EPISODE 08 🐉 : PRACTICE

2K 295 3
                                    

Ruangan itu benar-benar sangat luas, bahkan dua kali lipat dengan kamar Minho.

Ruangan itu benar-benar sangat luas, bahkan dua kali lipat dengan kamar Minho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho benar-benar gugup hanya berdua di dalam sana dengan Chan. Saking gugupnya dia menjadi tidak fokus dan menabrak pria itu saat berhenti tiba-tiba di depan Minho.

"Aduhh" kata Minho sambil mencoba menjaga jarak dengan pria itu.

"Apa yang kau ingin katakan?" Tanya Chan tanpa basa-basi.

Minho meneguk salivanya, dia lalu menatap wajah pria itu. Chan nampak sangat penasaran, Minho langsung menunduk lagi.

"Kenapa Minho?" Tanya Chan lagi, lalu dia berjalan mendekat ke arah pria itu.

"Saya hmm" Minho berusaha mengatakannya tapi sangat sulit.

"Aku sudah bilang, jika hanya kita berdua bicaralah dengan santai" kata Chan. Minho kembali meneguk salivanya.

"Maaf Yang Mulia" Chan memutar bola matanya mendengar jawaban Minho.

"Aku ingin kau mengajari ku bermain itu" kata Minho ragu. Chan terkejut, lalu dia memastikan apa yang Minho katakan tadi.

"Itu? Apa maksud mu Minho?" Tanya Chan. Minho menjadi ragu lagi, sambil tangannya terlihat bergetar.

"Itu" dia lalu menunjuk ke arah alat music yang kebetulan juga ada di kamar Chan. Pria Bang itu memegang dahinya dia pikir Minho menginginkan hal lain.

"Kau ingin belajar bermain itu?" Tanya Chan. Minho langsung mengangguk mendengarnya. Chan kemudian mengangguk pelan.

"Pasti ibu yang menyuruh mu" kata Chan lalu dia berjalan ke arah alat music itu.

"Tidak, Hyunjin mengatakan jika kau dan ibu bisa memainkannya. Tadi siang Ibu mengajak ku bermain ini tapi aku tidak bisa, jadi aku ingin belajar" jelas Minho lalu dia duduk di depan Chan.

"Kenapa tidak belajar dari ibu langsung?" Tanya Chan pada pria itu. Minho menunduk, sambil menggeleng.

"Aku malu dan aku takut membuat mu malu" kata Minho lalu dia menatap manik mata milik pria itu. Mendengar itu Chan akhirnya mengangguk lalu dia memetik alat itu, tangannya sama mahirnya dengan sang ibu, nada indah terdengar saat jari pria itu memetiknya secara berulang kali.

"Kau sangat hebat" Minho memuji pria itu, terlihat Chan tersenyum tipis mendengarnya.

Chan akhirnya mengajari pria itu, mulai dari memegangnya. Di mana tangan harus diletakan dan bagaimana cara memetiknya. Minho mencoba melakukannya, suara nada sumbang itu terdengar.

"Tidak apa, terus saja belajar kau pasti bisa" kata Chan menyemangati pria itu. Minho masih mencoba melakukannya.

Chan tersenyum melihat pria itu berusaha sangat giat, dia lalu bangun dari sana.

"Belajarlah dengan baik, aku akan pergi mandi sebentar" kata Chan. Saking fokusnya Minho tidak menjawab apa yang pria itu katakan.

Sudah satu jam Minho berlatih tapi dia masih sangat kesusahan mendapatkan nadanya.

"Bagaimana caranya ini?" Dia mulai frustasi saat dia tidak bisa mendapatkan suatu nada.

"Sudah bisa?" Chan datang dengan rambut basah dan bertelanjang dada. Mendengar suara itu Minho langsung menoleh ke arah pria itu.

"Kenapa nada ini sangat susah?" Tanya Minho, matanya membulat saat melihat tubuh atas pria itu terekspos dengan jelas. Dia langsung membuang muka dan menatap ke arah alat itu.

"Yang mana?" Tanya Chan langsung mendekat ke arah pria itu. Minho sekarang dua kali lebih gugup, kenapa dia belum memakai baju.

"Ini" Minho menunjuk ke arah buku lagu itu. Chan mengangguk, lalu dia duduk di belakang Minho, dari belakang pria manis itu Chan mengajarkannya.

"Ini dipetik, terus ini dan ini" suara itu sangat jelas Minho dengar di telinganya. Hembusan napas hangat itu terhembus di leher pria manis itu.

"Baik-baik aku mengerti, jadi pergilah" kata Minho. Chan terkekeh, dia dapat melihat wajah pria itu berubah merah.

"Kau kenapa?" Tanya Chan, dia meletakan dagunya di bahu Minho membuat pria manis itu kembali tersipu.

"Tidak ada" jawab pria itu singkat, sambil mengalihkan suasana.

"Jika tidak apa-apa kenapa kau malu-malu begitu?" Pertanyaan itu membuat Minho memejamkan matanya.

"Bagaimana aku tidak malu, kau telanjang dada depan ku dan ingin memeluk ku!" kata Minho kesal.

Chan terkekeh mendengarnya, ternyata pria itu cukup berani membentaknya.

"Memeluk? Begini maksud mu?" Chan langsung melingkarkan tangannya di pinggang pria itu. Minho berusaha melelaskanya tapi Chan malah membisikan sesuatu di telinganya.

"Selain suami mu, aku ini raja Minho. Walaupun aku membiarkan mu berbicara santai dengan ku, tapi jangan bersikap kurang ajar pada ku" Mendengar itu membuat bulu kuduk Minho berdiri, dia langsung mati kutu dan diam.

Melihat kepolosan Minho, Chan langsung terkekeh dan dia melepaskan pelukannya pada pria itu.

"Aku hanya bercanda, maafkan aku. Karena kau merasa tidak nyaman aku akan memakai baju sekarang. Lanjutkan berlatih dengan giat" Chan mengatakan itu sambil mengacak rambut pria manis itu.

Chan terkekeh mendengar suara nada itu. Saat Minho memainkannya lagu yang indah itu berubah menjadi sangat berbeda.

"Kenapa aku sangat bodoh" suara itu kembali membuat Minho terkekeh pelan.

Chan menggeleng kemudian dia kembali fokus dengan bukunya. Sampai setengah jam berlalu, Chan tidak mendengar suara itu lagi.

Pria itu kemudian bangun dan memeriksa keadaan Minho. Seketika sudut bibirnya tertarik Saat melihat pria manis itu sudah terlelap di sana.

"Minho" panggil Chan sambil menepuk bahu pria itu.

"Jangan ganggu aku sedang tidur" kata Minho sambil memejamkan matanya, ternyata saat ini pria itu tengah mengigau.

Chan kemudian membenahi posisi pria itu, saat sudah sempurna dia menggendong tubuh pria itu ala bridal. Dan membawanya ke kasur.

"Tidurlah dengan nyenyak" kata Chan sebelum meninggalkan Minho di sana.

🍃🍃🍃

Saat Chan tengah membaca surat-surat itu seorang penjaga mendatangi dirinya.

"Yang mulia Tuan Putri sudah datang" kata pria itu. Chan mengangguk kemudian dia menyuruh pria itu untuk keluar.

"Kenapa dia datang?" Gumam Chan kemudian dia menutup dan kembali merapikan surat-surat itu.

Dengan gagahnya pria yang sekarang menjabat menjadi raja itu berjalan ke halaman Istana. Mata Chan melihat ada dua kuda di sana. Dan terlihat seorang wanita dengan rambut yang diikat tinggi.

"Salam Yang mulia" kata mereka sembari memberikan hormat pada pria itu. Chan mengangguk lalu dia mendekat ke sana.

"Kenapa kalian datang kemari?" Tanya Chan pada mereka. Terlihat wanita itu nampak tersenyum.

"Saya ingin menemui sepupu saya" wanita itu menunduk sambil tersenyum. Chan membalas senyumannya kemudian dia memeluk sepupunya itu.

Suara pedang itu terdengar di lapangan itu, seorang pria dan wanita tengah mengadu pedangnya.

"Kau masih hebat rupanya" kata Chan saat kewalah dengan serangan wanita itu.

"Aku ini Park Jimmie, ingat itu yang mulia" kata wanita itu sambil tersenyum miring.



TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

YES, MAJESTY! | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang