Chan terkekeh melihat Minho membaca buku seperti itu.
"Tumben kau rajin" kata Chan sambil terkekeh. Minho menghela napas kemudian dia menatap pria itu dengan senyuman memaksanya. Entah kenapa saat bersama pria itu tata krama yang dia pelajari selama ini seketika hilang.
"Saya berusaha menjadi ratu yang baik yang mulia" jawab Minho. Chan kembali terkekeh, biasanya Minho pasti melakukan hal yang dia sukai dan membaca buku adalah bukan salah satunya.
"Apa yang membuat Yang mulia datang kemari?" Tanya Minho langsung tanpa basa-basi.
"Hmmm aku tadi siang melihat mu bertemu dengan ibu, apa yang dia katakan?" Tanya Chan. Mendengar itu Minho langsung meneguk salivanya, dia kemudian agak canggung.
"Apa dia membicarakan pewaris?" Tanya Chan untuk memancing Minho bicara. Dengan cepat pria manis itu mengangguk pelan.
"Kau jangan hiraukan dia" kata Chan. Minho nampak cemas mendengar itu.
"T..tapi" Chan menutup mulut pria itu.
"Kau masih muda, belum saatnya mengandung. Jadi jangan terlalu memikirkan hal itu. Aku akan mencoba bicara dengannya" jelas Chan. Entah kenapa mata Minho berkaca-kaca mendengar itu.
"Ssssttt jangan menangis, nanti mereka mengira aku menyakiti mu" kata Chan sambil mengusap air mata pria itu.
"Terima kasih yang mulia" jawab Minho. Chan terkekeh mendengar hal tersebut. Dia kemudian mendekatkan wajahnya pada Minho.
"Satu lagi, saat membuat anak harus didasari dengan cinta. Apa kau mencintai ku?" Tanya Chan sambil berbisik. Dengan polosnya Minho menggeleng.
"Sama aku pun, jadi kita sepakat untuk menundanya" Chan memberikan tangan nya untuk berjabat tangan. Minho mengambilnya.
"Sebenarnya sama seperti mu, ibu selalu datang pada ku dan menanyakannya. Aku kadang bosan dan bingung harus menjawab apa. Jadi aku datang ke sini saja saat malam tiba agar dia mengira kita melakukannya" jelas Chan sambil menatap ke arah langit-langit kamar itu.
Saat merasa sama sekali tidak ada respon, Chan berbalik menatap Minho. Rupanya dia sudah tertidur.
"Dia sangat mudah tertidur" kata Chan sambil memiringkan tubuhnya dan menatap wajah pria itu.
"Aku memang tidak mencintai mu, tapi entah kenapa aku menyukai wajah mu, matamu dan ini" dia mengecup bibir tipis pria itu.
🍃🍃🍃
Minho baru menyadari apa yang dia rangkul saat itu.
Mata sipit nan tajam itu tengah menatapnya sekarang.
"Yang Mulia Maafkan aku, aku memeluk mu" Minho langsung refleks melepaskan pelukannya. Jujur saja dia sangat malu.
"Aku rasa kau memerlukan bantal guling" ujar Chan sambil bangun dan meregangkan tubuhnya. Dengan wajah gugupnya Minho bangun dan agak menjaga jarak dengannya.
"Sejak kapan aku memeluk mu?" Tanya Minho.
Chan berbalik dan menatap pria itu. Dia tersenyum pada Minho.
"Bicaralah seperti itu" kata Chan. Minho benar-benar tidak mengerti apa yang pria itu katakan.
"Aa aku berbicara santai, maafkan aku yang mulia" kata Minho seketika panik.
"Tidak usah meminta maaf, aku sudah pernah menyuruh mu melakukan itu kan? Jadi lakukan saja tapi saat kita berdua saja. Agar lebih akrab" kata Chan.
Minho selalu mendapatkan godaan oleh Hyunjin dan Yongbok karena Chan selalu menginap di sana beberapa hari ini.
Hal itu membuat kadang Minho menjadi kesal, tapi jika dia marah pada mereka dia akan kesepian. Karena hanya Mereka yang Minho tahu di sini. Juyeon benar-benar sangat sibuk sampai Minho sangat sulit bertemu dengannya.
Saat Minho berjalan-jalan dengan mereka, matanya terbelalak melihat seseorang yang sangat dia kenal menatapnya saat ini.
"Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Minho saat melihat Kim Seungmin ada ada sana.
"Yang Mulia" Bukannya menjawab, Seungmin malah menunduk sambil memberikan hormat padanya. Sangat berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu.
"Bisakah kalian meninggalkan kami sebentar?" Ujar Minho pada Hyunjin dan Yongbok. Kedua pelayan itu mengangguk kemudian mereka pergi dari sana.
Dengan mata berkaca-kaca Minho menatap wajah pria itu saat ini. Seungmin nampak menghindari kontak mata dengan Minho.
"Yang Mulia saya harus pergi" kata Seungmin pada pria itu. Mendengar itu Minho langsung mendekat dan memeluk pria itu.
"Jangan pergi, aku sangat kesepian di sini" ujar Minho sambil menangis. Jujur saja dia sangat tertekan di tempat itu sangat berbeda dengan dulu saat masih di desa.
"Yang Mulia apa yang anda bicarakan?" Seungmin berusaha melepaskan pelukan pria itu. Tapi Minho sangat kaku dia masih menempel di tubuh Seungmin.
"Aku merindukan mu" jawab Minho tanpa basa-basi. Terlihat Seungmin menjadi panik.
"Yang Mulia jika orang lain melihat, aku takut akan terjadi kesalahpahaman" jelas Seungmin. Minho kemudian melepaskan pelukannya pria itu.
"Kau marah pada ku karena aku meninggalkan mu?" Tanya Minho kesal. Seungmin langsung menggeleng pelan.
"Sekarang status kita sudah berbeda, kau adalah seorang ratu sekarang jadi jangan bersikap seperti ini lagi" jelas Seungmin. Air kata itu kembali menetes.
"Tapi aku menyukai mu, dan kau juga kan. Kita berjanji akan melihat bintang waktu itu" jelas Minho. Seungmin langsung menggeleng.
"Itu dulu sekarang berbeda, aku mohon lupakan aku Minho" kata Seungmin. Minho terdiam mendengar hal tersebut dia kemudian menunduk dan berusaha mengusap air matanya.
"Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintai mu" kata Minho lalu dia pergi dari sana. Seungmin terdiam mendengarnya, jujur saja dia juga tidak bisa melupakan pria itu. Namun nasib yang harus memisahkan mereka.
"Minho maaf tapi kau tidak bisa mencintai ku. Biarkan aku yang melakukannya saja" kata Seungmin lalu dia berjalan pergi dari sana.
🍃🍃🍃
Minho hanya diam di kamar seharian, memori lama itu kembali terkenang dalam pikirannya. Sampai pada saat di mana Chan masuk ke kamar pria itu.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Chan saat melihat Minho duduk diam sambil menatap ke arah jendela. Minho berusaha menahannya, dia hanya diam tanpa menjawab.
"Apa ada masalah?" Tanya Chan lagi. Minho lalu kemudian menatap pria itu lalu menggeleng.
Malam itu Minho merasa sangat kesal melihat wajah Chan. Karena pria itu Minho ada di sini sekarang.
"Aku merasa tidak enak badan yang mulia, apa anda bisa meninggalkan saya sendirian?" Kata Minho. Chan terlihat cemas, dia berusaha untuk memegang dahi milik pria itu tapi dengan cepat Minho memegang tangannya.
"Yang Mulia aku hanya ingin sendirian, jadi tolong keluar dari sini" kata Minho dengan wajah serius itu. Chan lalu bangun dan pergi dari sana.
"Apa aku membuat kesalahan? Kenapa dia seperti itu?" Pikiran itu membuat Chan kebingungan. Sebelum kembali ke tempatnya dia berusaha untuk menenangkan pikirannya dengan melihat ke arah danau Istana itu.
"Mungkin dia tidak merasa nyaman" jelas Chan dengan wajah sedihnya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, MAJESTY! | BANGINHO✔
FanfictionBANGINHO FANFICTION NOTE: Sebelum baca wajib follow aku author dulu !! Minho benar-benar tidak menyangka, hidupnya akan berubah 180 derajat setelah menikah dengan pria itu. Remake drakor Mr. Queen tapi alurnya gak sama persis kok. WARNING ⚠️ -Konten...