"Sejauh apapun kaki manusia melangkah, tidak akan mungkin melampaui ketetapan dan takdir Allah"
- Hanum Salsabila Rais -❤❤❤
Sebulan sudah Salwa bergabung dengan team keuangan Dinas pendapatan daerah. Sejauh ini Salwa menyukai rekan kerjanya dan mereka selalu jadi team yang solid.
Toko pakaian yang dibukanya juga mulai menunjukkan perkembangannya. Pelanggan-pelanggan mulai berdatangan. Dari yang remaja sampai Ibu-ibu.
Siang ini Diska mengajak makan siang bareng. Salwa menyanggupi, pekerjaannya mulai berkurang minggu ini setelah lembur full minggu kemaren. Meski tinggal di kota yang sama Salwa dan Diska jarang bertemu. Terbentur pekerjaan masing-masing.
Salwa mengenderai motornya ke sebuah warung makan padang. Saat sampai terlihat Diska sudah duduk dan melambaikan tangan kearahnya.
"Udah lama?!" sapanya sambil duduk di depan Diska.
"Baru aja. Mau mesan apa?" Salwa menyebutkan pesanannya. Diska ke depan memesan makanan untuk Salwa.
"Gimana kerjaannya?" Tanya Salwa setelah Diska duduk kembali.
"Penuh dengan target penjualan. Tapi sejauh ini masih stabil sih. Kamu sendiri gimana? Enak kerja di pemerintahan?" tanya balik Diska yang menuangkan air minum ke gelas mereka
"Aku nyaman sih. Rekan sekantor juga menyenangkan. Ternyata nggak seformal bayanganku selama ini."
"Formal kan tergantung berita acaranya. Enak ya dikeuangan."
"Iya, ngitungin duit yang nggak bisa dikantongin." tawa Diska tergelak mendengar jawaban masam Salwa.
Makan sambil membahas banyak hal kebiasaan yang sudah Salwa dan Diska lakoni sejak dulu. Membahas hal penting sampai hal tak berfaedah."Gila, gue kangen sekolah." celutuk Salwa begitu melihat anak SMA yang berseliweran di depannya.
"Ya, sekolah lagi aja," acuh Diska yang terus mengunyah.
"Kalau aja bisa,"
"Lo udah ketemu dia? tiba-tiba suasana hening. Diska merutuki dirinya.
Sedang Salwa tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya."Gue nggak ingin ketemu dia," jujur Salwa tanpa ditutupi.
Diska menghela nafasnya. Dia tau pembahasan mereka ini berat. Bahkan membukan luka lama Salwa. Tapi dia perlu mengingatkan gadis di depannya.
"Sorry,aku nggak berniat ikut campur," Salwa mengedikkan bahunya. "Tapi lo harus ingat kalian sekarang satu kota yang sama. Kemungkinan ketemu dia itu 90%. Kalian dilingkup yang sama juga."
"Salah nggak sih, gue bilang nggak usah ketemu dia selamanya." Diska menggeleng dan tersenyum tipis.
"Nggak salah. Tapi ingat jangan mendahului takdir. Kalaupun kalian bertemu ya udah. Anggap ketemu teman lama aja."
"Teman lama,ya?" ada sisi emosional yang berhasil Diska tangkap namun Salwa berusaha menutupinya. "
"Benci sama dia nggak akan merubah keadaan. Justru lebih menyakitimu. Gue bilang gini biar lo siapin hati ketemu dia."
Salwa tidak bisa menyalahkan Diska. Apa yang sahabatnya bilang itu benar. Tapi sanggupkah
***
Pagi harinya Salwa mengenderai motornya menuju kantor. Dengan mengenakan kemeja batik ungu pupus dengan hijab senada dan celana kain dipilihnya sebagai outfit hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang
RomanceMenapaki kota ini mengingatkanku akan masa lampau. Rasa sakit dan kecewa itu masih ada. Salwa Haura Masih sama dan akan terus sama. Hadi Uwais siregar