EPISODE 05 🐉 : UNO

2.4K 329 7
                                    

"Yang Mulia akan memasuki ruangan" suara itu terdengar di telinga Yongbok. Pria itu langsung menjauh dari Minho sekarang.

Saat pria itu masuk, Yongbok langsung memberikan hormatnya pada sang raja.

Chan menghampiri pria yang tengah tidur itu, dia lalu memeriksa kening pria manis itu.

Chan dengan jelas bisa melihat wajah pria yang akan dia nikahi itu. Entah kenapa senyuman itu terlihat di wajah Chan saat ini.

"Yang Mulia tabib sudah datang" kata Yongbok pada pria itu. Chan langsung melepaskan tangannya dan menjauh dari pria itu.

"Yang Mulia, izinkan saya untuk memeriksa Tuan Lee" kata sang tabib. Chan mengangguk lalu dia keluar dari sana.

"Pulang aku ingin pulang, aku tidak mau di sini" langkah Chan terhenti saat mendengar suara parau itu. Sang raja menoleh ke pria manis itu, ternyata dia tengah mengigau.

"Yang Mulia, Tuan Lee hanya mengigau saja" kata Yongbok yang mulai merasa ekspresi wajah Chan berubah setelah mendengar hal tersebut.

🍃🍃🍃

Hari yang ditunggu pun dimulai, Istana itu kini dua kali lipat lebih ramai dari biasanya. Seluruh perwakilan rakyat diundang untuk menghadiri pernikahan Sang pemimpin bangsa mereka.

Minho merasa sangat kewalahan membawa atribut itu.

"Agak sesak" gumamnya berusaha melonggarkannya.

"Hanya dua jam Tuan, jika pernikahan sudah selesai pakaian ini bisa anda lepaskan" jelas Hyunjin pada pria itu. Minho hanya mengangguk dan menurut saja.

Minho berjalan beriringan dengan Chan, karena Minho terlalu kewalahan dan gugup jadi pria itu tidak sempat untuk melihat Chan.

"Lihat ke depan dengan baik" bisik pria Bang itu terdengar di telinga Minho. Namun karena terlalu grogi Minho tidak terlalu memerhatikannya, jadi dia hampir jatuh saat itu. Tapi untung saja Chan memegangi pria itu.

"Maafkan aku Yang Mulia" kata pria manis itu pada Chan. Sang raja menghela napas kemudian dia membenarkan posisi Minho lagi.

🍃🍃🍃

Setelah pernikahan Minho sudah pindah ke sebuah ruangan kamar yang sangat luas.

"Kapan aku bisa kembali" gumamnya sendirian di sana. Dia masih memakai pakaian itu, jujur saja sangat sesak.

"Di mana Yongbok dan Hyunjin?" Tanya Minho yang mulai merasa bosan di dalam sana. Dia lalu mencoba keluar untuk menjadi keberadaan kedua pelayannya itu.

Namun saat dia membuka pintu, bukannya wajah Hyunjin atau Yongbok yang dia lihat tapi wajah tegas nan rupawan itu tengah menatapnya saat ini.

"Maaf aku baru datang, kau sudah lama menunggu?" Tanya pria itu sambil masuk ke dalam dan pintu itu ditutup dari luar.

Minho meneguk salivanya sambil mundur beberapa langkah.

"Yang mulia" Minho akhirnya menunduk memberikan hormat pada pria itu. Chan nampak terkekeh dia lalu mendekat ke arah Minho. Hal itu membuat tubuh Minho menegang.

"Minho kita sudah menikah kan? Jadi saat hanya kita berdua kau bisa berbicara santai dengan ku" kata Chan pada pria itu. Minho berusaha menghindari kontak mata dengan pria itu, jujur saja dia sangat takut.

"Baik Yang mulia" kata Minho sambil menunduk.

Chan kemudian berjalan-jalan di ruangan itu.

"Seseorang mengatakan padaku tadi, saat ini kita harus terjaga sampai pagi nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Seseorang mengatakan padaku tadi, saat ini kita harus terjaga sampai pagi nanti. Jadi apa rencana mu?" Tanya Chan mencoba membuka suasana.

Minho nampak diam, jujur saja dia sangat merasa tidak nyaman di sana.

"Maaf Yang Mulia, saya tidak ada ide" jawab Minho singkat. Chan terkekeh pelan dia kemudian berbalik ke arah Minho.

"Kau tahu sebenarnya apa yang harus kita lakukan malam ini?" Tanya Chan sambil menatap pria manis itu. Minho menggeleng pelan.

Wajah pria Bang itu mendekat ke telinga milik Minho.

"Membuat Pangeran kecil" bisik pria itu. Seketika hal tersebut membuat tubuh Minho menegang, jujur saja dia sama sekali belum siap melakukannya.

"Hmmm Yang Mulia aku lapar apa tidak boleh makan di sini?" Tanya Minho mencoba mengalihkan pembicaraan.

Chan sangat senang melihat pria manis itu makan dengan lahap. Mungkin benar pria itu sedang lapar sekarang. Mungkin dari tadi lagi dia tidak sempat makan sesuatu.

Setelah selesai makan, suasana mulai kembali seperti tadi, sepi. Hanya ada kecanggungan satu sama lain.

Minho terkejut saat melihat Chan bangun dan pergi ke belakang untuk melepaskan baju pernikahannya.

"Bagaimana ini jika dia ingin melakukan itu sekarang?" Batin Minho. Dia mencoba berdoa, agar dia selamat malam itu.

Sampai saat tangan itu menyentuh bahunya, hal itu membuat Minho terkejut.

"Yang mulia, saat ini saya sedang lelah jadi mohon ditunda dulu" kata Minho. Mendengar itu membuat Chan terkekeh pelan.

"Aku bukan ingin melakukan itu, tapi apa kau tidak risih dengan baju itu?" Tanya Chan pada Minho. Pria manis itu kemudian berbalik dan melihat Chan sudah menggunakan hanbok putih saja.

Minho menghela napas lega. Dia kemudian tersenyum dan bangun dari sana.

"Yang Mulia tolong jangan mengintip" kata si manis itu lalu dia melepaskan pakaiannya satu persatu dan menyisakan satu pakaian seperti yang Chan pakai saat itu.

Suasana begitu hening saat itu, Minho diam di pojok ruangan sambil memakan kue basah itu sedangkan Chan tengah duduk bersila di atas karpet sambil membaca sebuah buku.

Tengah malam sudah berlalu, sepertinya mata Minho benar-benar tidak tahan lagi. Dia menyenderkan tubuhnya pada tembok itu. Rasanya sangat menyaman sekali.

"Hmmm jangan tidur Minho" suara itu membuat Minho langsung terkejut dan dia kembali membuka matanya.

Sambil meneguk salivanya Minho mengangguk paham. Chan menggeleng dan mendekat ke arah pria itu.

"Sampai jam 6 pagi saja, setelah itu kau bisa tidur sepuasnya besok" kata Chan.

"Baik Yang mulia" jawab Minho sambil memberikan hormat pada pria itu.

"Kita main ini saja agar tidak mengantuk" Chan mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya.

"Kartu Uno? Anda ingin mengajak saya berjudi?" Tanya Minho sambil menatap kartu itu. Seketika Chan terkekeh pelan.

"Tidak kita bermain saja tanpa taruhan uang, maka itu bukan termasuk berjudi" jelas pria itu. Minho akhirnya mengangguk lalu dia mengiyakan apa yang pria itu inginkan.

Kedua pria itu duduk berhadapan  sambil memegang kartu mereka.

"Jika salah satu dari kita kalah, wajahnya akan di coret dengan tinta ini" kata Chan sambil mengambil tinta yang berada di atas meja itu.

Minho tersenyum miring, dia tak tidak akan kalah dari pria itu. Karena dia sudah sangat mahir bermain uno dengan Seungmin saat masih di desa.

"Saya tidak takut yang mulia" kata Minho. Chan langsung terkekeh, rupanya Minho menantang nya saat ini.

Dan sampai akhirnya, wajah bersih Minho penuh coretan tinta hitam itu.

"Satu ronde lagi yang mulia" kata Minho sambil menahan pria itu merapikan kartunya.

"Kau selalu kalah aku jadi bosan" kata Chan. Minho benar-benar merasa kecewa pada dirinya.

"Satu kali lagi ya, jika aku kalah lagi aku akan lakukan lakukan apa yang kau inginkan" kata Minho berusaha memohon pada pria itu. Chan akhirnya menghela napas lalu dia mengangguk.

"Kau yakin?" Tanya Chan lalu dia kembali membagikan kartu untuk mereka. Minho dengan penuh percaya diri mengangguk, pokoknya dia harus menang pada ronde ini.

"Jika kau kalah kau harus tidur dengan ku nanti" kata Chan, seketika membuat mata Minho membulat.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

YES, MAJESTY! | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang