya.

   
      Salwa sendiri terlihat cantik dengan riasan yang terlihat sederhana namun manis. Memakai kebaya hijau pastel yang panjangnya sampai ke bawah lututnya. Untuk bawahan sendiri memakai rok batik. Yang katanya senada dengan batik yang dipakai Hadi.

      Awalnya Salwa tidak ingin memakai kebaya pemberian Ratu, tapi setelah berpikir panjang akhirnya dia mengalah juga. Perempuan itu sudah berbaik hati mengurusi baju untuk dikenakannya. Tidak etis rasanya menolak. Sama saja kembali mengibarkan bendera perang.

"Kak, rombongan keluarga Bang Hadi sudah sampai. Kakak siap-siap ya." Salwa yang tadinya terlihat tenang tiba-tiba gelisah. Bagaimana pun masih ada ketakutan semua tidak berjalan seperti seharusnya. Perasaannya campur aduk sejak semalam.

"Tangan kakak dingin banget,"Rina yang memperbaiki ujung hijab Salwa terkejut begitu menggenggam tangan sang kakak.

"Takut Rin," jujur Salwa.

"Nggak perlu takut. Semua akan baik-baik saja."Rina menenangkan Salwa, kendati tidak terlalu berpengaruh Salwa menghembuskan nafasnya perlahan. Perlu beberapa kali hembusan hingga merasa tenang.

    Mengatur pernapasan berhasil membuat Salwa merasa rileks. Menyugesti  diri kalau semua akan baik-baik saja.

"Kita ke depan ya, acara mau dimulai." Beritahu Tantenya.

     Salwa menganggukkan kepalanya. Rasa gugup dan cemas kembali menghampirinya. Namun pelukan hangat sang tante seakan menyalurkan energi untuknya. Semua akan baik-baik saja

     Salwa terus menundukkan kepalanya. Sepanjang melangkah terus menatap ke bawah. Tapi ekor matanya sempat melihat beberapa orang yang dikenalnya termasuk Diska, Rahayu dan Lina.

      Salwa tidak mengundang semua teman sekantornya. Masih acara lamaran. Belum juga akad.

                                   *



"Maksud kedatangan kami kesini adalah meminang Salwa Haura untuk anak kami anak Hadi Uwais. Seperti kita ketahui bersama ini lanjutan pertemuan yang sebelumnya telah diadakan di rumah ini juga." Pak Siregar menyampaikan niatnya setelah pihak yang ditunjuk membuka acara menyampaikan acara pembuka.

       Seperti sebelumnya Pak Siregar juga meminta maaf secara resmi atas kejadian di masa lalu.

      Salwa yang diapit nenek dan tantenya semakin menundukkan wajahnya. Tidak kuasa mengangkat wajahnya sedari tadi.Gugup dan cemas semua jadi satu.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang