-Tiga puluh satu-

4.8K 275 30
                                    

"Jodoh selalu tau cara menemukan tulang rusuknya. Tidak peduli waktu dan jarak pernah memisahkan."
                 -Unknown-
                       

   



        Resepsi pernikahan Hadi dan Salwa digelar meriah. Banyak tamu-tamu penting yang hadir. Mengingat bagaimana background keluarga Siregar tentu tidak mengherankan tamunya membludak.

      Ditambah Hadi anak bungsu yang otomatis jadi pernikahan terakhir di keluarga mereka.

"Kenapa?" tanya Hadi lembut saat melihat istrinya menggerak-gerakkan kakinya.

"Kakiku sakit," Salwa memakai heels tinggi saat ini dan mereka sudah berdiri selama berjam-jam.

"Buka aja," enteng Hadi

"Masa nyeker sih," protes Salwa tidak terima namun tetap melepas heelsnya. Beruntung gaunnya sampai ujung kaki.

      Tepat saat Hadi memperbaiki gaun pengantin istrinya, mereka kedatangan dua orang pria yang langsung menghadirkan senyum di wajah Salwa. Namun Hadi berwajah masam melihatnya.

     Kedua pria yang tidak ingin berada dalam hidup istrinya. Dia memang seegois itu menyangkut Salwa. Namun tidak ada yang bisa dilakukannya selain menerima bagian dari perjalanan hidup istrinya itu.

"Selamat dek! Semoga pernikahannya barokah langgeng hingga surga-Nya." Rama memberi selamat dengan senyum lebarnya.

"Makasih,Mas." jawab Salwa dengan mata berkaca-kaca. Teringat betapa kejamnya dia pada pria baik ini.

"Jangan bandel lagi. Udah jadi istri." Salwa mencibir mendengarnya.

"Kapan sih gue bandel," protesnya tidak terima. Meski begitu tetap tersenyum pada Diska. Dia tau sahabatnya itu hanya terharu melihatnya akhirnya bersanding dengan pria yang dia yang cintai.

"Sorry bro! Pinjam istrimu dulu." Hadi tersenyum dan mengalah. Membiarkan kali ini istrinya di monopoli keduanya.

    Dengan diapit Diska dan Rama, Salwa berpose ceria. Dari yang formal sampai yang pecicilan. Para tamu yang melihatnya tergelak begitu pengantin pria harus menyingkir sejenak.

"Maaf, Bro! " bisik Rama pada Hadi sebelum menuruni pelaminan. Sedang Diska melenggang santai.

     Hadi hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. Dia tau kedua pria itu hanya ingin membuatnya kesal. Namun tak mengapa. Mau seperti apapun dia pemenangnya.

"Senang, ya." sindir Hadi begitu melihat wajah bahagia Salwa dengan kedatangan Rama.

     Walau bagaimanapun perasaan cemburu pada Rama masih ada. Pria itu pernah jadi masa lalu istrinya. Namun Hadi bisa apa.

"Iya,dong." Hadi menjentik kening istrinya. Gemas dengan jawaban Salwa yang terkekeh.

"Udah punya suami nggak usah ganjen." namun tidak menolak saat Salwa melingkarkan tangan di pinggang suaminya.

       Pelaminan kembali heboh dengan kehadiran rekan seruangan Salwa. Mereka seakan tak puas meledek Salwa. Meski begitu terlihat jelas kalau mereka bahagia dengan pernikahannya.


                                   *



      Seusai pernikahan Salwa dan Hadi masih tinggal di rumah keluarga suami sebelum nantinya pindah ke rumah sendiri. Meski masih merasakan canggung, Salwa mencoba bersikap biasa saat bertemu Ratu.

     Mertuanya masih seperti biasa masih bersikap ketus namun tidak lagi nyinyir. Seperti sore ini saat Salwa memasak Ratu memasuki dapur.

"Gorengnya yang benar. Ntar kecipratan minyak." pasalnya Salwa terlihat ragu-ragu saat akan memasukkan ikan ke wajan berisi minyak.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang